Connect with us

HEADLINE

Kisah Mahasiswa Banjar di China, Sempat Takut Saat Pertama Pandemi Covid-19 Terjadi! 

Diterbitkan

pada

Mohamad Syahri Romadhon, mahasiswa asal Kabupaten Banjar yang sedang melaksanakan studi di China.  Foto: istimewa 

KANALKALIMANTAN.COM – JAUH dari keluarga di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi, tentu bukan hal yang menyenangkan. Tapi itulah yang dialami para mahasiswa yang saat ini sedang ada di luar negeri. Mereka berjuang meraih pendidikan meski tanpa kehangatan keluarga di situasi berbeda dari sebelumnya. 

Hal ini juga dialami oleh Mohamad Syahri Romadhon, mahasiswa asal Cindai Alus Martapura, yang saat ini menempuh pendidikan di Suzhou Polytechnic Institute Agriculture, Suzhou, China. Pria kelahiran 9 Desember 1999 yang sudah satu tahun menjalani studi di negeri gingseng tersebut menuturkan berbagai pengalamannya. Mulai dari soal perkuliahan, kondisi masyarakat, hingga kerinduan pada kampung halaman. 

Berikut petikan wawancara langsung melalui Whatsapp dengan tim Kanalkalimantan Yuda Ekaristono, kemarin malam. 

 ** 

Assalamualaikum. Bagaimana kondisi kamu saat ini? 

Waalaikum salam. Kondisi sekarang masih baik dan masih sehat seperti biasa. Kondisi teman-teman di sini juga sehat semua. Alhamdulillah. 

Bagaimana kondisi perkuliahan saat ini. Apakah sudah normal atau masih libur sementara? 

Saat ini sedah liburan musim panas, beberapa daerah sudah kembali normal, masyarakat sudah beraktivitas seperti biasa, dan sekolah pun sudah kembali diadakan. 

Apakah yang dilakukan pihak kampus di tempat kamu untuk menjamin proses perkuliahan tetap berlangsung? 

Saya ingat waktu pertama kali Covid-19 muncul. Kami pada saat itu sedang liburan musim dingin, tidak diperbolehkan untuk pergi keluar sekolah, awalnya bingung bagaimana kami dapat membeli makanan pokok untuk dimasak bila tidak diperbolehkan keluar. Sementara jika sekolah dalam keadaan libur, kantin sekolah sudah pasti tutup. Namun sekolah sangat luarbiasa dalam menjamin kebutuhan kami, kami mendapat supply makanan tiap dua hari sekali, dan itu sangat banyak, dan tentu sehat dan higienis, mereka selalu menyediakan daging, sayur, buah dan susu setiap 2 hari sekali. Dan kepedulian mereka para pihak sekolah terasa saat mereka membelikan beberapa peralatan sport untuk bermain di playground sekolah. Seperti bola, bola basket, peralatan badminton, dan peralatan lainnya agar kami tidak merasa jenuh di dalam sekolah. 

Apa yang beda menurut kamu antara sistem kuliah di tempatmu saat ini dengan di tanah air yang saat ini  melaksanakan perkuliahan secara online? 

Saya mungkin kurang tahu sistem kuliah online di Indonesia. Namun di sini kami juga memakai sistem online class juga. Bahkan untuk teman-temanku yang pulang ke Indonesia. Mereka juga mengikuti kelas online melalui semacam aplikasi. Sistem yang menurutku berbeda adalah saat pandemi sedang berlangsung, kami memang menunda school time alias memperpanjang liburan musim dingin saat itu. Namun, kami tetap bisa kembali bersekolah saat pandemi karena kami melakukan karantina saat sekolah dimulai, mahasiswa China yang datang dari berbagai daerah, melakukan karantina di asrama selama 2 minggu, agar benar-benar memastikan tidak ada penyebaran virus (jika ada).  

Dan selama pembelajaran kami sama sekali tidak diperbolehkan keluar agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di luar sekolah. Kami hanya bisa keluar sekolah dengan pengawasan guru. Setiap malam petugas sekolah selalu menge check suhu tubuh, dan di kantin maupun saat belajar di kelas dilakukan social distancing. Seperti menjaga jarak saat duduk atau bungkus makanan saat beli di kantin dan makan di asrama. 

Berapa lama kamu mengambil studi di China?  

Aku belajar di china selama 3 tahun. Karena program ku masih D3. 

Bisa ceritakan bagaimana awalnya kamu bisa sampai belajar di sana? 

Saat SMK cuma dengar kabar kalau sekolah sebelah lagi ada penawaran beasiswa ke China dan aku juga tertarik untuk belajar ke sini karena menganggap China telah sukses dalam bidang bisnis dan pemasaran. Jadi menurutku kukira aku tepat untuk belajar disini soal pemasaran, karena itu aku memilih jurusan International Trade. 

Saat pertama kali Covid-19 terjadi di China, apa yang kamu rasakan bersama teman-teman di sana? 

Takut pasti. Ingat banget waktu itu, kami semua anak Indonesia berkumpul di kamar saya hanya untuk berbincang soal virus korona, beberapa orang mempertimbangkan untuk pulang atau stay di sini. Jika diingat benar-benar situasi yang menakutkan, yang pada saat itu semua keluarga masing-masing pada menyuruh untuk pulang. Dan kami pada saat itu tidak menyangka bahwa pandemi ini menyebar hingga seluruh dunia. 

Bagaimana pemerintah menerapkan kebijakan untuk mengurangi dampak penyebaran Covid-19? 

Memenuhi kebutuhan masyarakat saat masyarakat dibatasi untuk beraktifitas di rumah. Pemerintah tentu menyediakan kebutuhan pokok untuk masyarakat yang tak boleh keluar saat itu. Dan benar-benar luar biasa, pemerintah mampu menangani ini. Minim keluhan dan masyarkat dapat menerimanya. Contohnya kami mahasiswa international yang mendapat supply makanan dari sekolah yang dibiayai pemerintah. Benar-benar makanan yang sangat banyak, tentu lebih dari cukup. 

Adakah kebijakan ketat, semacam lockdown di tempatmu? Bagaimana penerapannya? 

Saat awal virus mulai merebak di Wuhan, pemerintah langsung menutup tempat itu dan me-lockdown. Menurutku itu suatu langkah pencegahan yang cepat dan luar biasa bagus, walau tak menutup kemungkinan untuk menyebar di wilayah lain, itu benar-benar dapat menekan angka penyebaran dengan sangat baik, aku tak dapat membayangkan bila saat itu wuhan tak di lockdown, karena memang tempat itu sangat parah.  

Di kota ku Suzhou, kupikir  itu juga lockdown pada saat itu, karena hampir semua toko dan swalayan tutup, dan orang-orang juga tidak diperbolehkan keluar jika tak urgent. 

Apa yang kamu lakukan, juga sebagian besar masyarakat di sana saat ada kebijakan locdown atau karantina wilayah? 

DirumahAja. He he he.. sama dengan negara lain, kami juga membatasi aktifitas di luar rumah. Hanya para pekerja seperti kurir, petugas keamanan dan beberapa pekerja yang dapat tetap bekerja seperti biasa, aku ingat saat itu masyarakat tidak keluar rumah untuk berbelanja (karena tak ingin bukan karena tak boleh) dan berbondong-bondong untuk belanja secara online, itu sangat over dan aku ingat saat membeli barang online, menunggu barang itu sangat lah lama karena banyaknya masyarakat belanja online dan keterbatasan kinerja kurir. 

Bagaimana tingkat kepatuhan dan dispilin masyarakat terkait protokol kesehatan Covid-19? 

Mereka mentaati dengan baik, banyak masyarakat enggan keluar rumah dan dan kulihat mereka yang keluar pasti memakai masker, yang ku salut kan adalah tingkat kesadaran diri dan sosial yang sangat bagus dan mereka mentaati aturan pemerintah dengan baik. 

Dalam kondisi seperti saat ini, apakah kamu rindu kampung halaman? 

Tentu saya sangat rindu, terlebih saat ini saya sangat khawatir, karena teman-teman dan keluarga sedang menghadapi pandemi saat ini. 

Bagaimana komunikasi dengan keluarga di rumah? 

Sebenarnya saya rutin vidcall dengan keluarga dirumah, karena itu kupikir zaman sekarang jauh dari rumah tidak lah buruk dibanding masa lalu. Karena sekarang kemajuan teknologi dapat mempermudah kami dalam berkomunikasi dengan mereka yang jauh.  

Ada berapa anak Kalsel yang juga kuliah di sana? 

Dari kampus lain beberapa orang dari kalsel, di kampus kami cuma 5 orang. Karena program mahasiswa luar negeri masihlah baru di kampus kami. 

Apa yang kamu lakukan jika kamu suatu waktu merasa rindu dengan Kalsel? 

Tentu telpon teman dan keluarga yang ada di kalsel, dan aku juga sering buka instagram untuk melihat berita terbaru seputar Kalsel. 

Adakah di sana yang menjual masakan Banjar? 

Mungkin ada di suatu tempat, tapi aku masih belum pernah melihatnya. 

Makanan Banjar apa yang paling kamu kangeni? 

Aku kangen sekali makan bingka babanam khas banjar, dan tentu soto banjar juga aku suka. 

Sering kumpul dengan rekan-rekan sedaerah? 

Setiap jum’atan kami bertemu di mesjid, saya bertemu beberapa anak Kalsel dari sekolah lain, kami berbincang setelah sholat jum’at dan terkadang makan bersama di restoran halal. 

Apa kegiatan yang dilakukan mahasiswa asal Banjar?  

Kami juga mengadakan kegiatan keagamaan. Seperti peringatan isra’ miraj bersama-sama di kampus. 

Apakah pariwisata di sana sudah mulai buka? 

Sekarang sudah mulai buka, namun pengunjung masih belum terlalu banyak dan tentu masih diberlakukan protokol kesehatan. 

Apakah kamu tahu, jika saat ini Kalsel termasuk salah satu provinsi 5 besar tertinggi jumlah kasus Covid-19 di Indonesia? 

Saya tahu. Karena saya mengikuti perkembangan berita di indonesia, khususnya kalsel. 

Menurut kamu, apa yang mesti dilakukan untuk mengurangi tingginya Covid-19 di sini? 

Pertama adalah kesadaran diri dan jika hanya kesadaran diri, itu tidaklah cukup, pedulilah dengan orang sekitar dengan mengimbau soal kesadaran karena pandemi ini bisa diatasi dengan cara bersama-sama, sadar bersama-sama. Dan selalu ikuti protokol kesehatan. 

Kapan selesai kuliah, dan apa rencana kamu ke depan? 

Mungkin sekitar tahun 2022, rencana yang paling dekat saat ini aku ingin ekstensi lanjut ke S1, karena saat ini aku masih tahap diploma3. 

(Kanalkalimantan.com/Yuda Ekaristono) 

 

Reporter : Yuda
Editor : Cell



iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->