Connect with us

Kota Banjarmasin

Terima Link Broadcast di Grup Perpesanan, Jari Jangan Langsung Gemes Gatal Sebarkan!

Diterbitkan

pada

Webinar “Berliterasi yang baik di era generasi alpha” Kota Banjarmasin, Sabtu (3/7/2021) pagi. Foto: al

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Tiba-tiba dapat link broadcast dalam jejaring perpesanan grup aplikasi, jangan langsung sebar alias share. Cek fakta perlu dilakukan terlebih dahulu.

Ya, itu salah satu pesan tersimpul dalam webinar bertajuk “Berliterasi yang baik di era generasi alpha” Kota Banjarmasin, Sabtu (3/7/2021) pagi. Webinar dipandu Ronald Andretti, literasi nasional 2021, #Indonesia Makin Cakap Digital.

Narasumber pertama Linda Widiachristy, seorang arsitek dan peneliti kota, berkomunikasi dan berinteraksi di ruang digital.

“Dulu ketemu langsung dengan tatap muka, sekarang pakai media seperti zoom,” kata Linda yang saat ini kuliah di Belanda.

 

 

Saat ini semua orang, aktif menyampaikan pendapat di berbagai platform, twitter, facebook, instagram dan lain-lain.

Perlu dicatat, interaksi, pertama cara kita berpendapat. “Pendapat, itu artinya fikiran. Buah dari fikiran atau kesimpulan,” kata Linda.

“Nah, kita harus memfilter dulu sebelum berpendapat, di platform digital kita yang harus memfilter sebelum tulis atau berpendapat,” anjurnya.

Memang orang punya hak berpendapat sebebasnya, cuman harus ingat punya kewajiban menghargai orang lain. “Makanya ada batasan seperti undang-undang atau norma sosial kemasyarakatan,” katanya.

Di Indonesia saat ini, hanya 10 persen yang membuat informasi. Sisanya lebih banyak yang menyebarkan.

“Itu budaya kita di Indonesia, hampir semua umur dan golongan lebih banyak yang hanya menyebarkan,” katanya.

“Hati-hati menyebarkan pendapat kita, dari mana kita dapat informasi, data atau sumber itu,” sambung Linda.

Budaya kritik, harus konstruktif, tidak menyerang personal. “Dibingkai dengan baik, tidak menyerang personal, apalagi dengan bahasa caci maki,” katanya.

Ada 49% pengguna internet pernah di-bully. “Ketik yang baik, contoh komentar, gendut banget sekarang,” kata Linda. Seperti akun-akun artis yang dibuka secara publik.

“Yang perlu diingat, ada orang di belakang layar itu, ada orang yang bisa tersakiti,”. Menghargai orang lain. Saling toleransi.

“Jangan mengetik saya sedang emosi,” tegas Linda. Tunjukkan diri kita secara positif. “Pengennya kita mengeluarkan apapun ke platform digital,”.

Nara sumber kedua menghadirkan, Dr Harja Santana Purba MKom, koordinator program studi pendidikan komputer FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.

Dr Harha memulai dari apa itu generasi alpha? Genarasi alpha 2010-an, ujar Dr Harja, generasi alpha itu adalah generasi yang familiar dengan teknologi.

“Mereka lahir ketika teknologi sudah mulai mapan,” kata Dr Harja. Nah, dalam persfektif seorang guru atau tenaga pengajar, harus berbeda cara pendekatan pengajarannya.

Baca juga: Webinar Literasi Digital Banjarmasin, Netizen Perlu Sadar Akan ‘Bahaya’ di Dunia Digital 

Itulah kenapa penting mengenali saat mengajar di kelas, ketika menghadapi generasi alpha (2010-an), generasi Y (generasi milineal 1981-1994), generasi Z (1995-2010).

Yang perlu dikuasai secara dasar atau basic online apps, diantaranya email, browser, dan SE (search engine).

“Minimal itu yang harus dikuasai oleh para guru,” katanya.

Dalam membuat email, kadang orang menggunakan nama atau user yang aneh-aneh. “Nama user harus jadi brand dan mudah dingat kita dan orang lain,” kata Harja.

Terkait email, pemilik sering lupa password. “Satu frasa yang mudah diingat, contoh papuyu bincau, bisa dikombinasikan dengan angka dan huruf, sehingga tak mudah dibobol, meski ditulis dengan bahasa alay,” jelas Harja

Aprilia Putri, news anchor iNews TV dan MNC News Channel mengatakan, harus menangkal hoax, cek sumber berita atau informasinya dari mana.

“Kalau kita bukan ahlinya tiba-tiba dapat broadcast, jangan sampai gemes atau gatal menyebarkannya,” kata Aprilia Putri. Membanding informasi dari media atau website lain.

Ada konfirmasi jelas dari pihak mana informasi itu dikeluarkan, bukan opini.
Berita yang memancing kemarahan.

“Menyudutkan kita atau golongan kita, akhirnya kita terpancing,” katanya. “Kita ingat saat kejadian Ratna Sarumpaet,” kata Aprilia Putri.

Baca juga: Bubarkan Kerumunan di Mingguraya, Tiga Kafe Tak Bisa Perlihatkan Izin Operasional

“Pastikan kabar bukan bersifat satir atau sindiran,” kata penyiar tv swasta nasional ini.

Di sesi akhir Rofiqorrakhman SPd MIKom, Ketua Divisi Informasi dan Komunikasi Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) Pengda Kalsel, mengatakan, ada pandemi atau tidak, semua dipastikan menuju ke arah digitalisasi.

Memang ada sudut pandang perubahan kebudayaan. “Ini memang akan terjadi, ditambah pandemi yang terjadi saat ini, membuat semakin cepat,” kata Rofiq.

Dulu ada dunia fisik, sekarang ada dunia virtual. “Lingkungan ekosistem di dunia virtual, hampir sama yang kita lakukan di dunia fisik. Kita hidup saat ini di dunia fisik dan dunia virtual,” kata Rofiq.

Ekosistem digital, dimana algoritma yang merekam aktivitas saat ini. “Jadi semua melayani apa yang hendak kita atau jenis-jenis dunia virtual yang kita inginkan,” kata.

Teknologi digital yang menghasilkan orang berfikir cepat dan bertindak cepat, tapi secara fisik dalam kondisi diam. “Kita saat ini, budaya oral (bertutur) menjadi budaya tulisan (menulis di medso),” kata Rofiq.

Jadi dalam pandangan kebudayaan, perkembangan teknologi digital sebenarnya tidak jadi masalah. (kanalkalimantan.com/al)

Editor : kk


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->