Kota Banjarbaru
Khawatir Konsumsi Obat Sirup, Ini Pilihan Herbal Tradisional Terapi Non Obat

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Obat cair dan sirup masih menjadi polemik di masyarakat. Adanya kematian memberikan pertanyaan dan kekhawatiran besar bagi orangtua akan keamanan kandungan zat yang ada di dalam obat cair dan sirup tersebut.
Hingga 24 Oktober 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebut sudah ada 255 kasus gangguan ginjal akut pada anak dari 26 provinsi.
Sejauh ini terdapat 156 obat sirup yang dinyatakan tidak menggunakan empat bahan tambahan, berupa propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan gliserin atau gliserol dan diperbolehkan untuk digunakan oleh Kemenkes RI.
Empat zat pelarut itu sebelumnya disinyalir menimbulkan cemaran zat Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG), hingga Etilen Glikol Butil Eter (EGBE).
Baca juga: Disnakertrans Tanbu Latih 16 Peserta Potong Rambut Barber Shop
Sementara itu, salah satu apotek di jalan Putri Junjung Buih, Kota Banjabaru diketahui telah menarik dan menahan penjualan obat cair dan sirup diluar 156 jenis obat yang sebelumnya telah dinyatakan aman oleh Kemenkes.
Salah satu apoteker, Dyan Fitri Nugraha MS mengapresiasi langkah untuk menghentikan sementara proses jual beli sediaan sirup sebagai langkah antisipasi.
“Diluar 156 obat itu statusnya kan masih belum tahu, apakah mengandung cemaran atau tidak, tapi intinya kita dari apoteker coba hold dulu aja, kita tahan karena di luar itu statusnya masih ditelisik kandungan cemarannnya,” ungkap ujar Dyan Fitri Nugraha kepada Kanalkalimantan.com.
Dyan mengatakan, masyarakat perlu bersabar, dan berkonsultasi dengan apoteker serta dokter untuk tetap mendapatkan terapi yang mampu mengatasi penyakit yang dialaminya, diluar penyembuhan yang dilakukan dengan menggunakan obat cair dan sirup.
Baca juga: Prof Hanafiah Dikukuhkan Menjadi Guru Besar Hukum Islam UIN Antasari Banjarmasin
“Salah satunya adalah kita menggunakan terapi non farmakologi atau terapi non obat. Jadi tidak usah khawatir terutama orangtua karena masih ada alternatif lain untuk proses penyembuhan, seperti herbal maupun tradisional,” ujarnya.
Adapun alternatif pengobatan lain yang dapat dilakukan masyarakat ialah seperti jika mengalami deman tang kurang dari 3 hari dapat dibantu dengan memberikan asupan cairan yang cukup, menggunakan kompres hangat, serta memberikan asupan nutrisi yang cukup, sembari mengamati perkembangan suhu tubuh pasien.
“Terdapat hal yang juga harus diketahui oleh masyarakat bahwa demam adalah mekanisme pertahanan diri, demam dapat disinyalir sebagai alarm dalam memobilisasi sistem pertahanan tubuh terhadap area yang terinfeksi,” sambungnya.
Bila terapi non farmakologi tidak cukup, sambung Dyan, dapat pula menggunakan obat tradisional. Seperti saat salesma dapat ditahan dengan baik, salah satunya adalah dengan mengkonsumsi jahe merah.
“Tiga rimpang jahe merah dapat dikupas, kemudian diperas dan diminum dengan takaran 3 x 1 sendok teh sehari. Namun pastikan untuk makan terlebih dahulu, mengingat efek samping dari jahe merah adalah meningkatkan asam lambung. Konsumsi ini juga dilarang bagi ibu hamil dan anak usia di bawah 2 tahun,” jelasnya.
Baca juga: Satgas TMMD Kodim 1001 Bersama Warga Lakukan Pengecoran Jalan Desa
Bagaimana dengan demam? cabe jawa dapat menjadi pilihan. Sebanyak 3-4 gram buah/hari dihaluskan menjadi serbuk, seduh dengan 1 cangkir air mendidih, kemudian diminum selagi hangat. Ramuan ini dapat dikonsumsi sebanyak 2x sehari.
Namun, bila masih belum bisa mengatasi demam atau gejala lain yang dirasakan oleh pasien, maka dapat pula menggunakan obat sitensis non-sirup.
“Seperti tablet, kapsul, dan suppositoria yang parasetamol dapat digunakan pada anak. Bila merasa tidak nyaman dengan penggunaan suppositoria melalui dubur, maka dapat pula menggerus tablet menjadi serbuk,” katanya.
Tentu ini adalah perkara dilematis, yang harus diputuskan oleh apoteker. Tablet merupakan suatu produk kefarmasian yang dibuat dengan memperhatikan berbagai hal. Dari estetik, rasa, hingga keamanan dan efektivitas.
Menghancur atau menggerus tablet, maka dapat merubah minimal satu dari empat faktor tersebut. Terlebih, tidak semua tablet boleh digerus. Maka, akan menjadi jauh lebih bijak, bila pasien atau keluarganya berkonsultasi kepada apoteker.
Baca juga: PENTING! Ini Rekayasa Lalin Saat Penaikkan Bentang Utama JPO di Jalan A Yani Km 34
Dari anjuran alternatif lain tersebut, Dyan berharap masyarakat tidak bereaksi lebih, tetap tenang dan fokus mencari penyelesaian masalah atau solusi sehingga kejadian ini tidak akan terulang lagi.
“Tapi pada intinya fokus terhadap penyelesaian masalah atau solusi, masyarakat harus tetap tenang tidak usah panik jika ada informasi yang mengejutkan langsung saja konsultasikan ke Apoteker dan tenaga medis,” pungkasnya.(Kanalkalimantan.com/wanda)
Reporter : wanda
Editor : bie

-
HEADLINE2 hari yang lalu
Dana Hibah 1 Miliar Dikorupsi, Ketua dan Bendahara Majelis Taklim Diadili
-
DPRD BANJARBARU2 hari yang lalu
Komisi III Panggil Dishub Banjarbaru, Buntut APG Organda Belum Operasi
-
Kota Banjarmasin3 hari yang lalu
Meminta Ampunan, Jemaah Masjid Sabilal Muhtadin Khusyuk Do’a di Malam Nishfu Sya’ban
-
Bappedalitbang Banjar3 hari yang lalu
Wabup Banjar Buka Rapat Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Tahun 2024
-
ADV DPRD BATOLA3 hari yang lalu
Kawasan Transmigrasi Cahaya Baru Disiapkan Jadi Transpolitan
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Dishub Banjarbaru Diminta Cepat Urus Angkutan Pelajar Gratis