Connect with us

Budaya

Cerita Dua Produser Film “Ancika 1995” dan “Saranjana Kota Ghaib”, Industri Perfilman Kalsel Cerah

Diterbitkan

pada

Dua produser film nasional asli Banjar, Budi Ismanto (kiri) dan Johansyah Jumberan (kanan) saat membekali insan kreatif Banua dalam focus group discussion garapan Forum Sineas Banua, di Banjarmasin Creative Hub, Jumat (15/12/2023). Foto: wanda

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Banyak cara yang dapat dilakukan anak-anak muda Banua untuk memajukan industri perfilman di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Sesungguhnya prospek film di Kalsel memiliki masa depan yang cerah dan industri film di Kalsel tidak boleh menolak untuk menyerah.

Hal itu diutarakan Budi Ismanto, lelaki berdarah asli Banjar, sang produser film Ancika 1995. Lelaki berkumis tebal itu hadir dalam focus group discussion garapan Forum Sineas Banua, di Banjarmasin Creative Hub, Jumat (15/12/2023).

Menurut Bang Budi Engot -biasa disapa-, Kalsel kaya akan sumber daya manusia yang memiliki kreatifitas yang tinggi. Hanya saja beberapa action mereka seringkali melewatkan hal-hal kecil, yang bisa saja itu berpengaruh terhadap suatu karya film yang diciptakan.

Baca juga: Jokowi Sentil Desain Arsitektur Daerah Dicat Warna Parpol Pengusung Kepala Daerah

“Salah satunya terkait kejelasan genre seringkali kita kabur dalam hal pemilihan genrenya ingin komedi, horor, romantis, atau drama harus pasti,” papar Budi Ismanto.

Dengan kejelasan penetapan genre, sering kali juga anak-anak terlalu tinggi dalam membawa genre tersebut, sehingga menciptakan ide-ide yang pada kenyataannya sulit untuk digapai.

“Ide-ide tidak usah yang terlalu tinggi. Kelemahan kita soal ide yang terlalu tinggi, sering kali menjiplak dan terpengaruh dengan film lain. Kita bisa aja membuat dengan menonjolkan kearifan lokal yang malah justru lebih laku,” sebut dia.

Di sisi lain prospek film di Kalsel cerah karena saat ini anak-anak muda dapat dengan mudah memanfaatkan layanan streaming atau pelantar digital. Hal ini tidak terlepas dari tingginya minat masyarakat untuk menonton film dengan berlangganan melalui penyedia layanan digital untuk menonton film.

Baca juga: Jelang Haul Sekumpul, Taati 19 Poin Aturan untuk Posko Singgah atau Warung Gratis

“Kemudian kenapa saya menyatakan bahwa industri perfilman Kalsel ini cerah, sebab kita memiliki platform yang bisa menyebarkan ide dan kreatifikas kita, ambil contoh ketika film anda tidak bisa masuk ke bioskop sekarang sudah tersedia OTT ada netiflix viu maxtreem siap menampung karya-karya kita,” jelasnya.

Kesempatan ini tentu menjadi peluang dan solusi bagi industri perfilman di Kalsel. Anak-anak muda harus mempelajari pelantar digital sebagai salah satu jalan keluar agar industri film Kalsel dapat terus eksis.

Dikatakan Budi, sepanjang sejarah sinema, industri perfilman dinilai mampu untuk bertahan dan melewati rintangan pada setiap zaman. Sebab, sampai kapan pun dan di mana pun masyarakat berada, pasti akan akan tetap memerlukan hiburan.

“Begitu lah cara meyakinkan seluruh elemen masyarakat termasuk para investor dan pemerintah daerah, bahwa jika melihat tahun ke tahun perkembangan film di Kalsel prospeknya sangat cerah,” ungkapnya.

Baca juga: Proyek Jalan Banjarbaru-Batulicin Hampir Rampung, Segini Progres Pembangunannya 

Senada dengan Budi, produser berdarah Banjar lainnya, penggarap film Saranjana Kota Ghaib, Johansyah Jumberan mengatakan bahwa meyakinkan investor dengan logis menjadi salah satu kunci utama.

“Kebanyakan pelaku industri perfilman tidak mampu meyakinkan masyarakat dan menarik investor dengan realistis logis dan terbuka, bahwa menciptakan film memang ada untung dan ruginya,” ucap pemilik production house Darihati Films ini.

Sebagai produser, Budi dan Johansyah sepakat bahwa pemerintah daerah masih menjadi garda terdepan dalam hal mendukung para insan kreatif sineas di Banua.

Selain itu, dua produser itu mengungkapkan bahwa melalui kolaborasi mereka juga turut membuka lebar jalur bagi para sineas untuk bisa berkembang dengan ide-ide kreatifnya menuju kancah nasional.

Baca juga: Tradisi Warga Kumpulkan Kayu Bakar untuk Isra Mi’raj dan Haul Sekumpul

Sekadar diketahui focus group discussion merupakan rangkaian program exhibisi tahunan Forum Sineas Banua bertajuk Layar Film Banjar (LFB) 2023.

LFB 2023 adalah sebuah event perayaan untuk sineas Kalsel dengna agenda menampilkan karya-karya film pelajar dan umum baik film panjang, pendek, video klip, dan dokumenter.

Dalam event itu mereka mempersembahkan sebuah film drama satir berjudul ‘Badrun & Loundri’. Film hasil garapan kerjasama dari Jogja Film Academy (JFA), KlikFilm, Garin Workshop dan juga Forum Sineas Banua (FSB) sendiri.

Film Badrun & Loundri tayang dari hasil karya Sutradara Garin Nugroho yang mengangkat kisah-kisah nyata di Indonesia, perpolitikan agamis dalam negeri, dan mengambil setting lokasi di pinggiran sungai-sungai Kota Banjarmasin.

Baca juga: Disdukcapil Banjarbaru Mulai Kenalkan Identitas Kependudukan Digital, Pakai e-KTP Lewat Smartphone

Film Badrun & Loundri juga akan menjadi film penutup rangkaian acara Layar Film Banjar 2023 pada 16 Desember 2023 di Banjarmasin Creative Hub. (Kanalkalimantan.com/wanda)

Reporter : wanda
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->