Connect with us

kampus

Mahasiswa Prodi Kimia Kembangkan Teknologi Pengolahan Air di Desa Pekauman Ulu Banjar

Diterbitkan

pada

Mahasiswa Prodi Kimia FMIPA ULM mengembangkan teknologi pengolahan air SSF di Desa Pekauman Ulu, Banjar. Foto: ist

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA– Lima mahasiswa Prodi Kimia Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengembangkan teknologi pengolahan air di Desa Pekauman Ulu, Kabupaten Banjar. Pengolahan ini menggunakan teknologi sederhana disebut Slow Sand Filter (SSF) yang dapat dengan mudah diaplikasikan masyarakat mengolah air kotor menjadi air yang jernih dan layak dikonsumsi.

Kelima mahasiswa Prodi Kimia yakni Nafisah, Nafia Fitrawati, Risaldi Ridwan, Puspita Jamilah Rahimah, dan Fathul Jannah, tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM). Dimana proposal yang mereka ajukan dalam kompetisi PKM yang rutin dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi berhasil lulus seleksi setelah bersaing dengan ribuan proposal lain, dan mendapat dana untuk pelaksanaannya.

Dalam mendesain dan merakit unit SSF ini, tim dibimbing oleh Utami Irawati, PhD, salah satu staf dosen Prodi Kimia FMIPA ULM. Lebih istimewa lagi, para tim bahkan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan arahan dari Prof. Chad T. Jafvert, seorang professor di Purdue University, Amerika Serikat, yang telah berpengalaman membangun unit-unit SSF di berbagai negara seperti di Kolombia, Cina, dan Kenya.

Baca juga: Viral Evakuasi Korban Kecelakaan Jadi Sorotan Publik, Posisinya Bikin Bingung

 

 

“Tim memilih teknologi SSF ini karena pembuatan unit SSF ini sendiri memerlukan alat dan bahan yang sederhana, murah dan mudah diperoleh, sehingga masyarakat umum tidak akan kesulitan untuk mengaplikasikannya,” kata Nafisah, kepada Kanalkalimantan.com.

Ia menjelaskan, kegiatan ini sendiri berlangsung dalam beberapa tahapan. Salah satu tahapan awal yang dilakukan adalah sosialisasi sekaligus demonstrasi alat sederhana pada tanggal 12 Juni 2021 untuk menyampaikan informasi awal kepada masyarakat desa.

“Kegiatan sosialisasi dilakukan secara luring dengan mengundang sejumlah warga dan pejabat desa, yang tentunya diselenggarakan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Dalam sosialisasi, selain menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan, tim juga mendemonstrasikan prorotipe alat, yaitu miniatur unit Slow Sand Filter yang dibuat dari ember sedang berkapasitas 12 liter,” jelasnya.

Setelah melakukan sosialisasi, tim mulai bekerja untuk merakit unit SSF menggunakan drum plastik berkapasitas 120 L. Seperti nama teknologinya, sebuah unit SSF menggunakan pasir sebagai media pengolahan air.

Pasir berfungsi sebagai medium berkembangnya mikroorganisme yang akan menguraikan zat-zat pengotor di dalam air, sehingga air yang telah melewati medium pasir ini menjadi jernih.

Baca juga: Sikapi Tingginya Keterisian ICU, Pemprov Kalsel Wacanakan Pembuatan RS Darurat Covid-19!

Mekanisme inilah yang membedakan SSF dengan medium filter lain yang umumnya mengandalkan pengikatan partikel pengotor pada medium filter.

“Karena pengolahan yang terjadi adalah pengolahan secara biologis, unit SSF dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama tanpa perlu dikuras, karena penyumbatan akibat partikel pengotor yang tertumpuk pada medium pasir dapat diminimalisir,” jelasnya.

Setelah tim selesai merakit dua unit SSF yang ditempatkan di depan kantor desa, tim selanjutnya melakukan penyuluhan mengenai perakitan alat Slow Sand Filter pada tanggal 10 Juli lalu. Dalam penyuluhan ini, tim menunjukkan bahan-bahan dan alat yang digunakan untuk membuat sebuah SSF. Kegiatan diikuti oleh warga desa dan beberapa aparat desa dengan tetap memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan.

“Para warga yang antusias mengikuti penyampaian awal dari tim terlihat semakin bersemangat ketika tim mendemonstrasikan unit SSF. Antusiasme ini tampak jelas dari kegembiraan warga saat melihat air yang keluar dari SSF terlihat sangat jernih, sangat berbeda dengan air keruh dari tandon yang berasal dari Sungai Martapura yang dialirkan ke dalam unit SSF,” katanya.

Hasil pengolahan air dengan teknologi sederhana ini pun mengundang kagum warga di Desa Pekauman Ulu.

Baca juga: Banjarbaru Level 3, Wali Kota: Naik Level 4 Banjarbaru PPKM Darurat

“Banyunya kaya banyu gunung (airnya seperti air gunung)!” kata seorang warga saat melihat air yang telah diolah menggunakan SSF.

Masyarakat Desa Pekauman Ulu berharap, unit-unit SSF lain dapat dirangkai dan ditempatkan di lokasi yang mudah terjangkau oleh warga. Sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh lebih banyak orang.

Pada kesempatan tersebut tim juga membagikan leaflet berisikan petunjuk praktis untuk merakit unit SSF, mulai dari alat dan bahan yang diperlukan, susunan alat dan cara membuat unit SSF dari alat dan bahan tersebut.

“Kami harapkan, dengan adanya penyuluhan ini, dan leaflet ini juga dapat membantu warga desa untuk dapat membuat sendiri SSF untuk keperluan mereka,” ungkap Nafia Fitrawati, salah satu anggota tim. (Kanalkalimantan.com/rls)

Reporter: rls
Editor: cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->