Connect with us

Kota Banjarmasin

Saat Masyarakat Susah, Pangkalan Elpiji 3 Kg di Banjarmasin Malah Menimbun!

Diterbitkan

pada

Warga antre elpiji di pangkalan milik H Dalmi di Batola hingga malam hari. Foto : rendy, ammar

BANJARMASIN, Di saat masyarakat kesusahan mencari gas elpiji 3 kg, sebuah pangkalan gas elpiji di Kelurahan Alalak Utara, Banjarmasin malah melakukan penimbunan stok. Hal ini terungkap saat anggota polisi dari Polsekta Banjarmasin Utara mendatangi lokasi pangkalan milik H Muhammad, Rabu (21/2).

Saat tiba di depan pagar gudang elpiji tersebut, polisi mendapati sebuah tulisan “Gas Elpiji Habis Lagi Wa.. Ai”. Namun, pengumuman tersebut tak membuat petugas Polsekta Banjarmasin Utara percaya begitu saja. Berbekal informasi dari masyarakat bahwa pangkalan tersebut sebelumnya mendapat kiriman gas elpiji 3 kg dari Pertamina, polisi pun akhirnya masuk ke dalam gudang.

Dari hasil pemeriksaan, ditemukan puluhan tabung gas elpiji 3 kg. Baik yang masih bersegel, atau yang tidak menggunakan segel. Polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut atas kasus ini dengan memasang police line di tempat tersebut.

Kelangkaan elpiji 3 kg beberapa hari ini menjadi keresahan tersendiri bagi masyarakat. Di sejumlah lokasi, terlihat dipenuhi warga yang mengantre. Di Banjarmasin Timur, Kelurahan Kebun Bunga, warga sempat memadati pangkalan gas elpijii 3 kg di sana. (Lihat: Foto-foto Antre Menunggu Si Melon Datang).

Salah seorang warga, Sari, dari Jl Veteran mencari gas hingga ke tempat tersebut dikarenakan di wilayah sekitar rumahnya sudah tak dijumpai lagi.

“Saya pengusaha keripik. Sangat bergantung dengan gas 3 kg ini, karena apabila membeli minyak gas yang juga cukup langka akan mahal biaya produksinya,” ungkapnya kepada Kanalkalimantan.com.

Begitu pula dengan Yadi, warga Pasar Batuah juga mengatakan kesehariannya sebagai pedagang gorengan keliling sangat kebingungan ketika akan berjualan. “Saya bela-bela menunggu di pangkalan ini sebelum truk pembawa gas datang,” ungkapnya.

Di daerah lain pun mengalami kejadian sama. Di Kecamatan Mandastana, Kabupaten Batola, juga nampak masyarakat mengantre di pangkalan untuk mendapatkan gas elpiji 3 kg. Tidak terkecuali Pangkalan gas elpiji 3 kg milik H. Dalmi, di Desa Tabing Rimbah Rt 07, Pasar Jumat, Kecamatan Mandastana. Sejak sore hingga malam, ratusan warga yang tersebar di beberapa desa terus berdatangan seakan tanpa henti untuk berebut mendapatkan si melon.

Menyikapi banyaknya permintaan, H Dalmi pun membuat aturan satu orang satu gas. “Karena  keterbatasan stok yang ada, untuk memenuhi permintaan masyarakat saya membatasi penjualan gas ini, satu orang satu gas saja dan tidak boleh lebih,” tegasnya. Harga satu gas melon di tempat tersebut masih dibanderol Rp 18 ribu.

Dalmi mengatakan, hingga malam ini masih ada saja yang berdatangan untuk mengantre. Padahal stock yang tersedia sudah habis, kira-kira sebanyak 250 tabung yang di angkut dengan mobil APV tadi pun ludes dalam sekejab. “Masyarakat yang datang juga tidak hanya dari desa kami saja, namun banyak juga yang mengaku dari desa tetangga seperti Desa Bangit Baru dan Desa Puntik Tengah,” ungkap Dalmi.

Foto : rendy, ammar

Prabu Seno, Ketua RT 06 Puntik Tengah ikut memantau keadaan tersebut . Kepada Kanalkalimantan.com mengatakan, masyarakat memilih berebut si melon di pangkalan H Dalmi karena harganya yang murah. Jauh jika dibanding dengan harga di eceran bisa mecapai Rp 25 ribu per tabungnya.

Padahal, dari pantauan di sejumlah lokasi di Banjarbaru dan Banjarmasin, harganya kini mencapai Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu!

Terkait hal ini, Kepala Dinas Perdagangan Banjarbaru Abdul Basid mengatakan, dari pihak dinas akan berkoordinasi dengan Pertamina jika memang di dapat ada pengecer yang menjual di luar batas wajar atau lebih 2 X lipatnya. “Dari laporan tim survei didapat kisaran harga eceran Rp 22-25 ribu saja,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, Ketua DPD Hiswana Migas Kalimantan H Saibani berdalih kelangkaan gas elpiji 3 kg tersebut dikarenakan cuaca yang saat ini cukup ekstrime. Kesyahbandaraan dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Banjarmasin telah menerbitkan larangan berlayar. “Makanya kapal pengangkut gas elpiji 3 kg dari Situbondo ke Banjarmasin belum bisa berlayar,” jelasnya.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,  Hiswana Migas Kalsel dan Pertamina telah membuat solusi. Yakni menggunakan sistem set to set (STS). Semula kapal pengangkut masuk sampai Depot Banjarmasin, tapi kini cukup di Muara Sungai  Barito. Kemudian dipindahkan ke kapal yang mengantar sampai ke Depot dan dilanjutkan ke SPBE hingga disalurkan ke masyarakat. “Nanti kalau sudah normal, akan kembali seperti biasa,” ujarnya.

Dia mengatakan, suplai gas elpiji subsidi minimal 350 metrik ton perhari. Namun dengan sistem STS hanya 245 metrik ton. Karena itu, dia mengimbau kepada seluruh agen gas elpiji agar menjual sesuai harga standar.(ammar/rendy)

Reporter : Rendy, Ammar
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->