Connect with us

HEADLINE

Krisis Air Bersih di Ponpes Darul Falah, Setengah Santri Terpaksa Dipulangkan

Diterbitkan

pada

Krisis air bersih melanda Ponpes Darul Falah Keladan Baru, Kecamatan Beruntung Baru, yang dihuni seribu lebih santri. Foto: nh

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA – Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Falah Desa Keladan Baru, terpaksa dipulangkan ke tempat tinggalnya masing-masing akibat krisis air bersih.

Demi ketercukupan air bersih di Ponpes yang terletak di jalan Keladan Baru, Kecamatan Beruntung Baru, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan ini, lebih dari setengah santri tidak lagi tinggal menginap di asrama pondok.

Salah satu pondok pesantren yang ada di Kabupaten Banjar ini memiliki total santri putra dan putri sebanyak 1.050 orang.

Per 25 Agustus 2023 lalu, pihak pengelola Ponpes mengeluarkan kebijakan memperbolehkan santri putra dan putri untuk pulang ke tempat tinggal masing-masing khusus bagi santri yang rumahnya dekat dengan Ponpes.

Baca juga: Kawasan Steril Parkir Mobil Sepanjang Jalan Pangeran Suriansyah

Air bersih sangat diperlukan santri Ponpes Darul Falah Keladan Baru saat musim kemarau. Foto: nh

Keputusan tidak wajib tinggal di asrama Ponpes ini menjadi jalan keluar yang harus diambil pengelola Ponpes untuk menghemat alias mengurangi jatah pemakaian air saat musim kemarau sekarang.

Nafis, salah satu pengajar Ponpes Darul Falah kepada Kanalkalimantan.com mengatakan, sudah lebih satu bulan para santri penghuni pondok pesantren mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.

Selama ini, sebut pengajar 28 tahun ini, salah satu alternatif pemasok air ke pondok pesantren ada sebuah danau di belakang pondok.

Baca juga: Ikhtiar saat Kemarau El Nino, Salat Istisqa di Masjid Al Karomah Martapura

Asrama santi putra yang sebagian besar tidak lagi ditinggali karena krisis air bersih. Foto: nh

“Kami bertahan dengan air dari sebuah danau di belakang pondok, dan selama dua tahun sudah berjalan,” katanya.

Hanya saja untuk kebutuhan air minum, pihak Ponpes harus menggunakan jasa penjual air bersih. “Kami membeli air bersih, biasa beli per jirigen isi 25 liter seharga Rp3.000,” katanya.

Mereka membeli untuk kebutuhan paling mendesak yakni air minum sebanyak 70 jerigen. Stok air sebanyak 70 jirigen atau kurang lebih 1.750 liter itu pun hanya bisa bertahan untuk 2-3 hari saja.

“70 jirigen itu habis dalam dua atau tiga hari, itu pun karena jumlah santri putra dan putri yang tinggal di asrama tinggal 300 orang saja lagi, lainnya santri saat ini tidak menginap di asrama pondok lagi,” bebernya.

Baca juga: Serpihan Kisah Perjuangan Panjang Menuju Terang di Sudut Kota Banjarbaru

Salah satu dari lima sumur di asrama santri putri yang biasa dipergunakan para penghuni pondok. Foto: nh

Jika seluruh santri 1.050 orang itu tinggal di asrama maka diperkirakan 70 jerigen itu habis hanya dalam sehari, bahkan diperkirakan tidak akan mampu mencukupi. Sehingga diambil lah kebijakan lebih dari setengah santri yang rumahnya dekat dengan Ponpes dipulangkan atau tidak lagi menghuni asrama. “Itu cara kami menghemat air di sini,” ucap Nafis.

Pada pekan lalu, pihak pondok pesantren sempat menerima bantuan distribusi air bersih dari BPBD Kabupaten Banjar satu tangki 5.000 liter, tapi itu pun tidak mencukupi.

Salah satu santri, Ahmad Nawawi (20) dari Desa Jambu Raya mengaku pernah mandi dengan air yang bercampur tanah, jika mendapat giliran terakhir. Saking banyaknya santri yang mandi jadi perlu waktu yang lama menunggu sumber air penuh.

Baca juga: Memohon Diturunkan Hujan, Ketua MUI HSU Ajak Umat Perbanyak Istighfar

Di asrama santri putra, sebut santri yang sudah tiga tahun mondok ini menyebut memiliki dua buah sumur, tapi hanya satu yang dapat digunakan untuk keperluan mandi, mencuci pakaian, dan perabot makan.

“Subuh, ada santri yang membeli air bersih satu teng air seharga tiga ribu,” aku Ahmad Nawawi.

Lain lagi pengakuan, Ahmad Fadillah (17), santri yang telah mondok selama 5 tahun dari Mantuil Banjarmasin, hampir dua minggu air sumur sudah kering dan air PDAM sudah macet total. “Sangat menyulitkan kami untuk memenuhi kebutuhan air, terutama air bersih,” akunya.

Salah satu santri putri yang tinggal selama enam tahun di asrama Pondok Pesantren Darul Falah, Jannati (21), mengatakan, sangat terasa sulit saat musim kekeringan ini. “Biasanya untuk mandi, berwudhu, mencuci pakaian dan perabot makan menggunakan air sumur,” ujar santriwati dari Desa Pindahan Baru ini. Untuk konsumsi air minum mereka mengaku menggunakan air ledeng atau air PDAM. “Sekarang air sumur sudah kering dan air PDAM macet,” katanya.

Di asrama santri putri sejatinya ada lima buah sumur, namun satu sumur sudah kering. “Air PDAM sudah lama macet, jadi kami membeli air bersih dari Maluka Baulin Kurau sana,” ungkap Dijah (21) dari Desa Tambak Padi.

“Air bersih dari Maluka Baulin itu, berasal dari air bersih sumur pegunungan, beli satu tengnya seharga Rp3.000,” timpal Syifa, santri putri usia 20 tahun dari Desa Kurau.
Karena jumlah santri tahun 2023 ini lebih banyak daripada tahun lalu, jadi lebih banyak pemakaian air terutama penggunaan air bersih untuk konsumsi. (Kanalkalimantan.com/nh)

Reporter : nh
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->