Connect with us

HEADLINE

Riwayat Singkat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari: 30 Tahun Menuntut Ilmu di Mekkah Madinah


Tercatat 25 Kali Berhaji, Kuasai 32 Cabang Ilmu Agama Islam


Diterbitkan

pada

Haul ke-218 Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan di Masjid Tuhfaturragibin Desa Dalam Pagar Martapura, Senin (15/4/2024) pagi. Foto: rizki

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA – Haul ke-218 Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Masjid Tuhfaturragibin, Desa Dalam Pagar Ulu, Martapura Timur, Kabupaten Banjar, dihadiri puluhan ribu jemaah dari berbagai daerah, Senin (15/4/2024).

Acara haul ulama besar dari Tanah Banjar itu dirangkai dengan pembacaan manaqib atau perjalanan hidup atau biografi Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Manaqib singkat itu dibacakan KH Wildan Salman, Pimpinan Madrasah Darussalam Tahfiz dan Ilmu Al Qur’an Martapura saat pelaksanaan haul ke-218.

Muhammad Arsyad lahir di Lok Gabang, Martapura, di masa Kesultanan Banjar (saat ini Desa Lok Gabang masuk wilayah Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar) pada 17 Maret 1710 masehi atau 1122 hijriyah.

Baca juga: Sehari 87 Penerbangan, Bandara Syamsudin Noor Catat 12.144 Penumpang 

Syeh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kalampayan wafat 3 Oktober 1812, saat usia 105 tahun dan dimakamkan di Desa Kelampayan, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar.

Pada masa kecil Muhammad Aryad dididik langsung oleh orangtua beliau sendiri dalam mempelajari ilmu Tauhid dan membaca Al Qur’an. Kemudian dibawa oleh Sultan Banjar ke Keraton, Martapura, hingga remaja didik ilmu agama di lingkungan istana Kesultanan Banjar.

Setelah beranjak dewasa, Datu Kalampayan kemudian memperdalam ilmu agama dengan berangkat ke Makkah untuk menuntut fan-fan (cabang-cabang) ilmu agama kepada sejumlah syekh di Tanah Haramain (Mekkah-Madinah).

“Beliau bermukim di Mekkah dan di Madinah selama 30 tahun, ada yang mengatakan 33 tahun,” kata KH Wildan Salman.

Baca juga: Satpol PP Banjarbaru Klaim Pelanggar Perda Ramadan Tahun ini Turun

“Dan tidak kurang dari  25 kali (Syekh Muhammad Arsyad) berhaji,” sambung salah satu juriyat Datu Kelampayan ini.

Datu Kalampayan mempunyai banyak syekh -ahli ilmu agama- selama belajar di Mekkah dan Madinah. Sehingga Datu Kalampayan menguasai lebih dari 32 bidang ilmu dan berbagai sanad keilmuan atau silsilah mata rantai keilmuan hingga Rasullah SAW, serta ijazah keilmuaan yang diterima langsung dari guru-gurunya.

Masih lanjut KH Wildan, perjalanan Syekh Muhammad Arsyad dalam menyebarkan ilmu agama dapat dibagi dalam 4 kesimpulan.

Pertama, Datu Kalampayan sangat bersungguh-sungguh menyebarkan ilmu agama dengan menjadikan kampung Dalam Pagar (kampung halaman) sebagai tempat dan markas beliau mengajarkan ilmu agama yang diperoleh dari menempuh pendidikan selama puluhan tahun.

Datu Kalampayan, kata KH Wildan juga bersungguh-sungguh dalam berdakwah dengan menjadikan Kota Martapura menjadi Serambi Mekkah.

Baca juga: Ditelpon Tak Merespon, MA Didapati Tak Bernyawa Dalam Kamar Kontrakan

“Kalau Abah Sekumpul memaknakan Martapura, itu dari ringkasan, Mari Taqwa Para Umat Rasulullah (Martapura), itu makna arti Martapura yang ulun dapat dari Abah Guru Sekumpul,” sebut  Guru Wildan biasa disapa.

Selama menyebar ilmu agama, kata Guru Wildan, Datu Kalampayan juga bersungguh-sungguh mencetak kader murid-muridnya dan khususnya anak cucu atau juriatnya sampai berhasil, hingga bisa diutus ke berbagai pelosok dan daerah-daerah mulai Kalimantan sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Brunai, dan Filipina, hingga Thailand bagian selatan atau Pattani.

KH Wildan Salman bahkan mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ayahnya Tuan Guru KH Salman Jalil, seluruh anak Datu Kalampayan yang berjenis kelamin laki-laki semuanya menjadi ulama besar. Dan keseluruhan cucu Datu Kalampayan menurut KH Wildan juga rata-rata menjadi ulama besar.

“Dan apabila kalau anak dan cucu perempuan, coba lihat nanti anaknya yang laki-laki, pasti ulama. Jadi mulai cucu anak laki-laki tanpa kecuali itu sudah diteliti oleh abah ulun itu semuanya ulama besar,” katanya.

“Jadi luar biasa Syekh Maulana Muhammad Arsyad dalam pendidikan,” sambung Guru Wildan.

Baca juga: Kakek Samlani Didapati Meninggal Dunia di Jalan Seledri Sungai Ulin

Kesimpulan berikutnya kata KH Wildan Salman, Datu Kalampayan bersungguh-sungguh dalam menulis atau membukukan ilmu-ilmu agama hasil belajar mulai di Mekkah dan Madinah.

Salah satu karya Datu Kalampayan yang sangat luar biasa, sebut KH Wildan Salman, yaitu mushaf Al-Qur’an hasil dari tulisan tangan yang ukurannya lebih lebar dari Al-Qur’an sekarang. Al-Qur’an tulisan tangan ulama Tanah Banjar itu kini tersimpan apik di Museum Lambung Mangkurat.

Kemudian kitab yang terkenal hasil karangan Datu Kalampayan yaitu kitab Sabilal Muhtadin. Kitab fiqih bermazhab Syafie berbahasa Melayu ini fenomenal dan menjadi rujukan di wilayah Asia Tenggara dan dipergunakan sebagai bahan pengajaran hingga kini di berbagai pondok pesantren dan pengajian. (Kanalkalimantan.com/rizki)

Reporter: rizki
Editor: bie


iklan

Komentar

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->