Connect with us

HEADLINE

Melindungi Hak Adat Masyarakat Dayak Pitap Desa Kambiayian dari Incaran Pengeruk Kekayaan Pegunungan Meratus

Diterbitkan

pada

Anang Suriyani, Pembakal Desa Kambiayian. Foto: Wanda

KANALKALIMANTAN.COM, PARINGIN – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Selatan (Kalsel) berkolaborasi dengan Greenpeace Indonesia mengajak para jurnalis menggelar kegiatan media trip selama tiga hari, 22-24 Desember 2023.

Media trip Walhi Kalsel-Greenpeace Indonesia sejumlah jurnalis mengunjungi permukiman masyarakat adat Dayak Pitap yang berada di bentangan kawasan Pegunungan Meratus di Kabupaten Balangan.

Kampung di tengah Pegunungan Meratus itu adalah Desa Kambiyain yang berada di Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Balangan. Saat ini masyarakatnya masih memperjuangkan pengakuan perlindungan atas hak masyarakat adat oleh negara secara hukum.

Baca juga: Beli Tiket Secara Online, KSOP Banjarmasin Pastikan Tak Ada Calo di Pelabuhan Trisakti

Para Jurnalis Kalsel ketika melaksanakan pertemuan masyarakat adat Dayak Pitap di Balai Desa Kambiyain Kabupaten Balangan, Minggu (24/12/2023) malam. Foto: wanda

“Penting dalam kurun waktu ini diadakan kegiatan media trip untuk teman-teman media mengetahui secara langsung kondisi masyarakat khususnya Dayak Pitap dengan ancaman industri ekstratifnya yang luar biasa bahkan di Kalsel belum ada satu pun yang diakui wilayahnya,” ucap Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono yang mengawal langsung media trip, Minggu (24/12/2023).

Cak Kis -biasa disapa- menjelaskan masyarakat adat Dayak Pitap sudah melakukan perjuangan jauh sebelum Indonesia merdeka.

Bahkan setelah melakukan pemekaran dari semula menjadi bagian wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara -20 tahun silam-, kini menjadi bagian Kabupaten Balangan, belum juga mendapatkan kepastian atas hak-hak masyarakat adat.

Baca juga: Khidmat Perayaan Natal di Banjarmasin, Jemaat Gereja Katedral Penuh Sukacita

Potret permukiman masyarakat adat Dayak Pitap yang berada dalam bentangan kawasan Pegunungan Meratus di Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan. Foto: wanda

“Salah satu bentuk apresiasi selain dari hak masyarakat untuk diakui oleh negara secara hukum, perjuangan juga kita lakukan karena jasa-jasa masyarakat adat, jika kita melihat kondisi lingkungan masih asri, hutan masi terjaga, adat istiadat, hingga kearifan lokalnya,” ungkap Cak Kis.

Hal ini yang terjadi di Dayak Pitap, dengan potensi hutan telah mereka jaga dengan benteng aturan adat dan kearifan mereka menjadi sumber masalah dan ancaman bagi kaum kapitalis untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Tidak hanya itu lahan yang subur dan luas membuat hasrat untuk mengambil dan menggantinya dengan tanaman perkebunan skala besar.

Baca juga: Sterilisasi Gereja Malam Misa Natal di Banjarmasin, Kapolda Kalsel Pastikan Aman

Sumber daya alam yang ada di perut bumi juga sudah mereka intai sejak lama dan hanya menunggu waktu untuk mengambilnya.

Dayak Pitap kaya dengan kayu-kayuan komersial, sumber biji besi dengan bahan ikutan emasnya, gunung batu dengan gampingnya menjadikan kawasan yang bertuah ini sebagai benda antik yang sangat berharga untuk dikeruk sebagai pemuas nafsu kapitalis.

Menanggapi hal itu, Anang Suriyani, Pembakal Desa Kambiayian mengatakan peran media dirasa sangat penting bagi masyarakat adat Dayak Pitak untuk lebih dikenal oleh masyarakat luar bahkan dunia.

“Ini juga menjadi keinginan kita di mana anak-anak muda aktif ikut terlibat misalnya dalam hal mengambil keputusan baik itu musyawarah rembuk adat, baik itu masalah pelanggaran yang ada di desa kita. Kita akan lebih senang kalau anak-anak muda itu ikut serta dan memberikan masuka masukan kepada yang tua,” ujar Anang Suriyani, Pembakal Desa Kambiayian.

Baca juga: Pentingnya Penerapan ESG bagi Industri dalam Mewujudkan Keberlanjutan dan Ketahanan

Dirinya menyambut positif kedatangan Walhi Kalsel yang membawa sejumlah jurnalis media di Kalsel.

Selama tiga hari itu Anang banyak memberikan kisah-kisah perjuangannya menuntut hak masyarakat adat Dayak Pitap, melalui diskusi bahkan pertemuan masyarakat adat di Balai Desa.

Para jurnalis diajak lebih mengenal tentang adat istiadat, kearifan lokal hingga mengetahui bagaimana kondisi ekonomi dan pendidikan di kampung ini.

“Sesungguhnya ini yang sangat ulun harapkan artinya dimana permasalahan-permasalahan yang ada, dengan adanya kawan-kawan media yang datang, bisa menyebarluaskan informasi yang ada di wilayah kita,” harap dia.

Baca juga: Kemenperin Akselerasi Pengembangan Kawasan Industri Ramah Lingkungan

Untuk diketahui , wilayah Dayak Pitap secara geografis berada di bentangan kawasan pegunungan meratus yang terletak antara 115035’55” sampai 115047’43” Bujur Timur dan 02025’32” sampai 02035’26” Lintang Selatan.

Adapun jarak desa ke kecamatan dapat ditempuh sejauh 35 Km, jarak desa ke kabupaten sejauh 48 Km dan jarak desa ke provinsi adalah 231 Km.

Karena letak daerah Dayak Pitap yang berada di ketinggian Pegunungan Meratus menyebabkan areal kawasan ini memiliki fungsi hidrologis yang sangat penting bagi aliran air sungai yang berada di hilirnya

Areal ini juga merupakan daerah tangkapan air dan hulu dari banyak sungai besar yang mengalir di Kalimantan Selatan. (Kanalkalimantan.com/wanda)

Reporter : wanda
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->