Connect with us

INTERNASIONAL

Koroner: Penyebab Kematian Dylan Sada Belum Diketahui

Diterbitkan

pada

Dylan Sada, model Indonesia yang meninggal di New Orleans, AS (dok. pribadi/Instagram).

KANALKALIMANTAN.COM, NEW ORLEANS – Penyebab kematian model Indonesia Dylan Sada, belum diketahui, kata kantor koroner New Orleans di negara bagian Louisiana. Kantor koroner adalah lembaga di AS yang menyelidiki kematian yang tidak wajar.

Kantor Koroner kota New Orleans, Louisiana (foto: courtesy).

Juru bicaranya mengatakan kepada VOA Senin (9/11) bahwa “penyebab dan cara kematiannya masih diselidiki.” Ditambahkannya hasil otopsi “masih memerlukan waktu sekitar enam minggu untuk diselesaikan”.

Hingga Senin sore (9/11) jenazah perempuan bernama lengkap Aldila Wulandari Perez tersebut masih berada di kantor koroner dan besok akan diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.

Perempuan 36 tahun itu diketahui meninggal dunia di sebuah rumah di jalan Congress, New Orleans, pada Minggu (8/11). Belum banyak rincian lain yang tersedia. Menurut penelusuran VOA, rumah itu dimiliki oleh seorang warga AS yang kini bermukim di Los Angeles. VOA telah berusaha menghubunginya, namun belum mendapat respon.

Kabar meninggalnya Dylan itu dikonfirmasi oleh pihak keluarga, termasuk adiknya, Aldita Namira. Dalam sebuah unggahan di Instagram Senin (9/11), Aldita menulis “Istirahat dengan damai, Kak.

Dylan akan Dimakamkan di New Orleans

Jenazah Dylan rencananya akan dimakamkan Rabu (11/11), di pinggiran New Orleans, menurut sumber-sumber VOA di kota yang dijuluki NoLa itu.

Jefferson Muslim Association (JFA), yang mengurusi pemandian dan penguburan jenazah secara Islam, mengonfirmasi kepada VOA Senin (9/11) bahwa mereka akan mengurus jenazah seorang perempuan Indonesia mulai Selasa (10/11).

“Apabila jenazahnya perempuan, ada para relawan perempuan yang akan memandikan jenazahnya, dan kami akan melakukan itu kepada perempuan dari Indonesia yang baru saja meninggal dunia. Setelah jenazahnya diambil dari kantor koroner, sepertinya jenazah boleh diambil besok tapi belum tahu pukul berapa, rumah duka akan menghubungi para relawan,” kata juru bicara Abdul Haikhan.

Ia menambahkan bahwa di rumah duka JFA, jenazah biasanya akan dimandikan, dikafankan dan dimasukkan ke dalam peti mati. Setelah itu baru dibawa ke masjid untuk disholatkan, kemudian dikuburkan di Taman Pemakaman Pineview Memorial yang terletak sekitar 45 menit dari pusat kota.

Suarakan Isu Kesehatan Mental

Dylan adalah seorang model dan fotografer Indonesia yang sudah tinggal belasan tahun di AS. Sebelum tinggal di New Orleans, Dylan pernah menetap cukup lama di New York City. Di kota the Big Apple tersebut, VOA pernah menemui Dylan di apartemennya pada 2018, di mana ia menceritakan tentang kasus kekerasan domestik yang dialaminya dan berharap agar perempuan lain yang bernasib sama, berani buka suara.

“Para wanita Indonesia, kalau kamu mengalami hal seperti ini, jangan takut karena kamu ngga sendiri, dan isu ini nyata, benar-benar terjadi, dan bukan sesuatu yang harus bikin kamu malu. Harus berani bicara, karena itu sakit sekali. Aku tahu rasanya…”

“Apalagi kalau kamu sayang sama orangnya, akan lebih susah lagi. Bicara sama orang. Ada bantuan di luar sana kalau kamu perlu bantuan,” ujar Dylan ketika itu kepada VOA sambil berkaca-kaca.

Dari berbagai unggahannya di media sosial, Dylan terlihat cukup terbuka mengenai tantangan hidup yang dihadapinya. Dalam salah satu unggahan pada Maret 2018, ia mengaku pernah mengalami trauma masa kecil yang memicunya melakukan percobaan bunuh diri sedikitnya lima kali, sambil berusaha meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan mental.

“Satu-satunya alasan saya buka suara adalah karena saya merasa harus melakukannya. Saya orang Indonesia, saya bangga jadi orang Indonesia, tapi sayangnya kesehatan mental seringkali diremehkan di sana dan merupakan isu yang tak dibicarakan secara terbuka.”

 

View this post on Instagram

 

I have a confession to make, I have been keeping this a secret for as long as I can remember. So much had happened that I think this is the right time to finally confess. I was sexually abused by my biological father when I was young, it’s hard to believe that I still remember it, clearly. I knew it was wrong even then and there but I was young, I was afraid and ashamed to reach out to anyone, so I buried it. Growing up with such memories were hard, especially being back home where such things were considered a taboo, that is also another reason why I left my country at a young age to forget about it in hopes I can move on. I can’t deny that it affected me greatly. I turned to alcohol and drugs, anything that can make me feel something. I’m not proud of it but it is what it is. I never understood why people look up to me, I feel like I’m fooling everyone. I was a mess, just trying to achieve my dreams and forget about my pain. It doesn’t matter how fucked up I get or beautiful places I go, I hated that he is in my blood and he made me. My pain caused more pain when I fell into severe depression, for the longest time I was stuck. I couldn’t create, I couldn’t move forward, it feels like I’m stuck in limbo. It affected my first marriage, I lost many good friends along the way because I hated myself so much I couldn’t accept love and help. I was destructive and I still am. I went through five failed suicide attempts, I hung myself about a month ago, but two people saved me. My boyfriend saved me, he has been there for me since I met him. I was so close but I guess it just wasn’t my time again. I did that because I was tired, the idea of dying is such a release from living, coping with pain almost every day. Suicide may sound selfish to you, but if you suffered it for so long it’s a different story. The only reason why I’m speaking up now is that I feel like I have to. I’m Indonesian, I’m proud to be Indonesian but unfortunately, mental health is often shrugged back home and it is an issue that is not openly talked about. I cannot stress enough how important this issue is, we need to be ok to talk about it, you should never be embarrassed if you are. (continued↓)

A post shared by ♡ DY (@dylan_sada) on

Kesehatan Mental Isu Nyata, Tidak Tabu

Psikolog Pita Wardani membenarkan minimnya perhatian pada isu kesehatan mental dalam masyarakat. Dan ini terjadi tak hanya di Indonesia tapi juga negara-negara maju, yang masih menganggap isu kesehatan mental sebagai hal kurang penting atau tabu.

Psikolog yang berbasis di negara bagian Maryland ini mengatakan kepada VOA Senin (9/11) bahwa, “Di Indonesia seringkali masalah kesehatan mental dikaitkan sama hal-hal kurang ilmiah, misalnya, kalau punya masalah berarti (dianggap) pengetahuan agamanya kurang, kurang bersyukur, atau dianggap sebagai aib, atau kalau tidak bisa menyelesaikan sendiri dianggap lemah.”

Ini membuat penderita berpikir berkali-kali untuk mencari bantuan orang lain atau bantuan profesional ketika dirinya menghadapi berbagai masalah, tambah Pita. Ia menganjurkan agar isu kesehatan mental lebih dinormalisasi lagi.

“Kalau ada teman sekiranya mengalami masalah, didorong untuk bicara dengan orang yang profesional, sehingga tidak ada stigma kalau pergi ke psikolog atau psikiater itu dianggap sebagai manusia yang gagal atau lemah,” tambahnya.

Ia mengatakan apabila melihat pesan atau unggahan seorang kawan yang terdengar mengkhawatirkan, jangan ragu-ragu untuk menghubunginya dan menawari bantuan, namun tetap menghormati privasi orang tersebut. “Yang penting ketika kita reach out, kita memberikan pesan bahwa ada orang yang peduli, ada yang mau hadir untuk mereka. Dan ini adalah suatu hal yang penting untuk mereka ketahui.” (vm/em/nr)

Reporter: Vina
Editor: VOA


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->