Connect with us

HEADLINE

Suami Kena PHK, Pasutri Muda Sempat Tinggal di Lorong SD bersama Anaknya Berumur 6 Bulan


‘Nyanyi Sunyi’ Keluarga Miskin Terdampak Covid-19 di Banjarbaru (1)


Diterbitkan

pada

NZ bersama bayinya saat sedang ada di ruangan bekas kios berukuran 2x2 meter. Foto: Lurah Landasan Ulin Timur

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Dampak wabah Covid-19 begitu mengikis perekonomian masyarakat dalam beberapa bulan terakhir. Salah satu cerita yang mengiris hati, datang dari satu keluarga di Kelurahan Landasan Ulin Timur, Kota Banjarbaru.

Ialah AD (20) dan NZ (15), sepasang suami istri yang menjalani bahtera rumah tangga di usianya yang masih cukup muda. Dari perkawinannya itu, kini keduanya memiliki buah hati yang masih berumur 6 bulan.

Awalnya, kehidupan keluarga ini berjalan cukup normal. Mereka tinggal di sebuah kontrakan dan hidup mensyukuri apa yang dimiliki. Namun cerita bahagia ini seketika berubah.

Tepatnya saat tempat kerja sang suami –AD, melayangkan surat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Di sinilah cerita sedih itu dimulai. AD di PHK lantaran kondisi keuangan di tempat kerjanya mengalami penurunan imbas dari merebaknya wabah Covid-19.

Sehingga, nyaris kini tak adanya lagi penghasilan yang diterima AD untuk mencukupi kebutuhan istri dan anaknya.

Tak punya uang, keluarga kecil ini pun dipaksa angkat kaki dari kontrakan. Melalui wawancara pada Jumat (8/5/2020) siang, AD menceritakan bahwa sudah 3 bulan dirinya bekerja di bengkel nitrogen di sebuah SPBU. Pemutusan kerja oleh pihak bengkel, mengakibatkan dirinya tak lagi punya pemasukan.

“Karena sudah di putus kerja, saya tidak bisa bayar kontrakan. Sampai akhirnya diusir dan disuruh mengemasi barang-barang oleh pihak pengelola kontrakan,” kata AD.

Meskipun begitu, sebenarnya AD mencoba berusaha untuk melamar kerja di tempat lain. Namun hasilnya nihil. Walhasil, mau tidak mau AD mengambil perkejaan serabutan demi menghidupi anak dan istri.

Dibenturkan pada kondisi ekonomi yang sulit, AD berserta istri dan anaknya sempat mendiami sebuah lorong bangunan Sekolah Dasar (SD). Hingga akhirnya keluarga ini ditampung oleh sebuah keluarga yang berprofesi sebagai penjaga sekolah di SDN Landasan Ulin Timur 2 Banjarbaru.

“Dua malam kami tidur di lorang sekolah. Keesokannya, datang Ibu Normalinawati yang adalah penjaga sekolah. Beliau menampung kami di rumahnya sampai sekarang,” cerita AD.

Normalinawati mengungkapkan bahwa dirinya telah lama mengenal AD sejak masih duduk di bangku pendidikan SDN 2 Landasan Ulin Timur. Dirinya yang saat itu menjadi penjaga sekolah telah menganggap AD sebagai keluarga sendiri.

“Sudah 13 tahun saya jadi penjaga sekolah dan sudah lama juga kenal sama anak ini (AD). Sekarang dia punya istri dan anak. Kasihan saya melihat tinggal di lorong beratap terpal. Kalau hujan deras terpalnya ambruk. Saya merasa terpanggil dan yang bisa saya tawarkan adalah ruangan rumah dinas ini,” tutur Normalinawati.

Kini, AD berserta istri dan anak tinggal di sebuah ruangan bekas kios dengan ukuran 2×2 meter. Layak? Tentunya tidak! Apalagi mereka sedang merawat bayi yang masih berumur 6 bulan. (Kanalkalimantan.com/rico)

Reporter : rico
Editor : cell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->