Connect with us

Kanal

Merasakan Nostalgia Mencari Ikan Menggunakan Antae di Sungai Martapura

Diterbitkan

pada

Kakek Jamaluddin menangkap ikan dengan Antae Foto: rendy

MARTAPURA, Menangkap ikan menggunakan jaring maupun pancing, itu hal yang biasa. Jika ingin merasakan sensasi menangkap ikan dengan cara lama, maka cobalah menggunakan ‘Antae’.  Apa itu?

Antae atau tangguk antae adalah alat jebakan alias perangkap ikan yang terbuat dari bambu yang dibekah hingga tipis lalu dirangkai membentuk bulat lonjong sedemikian rupa agar bisa masuk ke dalam air untuk menangkap ikan.

Cara menangkap ikan dengan alat tradisional ini tentunya ramah lingkungan karena hanya menggunakan alat yang sederhana dan tentunya tidak berlawanan dengan cara-cara kebanyakan yang dilakukan saat ini seperti dengan menggunakan setrum, potas, pukat harimau atau bahkan pukat hela yang sifatnya membunuh secara massal.

Seiring dengan kemajuan tekhnologi ketika berbagai alat penangkap ikan semakin canggih, hingga berbagai cara praktis di pergunakan untuk menangkap ikan ,namun tidak bagi Jamaluddin Al Afghani (63) laki laki asli kelahiran Martapura ini.

Kakek tua yang berpropesi sebagai tukang pemandi zenajah yang kerap di sapa kakek Jamaluddin ini mengatkan sudah puluhan tahun jika tidak ada kegiatan menggunakan alat tradisional Antae untuk menangkap ikan di sungai Martapura setiap sorenya, tepatnya di pinggiran jalan Martapura lama desa pekauman ulu Kacematan Martapura timur.

“Ya beginilah sehari-harinya kehidupan saya menikmati masa tua. Walaupun hasil tangkapan ikan dapatnya tidak menentu, namun sudah menjadi hoby dan banyak sedikitnya hasil tangkapan itu utusan nomor dua yang penting turun dulu ke sungai,” ungkapnya.

Ketika di anya apakah alat perangkap ikan antae ini merupakan alat tradisonal khas Kabupaten Banjar dia pun tidak dapat memastikan akan hal tersebut. “Yang saya tahu sejak zaman kakek saja dulu juga sudah menggunakan alat ini ya mungkin saja begitu,” katanya.

Diapun menceritakan untuk alat perangkap ikan ini sudah jarang sekali di gunakan mengaingat orang sekarang sudah mau yang peraktis dan mendapatkan ikan banyak.

“Paling hanya orang-orangnya saja yang menggunakan alat ini kalau anak zaman sekarang mana mau menggunakannya,” ujar kakek Jamaluddin

Dan ketika di tanya hasil tangkapan dia mengatakan sudah 4-5 hari ini mengalami penurunan jika dibanding minggu kemaren, adapun untuk ikan yang biasanya terjaring adalah ikan puyau junu hingga ikan saluang.“sekarang kayanya ikannya sudah mulai sedikit karena musimnya sudah habis, mungkin menunggu musim tebas di hulu dulu baru hasil tangkapan ikan banyak lagi,” ujarnya.

Menurut kakek Jamaluddin, adapun hasil tangkapan ikan ini nantinya akan dijual pada pembeli yang menginginkannya. Seperti orang-orang yang sering lewat di jalan. “Untuk harga kerap saya jual Rp 10 ribu per kaleng dan dalam sehari normalnya dia bisa menjual 5-4 cup dengan total pendapatan Rp 25 ribu namun kalo sepi kaya sekarang dua cup saja susah di dapat, namun berapapun dapatnya itu tidak masalah,” pungkasnya. (rendy)

Reporter: Rendy
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->