Connect with us

Kota Banjarmasin

Webinar Literasi Digital Banjarmasin, Perlunya Sikap Positif, Kreatif, dan Aman di Internet

Diterbitkan

pada

Webinar literasi digital untuk Kota Banjarmasin Foto: ist

KANALKALIMANTAN, BANJARMASIN– Bak dua sisi coin, ruang digital menawarkan berbagai kemudahan pada sektor informasi dan usaha. Namun di sisi lain, faktor keamanannya perlu diperhatikan.

Selain membutuhkan kreativitas untuk menyalurkan eksistensi di media sosial, sikap positif juga wajib diterapkan agar bisa aman di dunia internet. Hal ini mengemuka dalam salah satu pembahasan webinar literasi digital Kota Banjarmasin, yang menghadirkan sejumlah pembicara kompeten di bidangnya, Rabu (30/6/2021) pukul 14:00 Wita.

Webinar menghadirkan Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina, sebagai keynote speach.
Dalam uraiannya, Ibnu mendukung gerakan literasi digital untuk lebih mendewasakan masyarakat dalam era digital. Hal ini sesuai juga dengan kondisi Banjarmasin yang menerapkan smart city.

Sebagai salah satu pembicara, Windy Oktanaura, Accountant at Wardah Cosmetics yang membahas tentang Fitur Paylater sebagai Transaksi Berbasis Online Baru.

 

 

Baca juga: Aksi SaveKPK, Korwil BEM se-Kalsel Minta Ketua Dewan Lebih Tegas Bersikap!

Dalam webinar literasi digitial tersebut ia menjelaskan berbagai macam fitur, penyedia fitur, mengenali keuntungan dan kerugian serta bagaimana mengetahui cara aman dan bijak dalam menggunakan fitur paylater yang tersedia.

“Konsep ini hampir sama dengan kartu kredit, yang mana perusahaan digital akan menalangi pembayaran kita terlebih dahulu pada awal kita membeli produk, dan setelahnya baru kita membayar tagihan sesuai dengan tanggal jatuh tempo pada bulan selanjutnya dan jangka waktunya pun disesuaikan dengan tenor yang sudah kita pilih,” ucap Windy.

Ia juga menjelaskan bahwa fitur paylater ini sudah tersedia diberbagai platform e-commerce mulai dari transportasi online (Traveloka), pemesanan makanan (Gofood, Grabfood), produk dompet digital (Ovo, Shopeepay, Gopay) dan berbagai macam marketplace belanja online lainnya seperti ( Tokopedia, shopee dan juga Lazada).

Selain itu dalam bertransaksi dengan menggunakan paylater ini, dia juga menjelaskan bahwa ada keuntungan dan kerugiannya semua tergantung kita sebagai pengguna jasa layanan tersebut harus bijak dalam menggunakannya supaya tidak merugikan diri sendiri terlebih karena ini berupa peminjaman secara digital jadi apapun konsekuensinya kita harus siap dan yang pastinya harus bertanggung jawab.

Baca juga: Derita Penjual Seragam Sekolah Saat Pandemi, Zabayah: Kalau Tak Jualan Lain, Mana Bisa Makan!


Narasumber kedua Alfisyah S. Ag., M. Hum., M. Pd, yang merupakan seorang dosen Antropologi Universitas Lambung Mangkurat yang membahas tentang Perempuan dan Hoax Sebuah Tantangan Literasi Digital.

Dalam hal ini ia menyampaikan bahwa tidak adanya batasan ruang membuat banyaknya berita hoax bermunculan terutama dimedia sosial. Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat selalu menggunakan hati dan bijak dalam menggunakan media sosial.

“Tidak menutup kemungkinan ada berita hoax oleh karena itu mari menggunakan hati dalam menggunakan media yaitu santun sopan dan bijak dalam menggunakannya,” tutur Alfisyah.

Ia juga menyebutkan bahwa kebanyakan yang menyebarkan berita hoax adalah kaum perempuan terutama ibu-ibu, “menurut data yang dihimpun oleh mabes Polri terkait penyebaran berita bohong (hoax) selama kurun waktu 31 Oktober 2018 menunjukkan bahwa para tersangka adalah mayoritas ibu-ibu muda dengan rentang usia 20-42 tahun,” tambahnya.

Alasannya atau penyebabnya berdasarkan hasil pemeriksaan kepolisian, para ibu rumah tangga ini bukanlah pembuat konten hoax, akan tetapi mereka hanya menyebarkan melewati akun masing-masing entah itu Whatsapp, maupun media sosial lainnya.

Oleh karena itu, ia menghimbau agar seluruh pihak bekerja sama menjaga bangsa Indonesia. Terlebih saat ini, kebenaran semu banyak terjadi di media sosial jadi kita sebagai pengguna media sosial haruslah bijak dalam menggunakannya.

Yang terakhir adalah narasumber Harunur Rasyid beliau adalah seorang Wakil Ketua PWNU Kalimantan Selatan, dalam webinar tersebut ia membahas tentang Literasi Digital dalam Menangkal Terorisme, Radikalisme, dan Separatisme.

Baca juga: Perlu 3.000 Tabung Per Bulan, Stok Oksigen RSD Idaman Banjarbaru Masih Aman!

Dalam sesi ini ia menyampaikan tema “Literasi Digital: Menangkal Terorisme, Radikalisme, dan Separatisme”. Kesamaan terorisme, radikalisme, ekstremisme, dan separatisme adalah sama-sama menggunakan kekerasan.
“Karakteristik dari gerakan tersebut adalah menebarkan kebencian, deprivasi relatif, kedangkalan nalar, dan disorientasi. Sedangkan praktiknya dengan propaganda, agitasi, kekerasan ekstrem, dan glorifikasi,” ucapnya.

“Selanjutnya ia juga menambahkan bahwa cerdas digital adalah kemampuan masyarakat untuk waspada terhadap konten-konten digital, masyarakat tidak begitu saja menerima segala informasi yang tersebar melalui internet, terus mempertanyakan validitas konten dan sumber informasi yang didapat secara kritis, dan tidak menganggap kebenaran yang terkandung di dalam media digital sebagai realitas sosial itu sendiri,” tambahnya.

Ledakan teknologi yang hadir di muka bumi ini untuk memberikan kemudahan dalam segala hal, kita harus beradaptasi cepat dan menyesuaikan dengan peradaban baru. Perubahan media ini membuat semua orang membuka mata. Narasi radikal di media yaitu narasi-narasi keagamaan, narasi sosial kemasyarakatan, dan narasi politik. Propaganda terjadi karena masyarakat mudah terprovokasi dan menelan informasi secara mentah.

Dalam webinar kali ini ia juga menuturkan media sosial sangat berperan besar untuk mengampanyekan berbagai hal positif. Bentengi diri kita dengan pengetahuan-pengetahuan agama.

“Kita harus menanamkan nilai nasionalisme dan nilai Pancasila, agar kita dapat melindungi diri kita dari paham terorisme dan radikalisme,” ujar Harunur Rasyid. (Kanalkalimantan.com/shintia)

Reporter: shintia
Editor: cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->