Connect with us

Kota Banjarbaru

Balada Pendulangan Intan Cempaka yang Telan Banyak Nyawa Penambang Tradisional

Diterbitkan

pada

Evakuasi penambang yang tertimbun longsor tahun 2019 silam Foto: dok kanalkalimantan

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Kasus meninggalnya Samlani (40) yang terkubur reruntuhan tanah di pendulangan intan tradisional Cempaka, Banjarbaru, Kamis (1/7/2021), merupakan bagian dari rentetan panjang para korban tewas yang terjadi sebelumnya.

Data yang dihimpun Kanalkalimantan.com dari BPBD Banjarbaru, beberapa kasus sama terjadi terekspose sejak tahun 2019. Dan yang paling memprihatinkan, adalah peristiwa yang terjadi pada Senin, 8 April 2019. Dimana sebanyak lima penambang tradisional meninggal dunia tertimbun longsor.

Longsor yang terjadi di lokasi pendulangan intan itu terjadi pada Senin (8/4/2019) pukul 14.30 Wita. Longsoran di lubang pendulangan intan, diduga terjadi karena kondisi tanah labil yang bercampur pasir dan kerikil basah, akibat hujan yang turun sejak pagi hari.

Baca juga: Gangguan Jiwa Meningkat Saat Pandemi, Psikiater RS Ratu Zalecha: Pasien Bisa 46 Orang Sehari!

 

Saat kejadian diketahui ada tujuh pendulang intan yang sedang melakukan pekerjaan rutin harian sebagai mata pencaharian.

Dua di antaranya berhasil selamat karena posisinya saat itu sedang berada di atas yaitu Ardi dan Ipul. Sedangkan kelima pendulang intan lainnya tidak berhasil selamat dan tertimbun tanah dengan kedalaman 13 hingga 15 meter.

Proses pencarian lima korban yaitu Dumat, Aulia alias Aau, Jumat, Oval, dan Askom alias Tony pun harus memakan waktu selama 12 jam lebih sejak siang hari hingga pukul 04.30 Wita. Pasalnya cuaca yang hujan disertai angin yang kencang membuat lingkungan di sekitar lokasi kejadian menjadi sulit untuk dapat diturunkannya alat berat.

Catatan kejadian tewas di pendulangan intan Cempaka pada 21 Januari 2019, pukul 12.00 Wita, terjadi tanah longsor dan mengakibatkan kubangan besar berukuran kedalaman 10 meter dan lebar kurang lebih 8 meter.

Diketahui ada sebanyak delapan orang pria yang bekerja saat itu. Tujuh orang di antaranya berhasil menyelamatkan diri dan mengalami luka ringan sedangkan satu orang pria tidak sempat menyelamatkan diri dari tanah longsor dan dinyatakan meninggal dunia.

Jauh sebelumnya pada tahun 2008, tepatnya Rabu, 3 September pukul 16.00 Wita, tiga orang tewas tertimbung longsor. Korban tertimbun longsor bekas galian di lubang penggalian sedalam 10 meter lebih dari permukaan tanah.

Baca juga: Pendulang Intan Cempaka Makan Korban, Seorang Tewas Tertimbun Longsor

Para korban adalah, Anang, 17 tahun, Ucil (16) dan Ahdi (25). Ketiganya warga desa Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru.

Ya, pekerjaan turun-temurun yang dilakukan orangtua terdahulu tentu sangat sulit untuk dilupakan. Meski hasil yang diterima jauh berbeda dengan zaman ketika itu, ditambah risiko kecelakaan kerja kian tinggi, tetap tidak mengubah pendirian pencari intan di Pumpung.

Pernah ketika Gubernur Kalsel Sahbirin Noor ke Cempaka menyarankan para warga untuk berhenti mendulang intan karena kondisi lingkungan yang cukup rawan. “Saya pernah menyarankan untuk berhenti, karena memang tanahnya di situ sangat lembek dan berpotensi besar terjadinya longsor. Tapi mereka mejawab, kalau berhenti, mau kerja apa?,” ungkap Sahbirin.

Gubernur Kalsel yang diakrab disapa Paman Birin ini, dulu telah menyiapakan program dengan pembangunan sport center yang mana dapat memberikan lapangan pekerjaan. Ia berharap sport center tersebut nantinya teralisasikan.

“Saya tahu kondisi di Cempaka seperti apa. Kita usahakan memberikan lapangan pekerjaan dengan pembangunan sport center,” katanya ketika masih menjabat Gubernur saat itu. (kanalkalimantan.com/kk)

Reporter: kk
Editor: cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->