Connect with us

Infografis Kanalkalimantan

Sejarah Kaset: ‘Era Kaset’ di Indonesia hingga Turun Popularitas 

Diterbitkan

pada

Ilustrasi kaset. Grafis : Rideka/Kanalkalimantan

KANALKALIMANTAN.COM – Zaman kekinian, mendengarkan musik sudah tak perlu lagi menggunakan kaset. Sekarang lebih memilih menggunakan gadget karena lebih praktis dan mudah baik dalam memilih lagu dan menggunakannya. Tapi, kaset dulu juga pernah jaya di era 90-an.

Pasti masih ingat susahnya memutar lagu dengan kaset, sangat jauh berbeda dengan era modern dengan banyak pilihan mendengarkan musik seperti Mp3 atau YouTube.

Kaset pertama kali diperkenalkan oleh Phillips pada tahun 1963 di Eropa dan tahun 1964 di Amerika Serikat, dengan nama Compact Cassette. Kemudian kaset semakin populer di industri musik selama tahun 1970-an dan perlahan-lahan menggeser piringan hitam. Produksi besar kaset diawali pada tahun 1964 di Hanover, Jerman.

 

 

Pada awalnya, kualitas suara pada kaset ini tidak terlalu bagus untuk musik. Bahkan beberapa model awal tidak memiliki rancangan mesin yang baik. Pada tahun 1971, The Advant Corporation memperkenalkan model terbarunya, Model 201, yang menggabungkan Dolby tipe B pengurang gangguan (noise) dengan pita kromium dioksida. Oleh karena itulah kaset mulai dapat digunakan dalam industri musik secara serius, dan dimulailah era kaset berketepatan tinggi.

Baca juga: Tan Paulin Ratu Batu Bara di Kaltim, Mengaku Tak Punya Tambang, Pernah Dilaporkan Tapi Tak Ditangkap

Selama tahun 1980-an, popularitas kaset tumbuh semakin pesat karena hadirnya rekorder poket portabel pemutarnya seperti Sony’s Walkman. Seperti radio yang menyediakan musik pada 1960-an, pemutar CD portabel pada 1990-an, dan MP3 Player pada 2000-an, kaset memegang peran besar dalam dunia musik pada 1980-an dan 1990-an, bahkan pada era sekarang (setelah 2000-an), kaset masih menjadi salah satu alternatif media musik.

Sebelum 1970-an, dunia musik tanah air menggunakan piringan hitam sebagai sarana untuk mengekspresikan musik. Lokananta di Surakarta dan Irama di Menteng Jakarta merupakan dua perusahaan rekaman pertama di Indonesia. Lokananta, yang merupakan milik pemerintah, berdiri pada tahun 1957. Bertugas untuk memproduksi dan menduplikasi piringan hitam. Namun pada tahun 1970-an akhirnya produksi pun bergeser dari piringan hitam ke kaset.

Remaco, yang pada masa itu merupakan salah satu perusahaan rekaman besar di Indonesia, mengalami kerugian pada masa awal munculnya kaset pada tahun 1970-an. Lagu-lagu dalam piringan hitamnya dibajak ke dalam kaset. Meskipun pada akhirnya Remaco pun memproduksi kaset karena kaset merupakan teknologi yang lebih murah dan praktis dibandingkan dengan piringan hitam yang mahal dan rumit.

Meskipun awalnya perusahaan-perusahaan rekaman tersebut mengeluh atas munculnya kaset yang membajak piringan hitam, akhirnya mereka pun -sekaligus perusahaan yang baru muncul- berpaling dan menikmati suatu teknologi baru bernama ‘kaset’ tersebut. Kaset meledak di mana-mana. Para musisi baru di ‘era kaset’ bermunculan dan perlahan menggeser musisi-musisi ‘era piringan hitam’.

Sebut saja Koes Plus, Broery Marantika, dan Emilia Contessa. Namun, seiring berkembangnya teknologi dan inovasi-inovasi baru di bidang musik, di pertengahan 1990-an, kaset mengalami masa-masa akhir kejayaannya. Masuknya compact disc (CD) ke Indonesia menyediakan alternatif baru dan canggih bagi para penikmat musik.

Kualitas suaranya yang lebih jernih dan pemilihan pemutaran lagu yang lebih mudah dan cepat menjadi beberapa kelebihan CD dibandingkan kaset. Meskipun begitu kaset tetap diminati karena harganya yang lebih murah dibandingkan CD. Pada tahun 2000-an, kaset pun makin tergencet oleh perkembangan CD. Perusahaan-perusahaan rekaman di tanah air telah menjadikan CD sebagai sarana rekaman musik.

Pada perkembangan di Indonesia, kaset tidak hanya digunakan dalam industri musik. Kaset juga biasanya digunakan untuk dakwah-dakwah agama berupa ceramah oleh seorang rohaniawan.

Penurunan popularitas

Di banyak negara barat, pasar bagi kaset telah menurun tajam setelah masa puncak kejayaannya di akhir-akhir 1980-an. Di awal 1990-an popularitas kaset menurun seiring muncul dan berkembangnya compact disc (CD). Pada tahun 2000-an penjualan kaset menurun drastis dibandingkan pada tahun 1980-an.

Penjualan kaset di Amerika Serikat jatuh drastis pada tahun 2006. Semenjak itulah kaset tidak lagi menjadi isu yang menarik bagi industri musik dan major label. Meskipun begitu, pada tahun 2008 ini kaset kosong masih diproduksi dan dijual di toko-toko. Baik perekam maupun pemutarnya meskipun semakin hari semakin jarang, masih dapat ditemukan.

Baca juga: Sementara Pakai Aula, Pedagang Pasar Bauntung Inginkan Mushala

Perlu diingat bahwa kaset telah mampu diaplikasikan secara spesifik, seperti audio-car, pada tahun 1990-an. Kaset lebih tahan terhadap debu, panas, dan goncangan jika dibandingkan pesaing digital utamanya (CD). Saat perekam suara digital semakin populer, perekam kaset (mikrokaset) cenderung lebih murah Meskipun kaset dan alat-alat lainnya yang berhubungan telah menjadi sesuatu yang dianggap marjinal di industri musik, merekam pada pita analog kadang-kadang masih menjadi suatu pilihan. (kanalkalimantan.com/wikipidea.id)

Editor : kk


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->