Connect with us

Kanal

Wajah Ibukota : Warteg Drive Thru, Agar Kantong Tak Cepat Kempes


Warteg Drive Thru menjadi solusi untuk buruh perkotaan di Jakarta. Upah buruh Jakarta yang bekerja di kawasan perkantoran elit yang relatif tinggi, tidak menjadi jaminan buruh akan sejahtera. Ternyata, kantong mereka pun cepat kempes karena biaya hidup dan makan yang tinggi di Jakarta. Suara.com datang langsung ke Warteg Drive Thru di kawasan Jakarta Selatan. Terhimpit tembok beton dan ada di gang sempit .


Diterbitkan

pada

Warteg Drive Thru di Jakarta. Foto : Suara.com/Yasir

Daimah mengungkapkan idenya itu semata-mata hanya untuk mempermudah para pegawai kantoran di sekitar SCBD yang sebagian besar menjadi pelanggannya. Dengan adanya lubang itu, setidaknya kata Damiah, para pelanggannya tidak harus repot memutar jauh jika ingin makan di waktu istirahat kerja.

Dalam perjalannya, Damiah bercerita sempat ‘kucing-kucingan’ dengan pihak pengelola Grand Lucky yang melarangnya untuk berjualan lewat lubang. Bahkan, aksi buka-tutup lubang sempat terjadi beberapa kali antara dirinya dan pihak pengelola.

Namun, akhirnya dirinya diizinkan untuk berjualan lewat lubang dengan syarat tetap menjaga kebersihan dan harus membuat jendela penutup lubang guna menjaga keamanan di lingkungan Grand Lucky. Damiah lantas menyetujui persyaratan itu dan akhirnya meminta adik lelakinya untuk dibuatkan jendela dari kayu yang bisa dikunci menggunakan rantai besi apabila sedang tidak berjualan.

Damiah bercerita alasan mengapa dirinya bisa bertahan selama hampir 29 tahun menggeluti usaha warung nasi di kawasan elite SCBD, Jakarta Selatan. Damiah menuturkan salah satu alasan mengapa dirinya bisa bertahan lantaran dirinya tidak terlalu mengambil keuntungan yang besar dari makanan yang dijual.

Sehingga, hampir saban hari makanan yang dijualnya itu pun habis. Menurutnya, sebagain besar keuntungannya justru bersumber dari minuman seperti es dan kopi. Sedangkan, dari makanan dia tidak terlalu mengambil untung besar, yang terpenting makanan tersebut habis.

Makan Murah

Menu makanan yang disediakan di warung Damiah pun cukup lengkap, mulai dari nasi dengan berbagai lauk, seperti telur, ayam, sup, tongseng, mie, nasi goreng serta aneka sayur dan lauk lainnya. Harganya pun terbilang relatif murah jika dibandingkan dengan warung makan yang ada di sekitar SCBD , Jakarta Selatan.

Untuk satu porsi nasi dengan lauk telur dan sayur misalnya, Damiah hanya membandrol harga Rp 10 ribu. Sedangkan, untuk satu porsi tongsen ayam lengkap dengan nasi, pelanggan cukup membayar dengan harga Rp 18 ribu.

Damiah mengatakan kalau dirinya tahu dan memahmi benar banyak pegawai yang membutuhkan makanan murah di kawasan elite seperti SCBD. Terlebih sebagian besar pelanggannya merupakan para pegawai dengan penghasilan menengah ke bawah seperti sopir, security, petugas parkir, dan petugas kebersihan hingga para pekerja proyek di sekitar SCBD.

“Kasihan juga kalau nggak ada warung makan kecil kaya kita gini, gaji mereka juga kan nggak seberapa mas,” imbuhnya.

Saat ini Damiah mengaku telah memiliki 8 pegawai untuk membantunya memasak hingga melayani pelanggan. Seluruh pegawainya itu merupakan keponakan Damiah dari Pemalang, Jawa Tengah.

Damiah mengatakan bersama delapan pegawainya biasa memasak mulai dari pukul 01.00 WIB. Sebab, warung Damiah sudah harus buka pada pukul 05.00 WIB dan tutup pada pukul 21.00 WIB.

Dari usaha warung makannya itu, Damiah mengaku mampu meraup omset hingga Rp 5 juta setiap harinya. Sedangkan keuntungan bersih yang didapat setiap harinya berkisar Rp 3 juta sampai Rp 4 juta.

“Alhamdulillah lah bisa buat nabung dan bantu-bantu saudara juga,” tutur Damiah.


Laman: 1 2 3

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->