Connect with us

Ragam

Riwayat Singkat Tuan Guru Kapuh: Juriyat Datu Taniran, 6 Tahun di Martapura Kembali ke Kampung Halaman

Diterbitkan

pada

KH Muhammad Ridwan atau Guruh Kapuh. Foto: youtube ppma channel

KANALKALIMANTAN.COM, KANDANGAN – Duka mendalam kabar kepulangan KH Muhammad Ridwan atau Guru Kapuh, dirasakan masyarakat Kalsel.

Terutama jemaah pengajian Guru Kapuh khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dan sekitarnya.

Kepulangan sang tuan guru mulia tidak akan tergantikan, karena selama ini selain menjadi panutan, Guru Kapuh menjadi penuntun jalan jemaah menggali ilmu agama dan mengamalkanya.

Dikutip dari uin-antasari.ac.id, seara silsilah dari nasab ibu, Tuah Guru Kapuh masih juriyat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datuk Kelampayan. Ibunya bernama Hj Jauhar binti H Athaillah bin H Abdul Qadir bin H Sa’duddin atau H Muhammad Tayyib Taniran (Datu Taniran) bin HM As’ad bin Puan Syarifah binti Syekh H Muhammad Arsyad Al Banjari.

 

 

Baca juga: KALSEL BERDUKA. Ulama Kharismatik Tuan Guru Kapuh Berpulang ke Rahmatullah

Sejak kecil ia telah dididik oleh orangtuanya dengan pendidikan agama, baik secara langsung oleh orangtuanya sendiri maupun melalui guru mengaji yang ada di desa tempat tinggalnya.

Dalam jenjang pendidikan, sebagaimana anak-anak lainya Muhammad Ridwan juga mengenyam pendidikan formal, pada usia 7 tahun orangtuanya memasukkan pendidikan dasar di SDN Kandangan dari kelas 1 hingga kelas 6 lulus pada tahun 1979 dengan nilai yang sangat baik. Sehabis SD ia pun masuk ke Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Amawang, madrasah yang pertama kali berdiri di Kota Kandangan, di madrasah ini ia belajar selama 3 tahun dan lulus pada tahun 1982.

Selesai mengenyam pendidikan formal, ia pun dikirim orangtuanya ke Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Jawa Timur untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Di sana ia gunakan kesempatan untuk memperdalam pengetahuan agama Islam melalui kitab-kitab kuning, sehingga semua bidang ilmu seperti Fiqih, Tauhid, Tasawuf, Tafsir, Hadits dan lain-lain dapat ia kuasai dengan baik dan lulus pada tahun 1986, jadi di Pondok Pesantren Gontor ia mampu menyelesaikan studi selama 4 tahun.

Setelah lulus dari Pondok Pesantren Gontor dan kembali ke kampung halaman, KH Muhammad Ridwan tidak langsung mengajar, tetapi sempat berdomisili di Sampit, Kalimantan Tengah untuk mencari pekerjaan, namun tidak berlangsung lama kurang 3 tahun karena tidak terbiasa dengan lingkungan sekitar, akhirnya pada tahun 1989 ia pulang ke Kandangan dan kembali memperdalam pengetahuan agama dengan mengikuti pengajian-pengajian ulama lokal, dalam istilah Banjar “mengaji baduduk”, termasuk belajar tasawuf di antaranya kepada Guru H Saberi Kandangan dan Guru Muhammad Aini, Rantau.

Lalu pada tahun 1992, Guruh Kapuh melanjutkan mengaji kitab ke Martapura kepada KH Muhammad Zaini Gani (Guru Sekumpul), ketika itu pengajian Guru Sekumpul masih di kampung Keraton, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar.

Selama di Martapura, selain menimba ilmu KH Muhammad Ridwan juga sempat mengajar di Sekolah Menengah Islam Hidayatullah (SMIH) Martapura dan Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK) Martapura sampai tahun 1998.

Di Sekumpul inilah, Guru Kapuh mendapatkan bimbingan tasawuf dan menjalani suluk melalui tarekat dan amalan-amalan sufi dari Guru Sekumpul.

Setelah di Martapura sekitar 6 tahun ia pulang ke kampung halaman dan mengajar di Pondok Pesantren Darul Ulum Amawang, Kecamatan Kandangan.

Membuka pengajian di Masjid Al Hidayah di samping rumahnya dan mengisi pengajian di beberapa tempat (masjid/mushalla), sambil terus menimba ilmu dengan tetap mengikuti pengajian KH Muhammad Zaini Ghani yang saat itu sudah berpindah lokasi ke Mushalla Raudhah Sekumpul.

Berbekal pengalaman mengajarnya serta metode dakwah yang ia pelajari dari seorang ulama kharismatik KH Muhammad Zaini Ghani, pengajian yang ia adakan diterima oleh masyarakat dengan baik dan antusias.

Dari waktu ke waktu pengajiannya di Masjid Al Hidayah semakin banyak didatangi jemaah dan semakin banyak permintaan jadwal mengisi pengajian di tempat-tempat lain, puncak kemasyhuran pengajiannya di saat setelah wafatnya KH Muhammad Zaini Ghani pada tahun 2005.

Karena hanya melalui murid-muridnya lah masyarakat bisa kembali mendengar nasehat-nasehat agama, tak terkecuali kepada KH Muhammad Ridwan yang juga pernah berguru kepadanya.

Baca juga: Perpanjangan PPKM Jadi ‘Pukulan’ Berat Pedagang Pasar Malam di Pasar Ulin Banjarbaru

Mayoritas jemaah mengaku setelah Guru Sekumpul wafat, mereka merindukan pengajian yang seperti di Sekumpul, dengan adanya pengajian Guru Kapuh ini sedikit mengobati kerinduan mereka dengan Majelis Guru Sekumpul, karena kitab yang dibaca dan cara penyampaiannya ada kemiripan. Pengajian yang guru Kapuh sampaikan berkisar tentang ilmu-ilmu fardu ‘ain yang menjadi kewajiban setiap Muslim untuk mengetahui dan mengamalkannya yaitu Tauhid (akidah), Fiqih (syariat) dan Tasawuf (akhlak).

Sebagaimana yang juga pernah diajarkan di Sekumpul, walaupun banyak menggunakan kitab tasawuf namun dalam penjelasannya banyak juga diarahkan ke Fiqih dan Tauhid. (kanalkalimantan.com/al)

Reporter : al
Editor : kk


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->