Connect with us

HEADLINE

Hanif Wicaksono, Pelestari Tanaman Langka Banua Diganjar Kalpataru

Diterbitkan

pada

Ketekunan Hanif Wicaksono berbuah penghargaan Kalpataru dari pemerintah pusat Foto; dishut

Pengabdian Hanif

Pemuda asal Gambah Luar Muka, Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) berhasil meraih anugerah Semangat Astra Terpadu Untuk (Satu) Indonesia Award 2018 lalu. Lewat ketekunannya membudayakan tanaman buah langka khas Kalimantan, ia berhasil meraih penghargaan untuk kategori lingkungan.

Hanif satu dari tujuh orang yang keluar sebagai peraih apresiasi gelaran PT Astra International Tbk itu. Dimana tiap kategori meliputi lima bidang dan satu kelompok, yakni bidang kesehatan, pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, teknologi dan kelompok. Hanif terpilih di bidang lingkungan bersama Franly Aprilano Oley asal Kalimantan Timur yang berdedikasi sebagai penjaga hutan.

Keberhasilan pemuda 36 tahun itupun membuat bangga Kalimantan Selatan karena dia merupakan peserta yang mewakili provinsi dan pengiriman keikutsertaannya di ajang SIA 2018 melalui Kantor Berita Antara Biro Kalimantan Selatan.

Seperti diketahui, PT Astra International Tbk menggandeng Perusahaan Umum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara (Perum LKBN Antara) untuk mencari calon penerima anugerah SATU Indonesia Awards 2018.

Perjuangan Hanif berawal dari mendirikan Kelompok Usaha Tunas Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan kegiatan utamanya konservasi tanaman buah asli Kalimantan. Program Tunas Meratus mengumpulkan, mendokumentasikan, membibitkan, dan membudidayakan tanaman buah Kalimantan serta mengedukasi masyarakat akan pentingnya pelestarian sumberdaya plasma nutfah Kalimantan.

Sejak tahun 2012, Hanif mulai melakukan ekplorasi, dokumentasi pembibitan serta edukasi. untuk dokumentasi ada satu bab buku sudah publikasi dengan judul ‘Potret Buah Nusantara Masa Kini’. Sementara 6 draft buku lagi belum publikasi berjudul “Buah Hutan Kalimantan Selatan seri 1-6 (sebuah dokumentasi dan upaya konservasi)”.

Pria kelahiran Blitar lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi tersebut ketika pindah dari Jawa Timur ke Kalsel tahun 2011 mengaku menemui berbagai macam buah yang tidak pernah dilihatnya di Jawa. Semakin menarik menurut Hanif ketika ternyata masyarakat lokal Kalsel sendiri banyak yang belum pernah melihat pohon dari buah-buahan tersebut.

Didorong rasa senangnya terhadap tanaman dan bumbu penasaran, mulailah dia menjelajah untuk mencari asal dari buah-buah langka khas Pulau Kalimantan. Semakin lama ternyata buah yang ditemui semakin banyak dan beragam akhirnya dia terfikir untuk mengumpulkan tanaman tersebut hingga saat ini.

Selama lebih dari 5 tahun berjalan program yang dirintisnya hanya pernah mendapat bantuan sekali untuk membuat sebuah nursery dari BPTP Kalsel. Selebihnya berjalan dengan menyisihkan dana pribadi.
“Pembibitan kami lakukan untuk memperbanyak buah Kalimantan dimana ada lebih dari 100 jenis buah endemik yang diperbanyak untuk pelestarian dan sampai saat ini sudah ribuan bibit kami bagikan baik ke masyarakat, instansi maupun kebun raya,” tuturnya.

Hanif menegaskan, sumberdaya genetik adalah kekayaan bangsa sekaligus identitas. Contohnya seperti buah kasturi (Mangifera Casturi) adalah flora identitas Kalimantan Selatan akan tetapi di Kalimantan sendiri tidak ada kebun kasturi maupun orang yang mengebunkan kasturi semua dari hasil alam.

Sedangkan di California, kasturi dan beberapa Mangifera endemik asli Kalimantan dibudidayakan. Belum lagi banyaknya orang-orang luar negeri terutama dari Eropa dan Amerika Selatan yang menghubungi Hanif untuk mendapatkan berbagai benih.

“Buat saya ini aneh sekali dimana buah yang saya dapat banyak yang tidak diketahui masyarakat umum, kalaupun ada itupun dipandang sebelah mata di negeri sendiri tetapi malah jadi target buruan di negeri orang,” terangnya.

Persoalan tersebut membuat Hanif semakin ingin mengenalkan buah-buahan lokal ke masyarakat umum secara luas dan tentunya akan berdampak pada sosial dan ekonomi masyarakat yang mau mengembangkanya. “Ini adalah kesempatan untuk mengembangkan buah lokal sekaligus dikelola dengan basis pemberdayaan untuk peningkatan ekonomi masyarakat melalui budidaya,” pungkasnya.

Hanif bergerak sendiri dengan modal seadanya dan belajar otodidak. Saat ini Hanif sudah menemukan 160 jenis bibit tanaman buah langka khas Kalimantan.

Hasil pencariannya itu pun ia dokumentasikan dengan baik dalam bentuk buku agar masyarakat juga bisa mengenal kekayaan plasma nutfah Indonesia itu. Bibit yang dibudidayakan Hanif juga sudah disebarkan ke sejumlah kebun raya agar bisa tetap dilestarikan. Desa Marajai di Kabupaten Balangan telah menjadi desa plasma untuk pembudidayaan tanaman buah khas Kalimantan.(cel/dishut)

Reporter : Cel/dishut
Editor : Cell


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->