Connect with us

Kesehatan

Meminimalisir Resiko Kegawatdaruratan, Ini Langkah yang Harus Diketahui Penolong

Diterbitkan

pada

Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi anggota relawan emergency BPK PMK berlangsung di RSI Sultan Agung Banjarbaru, Sabtu (21/10/2023) siang. Foto: nh

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Meminimalisir resiko kegawatdaruratan relawan BPK PMK emergensi dibekali pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) oleh tenaga medis RSI Sultan Agung Banjarbaru, Sabtu (21/10/2023) akhie pekan tadi,

Sebanyak 50 peserta dari relawan BPK PMK emergensi gabungan yang berada di sekitar area RSI Sultan Agung Banjarbaru mengikuti pelatihan BHD.

Mengapa relawan BPK PMK emergensi perlu dibekali BHD? “Karena mereka orang yang memberikan penanganan pertama pada korban dengan berbagai kasus yang ditemui di lapangan, salah satunya henti jantung,” ujar dr Sujudynaraja Mu’minin, tenaga medis RSI Sultan Agung Banjarbaru saat mengawali pemberian materi.

Baca juga: KH Hatim Salman Wafat, Ulama Tanah Banjar Diambil Sang Khalik

Ketika relawan BPK PMK emergensi harus cepat tepat dalam menangani kasus kegawatdaruratan keadaan henti jantung karena tenaga medis belum datang.

Maka dari itu pelatihan materi BHD sangat penting bagi mereka, misalkan di lapangan mendapati kasus korban henti nafas dan jantung, penanganan langkah pertama bagaimana?.

“Hal itu jika tidak dibekali dengan ilmu yang tepat akan sangat berisiko kepada korban, dalam waktu 5 menit pertama itu waktu yang sangat berharga dalam memberikan pertolongan kepada korban,” beber dr Sujudynarja Mu’minin.

Untuk meminimalisir resiko dilapangan, dr Sujudynaraja Mu’minin, menjelaskan apa saja survival chain, diantaranya pengenalan tanda henti jantung, aktivasi sistem emergensi, resusitasi jantung paru, defibrilasi dengan cepat dan perawatan pasca henti jantung.

Baca juga: Perbaikan Pipa Bocor di Jalan Pramuka Banjarmasin, Pasokan Air Terhenti 6 Jam

Resusitasi jantung paru 2015 AHA Guidelines Update, DRSCAB (Danger, Response, Shout for help, Circulation, Airways, Breathing).

Pertama menggunakan sarung tangan dan alat pelindung diri lainnya, pastikan keamanan : aman penolong, aman pasien dan aman lingkungan.

Kedua, cek respon korban dengan cara teriak “Bangun pak ibu atau buka mata pak ibu dan menepuk bahu atau beri stimulus nyeri. Hati-hati kemungkinan trauma leher,” ingatnya.

Ketiga, meminta bantuan menghubungi pihak tenaga medis sambil tetap bersama korban sebelum memulai Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Baca juga: Aksi Solidaritas Palestina di Banjarmasin, Orasi Jalan Kaki dan Bentangan Spanduk Dukungan

Langkah keempat, cek korban bernafas, tidak bernafas atau bernapas tidak normal dengan cara cek napas dan nadi bersamaan kurang dari 10 detik, meraba nadi karotis, 2-3 cm dari samping trakea.

“Jika nadi tidak teraba langsung berikan 30 kompresi dan 2 ventilasi dan jika nadi teraba berikan 1 ventilasi tiap 6 detik 10 kali per menit,” jelas dokter di RSI Sultan Agung Banjarbaru ini.

Jika korban tidak respon dan tidak bernapas mengarah kepada henti jantung, maka mulai lah siklus kompresi dada dan bantuan pernapasan.

Atur posisi, pasien telentang di atas permukaan yang keras dan datar dan posisi penolong, berlutut disamping pasien berdiri samping tempat tidur pasien.

Baca juga: Apel Peringatan Hari Santri 2023 di Amuntai

Letakkan tumit telapak tangan pada pertengahan dada (seperdua bawah sternum) dengan telapak tangan ditumpuk dengan jari ditautkan.

Circulation rekomendasi AHA 2015, kompresi dada yang efektif yaitu minimal 100 kali/menit dan tidak lebih dari 120 kali/menit, tekanan kuat 5 cm untuk dewasa tetapi tidak lebih dari 6 cm. Lakukan kontinyu perbandingan kompresi dada dan bantuan napas 30:2 dengan teknik 2 tangan pada seperdua bawah sternum. Pastikan leadership dan teamwork untuk menjamin kompresi dan ventilasi optimal.

Buka jalan napas dan berikan bantuan pernapasan, setelah 30 kompresi dada, buka jalan napas dengan teknik angkat dagu dan tengadahkan kepala.

Teknik bantuan napas, volume cukup untuk membuat dada mengembang bisa dari mulut kemulut, mulut ke masker.

Baca juga: Tipu-tipu Bisa Ambilkan Uang Gaib, Dukun dari Batola Diringkus Reskrim Polsek Banjarmasin Selatan

Lanjutkan siklus 30 kompresi 2 bantuan napas, kompresor bergantian tiap 5 siklus untuk menghindari kelelahan. Cek respon ulang setelah 5 siklus (2 menit) dan lakukan kontinyu hingga AED atau tim Advance datang.

Airways, terdiri atas 2 tahap yaitu tahap 1 membersihkan jalan napas dengan sapuan jari, silang jari dan hisap lendir (suction) dan tahap 2 membersihkan jalan napas (Head Tilt, chin lift, open mouth) atau oropharing Airways. Namun, pada pasien curiga trauma servikal gunakan teknik jaw thrust.

“Biasanya sering digunakan yaitu teknik jaw thrust,” kata dr Sujudynaraja Mu’minin

Breathing, yaitu berikan napas 2 kali dengan volume tidal, dengan teknik mouth to mouth, mouth to barrier device, mouth to nose, mouth to stoma, and bag valve mask diberikan tidak lebih dari 10 detik.

“Namun perlu diingat pemberian napas mulut kemulut langsung tidak disarankan kepada orang lain dikhawatirkan adanya penyakit menular seperti TBC dan Covid. Pemberian napas buatan hanya berlaku kepada keluarga terdekat si penolong,” beber dr Sujudynaraja Mu’minin

Setelah itu lakukan posisi recovery (pulih) digunakan pada korban dewasa yang tidak respon dengan pernapasan dan sirkulasi yang adekuat.

Mempertahankan potensi jalan napas dan mengurangi resiko obstruksi jalan napas dan aspirasi.

Langkahnya yaitu angkat tangan kanan korban keatas lalu ambil tangan kiri korban letakkan telapak tangan ke wajah kanan korban, tekuk kaki bagian kiri korban kemudian miringkan tubuh korban.

Baca juga: Prabowo-Gibran Daftar Pilpres 2024 Rabu Depan

“Posisi ini sangat menguntungkan untuk memperlancar aliran darah dan juga jika korban dibagian mulut ada lender maka cairan itu akan mempermudah keluar jika posisi tubuh miring. Dikhawatirkan jika ada cairan dalam tubuh korban dengan telentang maka akan beresiko cairan itu akan masuk ke dalam paru,” beber dr Ibnu Wadud Pujangga, tenaga medis RSI Sultan Agung lainnya yang juga ikut memberikan materi.

Tidak hanya memberikan praktek penanganan henti jantung, dr Ibnu Wadud Pujangga memberikan praktek bagaimana menangani korban yang tersedak.

“Dengan langkah mengenali kondisi korban, jika korban masih bisa bicara namun sedikit terhambat maka bisa dikatakan tersedak ringan. Jika itu terjadi maka anjurkan korban dengan tarik napas kemudian hembuskan dengan cara berulang hingga benda yang menghambat keluar,” kata dr Ibnu.

“Namun jika tersedaknya berat lihat tangan korban yang memegang lehernya, dan mengalami kesulitan bicara, atau hingga terlihat biru maka lakukan lah langkah ada 2 tehnik yaitu tepukan punggung dan hentakkan perut,” sambungnya.

Hentakkan perut atau dalam bahas medis heimlich maneuver/abdominal thrust adalah teknik pemberian hentakan pada perut yang dilakukan dengan cara menekan area ulu hati secara untuk mengeluarkan sumbatan benda asing disaluran tenggorokan. Posisikan diri anda di belakang orang yang sedang tersedak. (Kanalkalimantan.com/nh)

Reporter : nh
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->