Connect with us

HEADLINE

Janji Politik Para Pencari Suara Kala Kontestasi, Noorhalis Majid: Jangan Sampai ‘Diwaluhinya’ 

Diterbitkan

pada

Musim tebar pesona lewat gambar jelang musim Pemilu 2024 meski belum dimulai masa kampanye resmi. Foto: Rizki

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Tahun politik menjadi ajang para caleg mengobral janji politik memikat hati masyarakat agar memilihnya.

Kerap kali janji politik disampaikan secara langsung saat berkampanye maupun secara tidak langsung, seperti jargon yang termuat dalam baliho kampanye.

Meski hingga kini kampanye resmi Pemilu 2024 belum dimulai, sudah didapati baliho-baliho bergambar wajah para pencari suara berjejer di pinggir jalan pelbagai sudut kota.

Pengamat demokrasi Kalsel Noorholis Majid mengatakan sah-sah saja jika seorang caleg menyampaikan janji politiknya saat berkampanye. Karena menurutnya, sudah menjadi kondratnya janji dan politik itu dua hal yang tidak terpisahkan.

Baca juga: 5 JPO di Banjarmasin Ditentang, Dua Mahasiswi Meninggal Dunia Ditabrak saat Menyeberang

“Hanya yang harus diingat, apakah yang bersangkutan pada Pemilu sebelumnya pernah menyampaikan janji yang sama dan sudahkah terealisasi,” ujarnya kepada Kanalkalimantan.com, Sabtu (17/6/2023) siang.

Sebab menurut Majid ada sebagian caleg dikarenakan ingin menang, apapun yang diminta semuanya dijanjikan. Walaupun janji itu belum tentu dapat terealisasi.

Menurutnya, mereka sudah piawai dalam mengumbar janji dan sudah mengerti bagaimana memainkan emosi para pemilih, sehingga janji palsu terasa asli.

“Padahal sebagian besar tidak terbukti, yang seperti ini juga bisa dianggap ‘diwaluhinya’,” kata Majid.

Baca juga: Perempuan Pakai Daster Tenggelam Meninggal Dunia di Breman Martapura

Majid mengambil pribahasa ‘diwaluhi’ atau ‘waluh’ dalam bahasa Banjar yang berarti buah labu. Waluh menurutnya bukan hanya enak dijadikan sayur, bahkan bisa dibuat berbagai macam kue yang disukai orang Banjar.

“Hampir semua anak balita Banjar ketika awal belajar makan, disuguhkan nasi dipenyet dengan waluh, rasanya enak sekali,” ujarnya.

Sehingga ketika janji manis disampaikan dan sebenarnya bohong, maka orang Banjar menyebutnya dengan istilah ‘diwaluhinya’.

Sementara itu untuk mewujudkannya janji politik menurut Majid perlu proses dan perlu penyelarasan aturan, ketentuan dan kewenangan.

Baca juga: Prestasi 6 Nakes Teladan RSD Idaman Raih Juara Tingkat Provinsi, Jalan Menuju Level Nasional

“Maka jangan terlalu percaya janji politik, kalu pina diwaluhinya,” tutup Majid. (Kanalkalimantan.com/rizki)

Reporter : rizki
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->