Connect with us

Historia

Selamat Hari Radio! Ini Sejarah di Balik Kelahirannya yang Perlu Diketahui

Diterbitkan

pada

Radio menjadi salah satu sarana perjuangan pada masa kemerdekaan Foto: dok kanalkalimantan

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – 11 September diperingati sebagai Hari Radio Nasional. Peringatan itu berawal dari didirikannya stasiun radio milik negara, Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September 1945 silam.

Kini, sudah 75 tahun peristiwa itu berlalu. Tapi radio yang memiliki slogan ‘Sekali di Udara, Tetap di Udara’ tersebut hingga saat ini masih menjadi lembaga penyiaran publik di Tanah Air.

Lalu bagaimana awalnya, hingga 11 September ditetapkan sebagai Hari Radio Nasional? Dari laman RRI terungkap, bahwa sejak radio milik pemerintah Jepang, Hoso Kyoku tidak lagi mengudara pada 19 Agustus 1945, rakyat Indonesia kurang mendapatkan informasi setelah kemerdekaannya.

Terlebih, pada saat itu beredar kabar dari stasiun-stasiun radio luar negeri tentang para tentara Inggris atau Sekutu yang akan menginjakan kaki di Pulau Jawa dan Sumatera.

Tentara Inggris dikabarkan berniat untuk mengusik Jepang serta memelihara keamanan hingga Pemerintah Belanda kembali berkuasa di Indonesia.

Stasiun radio luar negeri juga memberitakan bahwa Sekutu masih mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia. Tak hanya itu, mereka mengabarkan jika Kerajaan Belanda akan menderikan sistem pemerintahan bernama Netherlands Indie Civil Administration (NICA).

Menanggapi hal tersebut, masyarakat Indonesia yang sempat bekerja di Hoso Kyoku mulai menyadari bahwa peran radio sangat penting. Pasalnya, radio menjadi media komunikasi untuk memberikan informasi kepada rakyat Indonesia terkait langkah-langkah yang harus diambil.

Maka dari itu, delapan orang yang pernah bekerja di Hosu Kyoku mengadakan sebuah diskusi bersama dengan Pemerintah RI di Jakarta. Kedelapan orang tersebut terdiri dari Abdulrachman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto, serta Maladi.

Tepat pada 11 September 1945 pukul 17.00 WIB, delegasi radio sudah berkumpul di bekas Gedung Raad van Indie Pejambon dan diterima oleh wakil dari Pemerintah RI.

Abdulrachman Saleh yang pada saat itu menjadi ketua delegasi menuturkan inti rencana pada pertemuan tersebut, salah satunya yakni meminta Pemerintah RI agar menggunakan radio sebagai alat komunikasi dengan rakyat.

Radio dinilai mampu memberikan informasi lebih cepat, serta tidak mudah terputus bilamana terjadi pertempuran, sehingga akhirnya dipilih sebagai alat komunikasi utama.

Para delegasi pun memberi saran kepada Pemerintah RI untuk menggunakan peralatan milik radio Hoso Kyoku. Kemudian saat pertemuan hendak berakhir, Abdulrachman Saleh membuat beberapa keputusan yang direkomendasikan kepada Pemerintah RI.

Pertama, dibentuknya persatuan Radio Republik Indonesia (RRI), dengan siaran yang akan dilakukan di 8 stasiun di Pulau Jawa. Kedua, memberikan RRI kepada Presiden Sukarno sebagai alat komunikasi utama dengan rakyat.

Lalu yang terakhir, Abdurachman Saleh mengimbau agar hubungan antara pemerintah dengan RRI disalurkan terlebih dahulu melalui dirinya.

Setelah itu, tepat pukul 24.00 WIB, delapan delegasi stasiun radio di Pulau jawa mengadakan sebuah pertemuan di kediaman Adang Kadarusman.

Delegasi yang menghadiri rapat itu yakni, Soetaryo dari Purwokerto, Soemarmad dan Soedomomarto dari Yogyakarta, Soehardi dan Harto dari Semarang, Maladi dan Soetardi Hardjolukito dari Surakarta, lalu Darya, Sakti Alamsyah dan Agus Marahsutan dari Bandung.

Hasil akhir dari rapat tersebut adalah didirikannya RRI dengan Abdulrachman Saleh menjabat sebagai pemimpinnya.(Kanalkalimantan.com/rri)

 

Editor: Cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->