Connect with us

HEADLINE

Sejarah Masjid Bani Al Ahdal Gunung Ronggeng, Dulu Guru Sekumpul Salat Jumat, Sekarang Kedua Puteranya

Diterbitkan

pada

Masjid Bani Al Ahdal yang berada di atas puncak Gunung Ronggeng, Kelurahan Sungai Paring, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel. Foto: Wanda

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA – Suasana sejuk di atas puncak Gunung Ronggeng, Kelurahan Sungai Paring, Kecamatan Martapura menyelimuti bangunan masjid yang megah  bernama Bani Al Ahdal.

“Gunung Ronggeng sebutan orang-orang dulu di kampung ini, kalau sekarang orang biasa nyebut jalan Batas Kota saja,” ucap salah seorang kaum dari pengurus Masjid Bani Al Ahdal.

Penyebutan Gunung Ronggeng familiar sejak dulu mulai tahun 1980-an hingga 1990-an. Warga Martapura dan sekitarnya sejak dulu warga terbiasa menyebut nama Gunung Ronggeng sebagai kampung yang terletak di atas puncak gunung itu.

Uniknya, selain berdiri di atas puncak gunung, kawasan Masjid Bani Al Ahdal berada di jalur lintas perbatasan antara Kota Banjarbaru dengan Kota Martapura.

 

Baca juga: Umat Islam di Banjarmasin Harus Melek Ekonomi Syariah

“Jadi masjid ini masuk wilayah Martapura, sedangkan parkiran masjid yang berada di seberang jalan itu masuk wilayah Kota Banjarbaru,” sebut Ahmad Maulidin (33), salah satu petugas pengurus Masjid Bani Al Ahdal.

Konon masjid itu didirikan oleh seorang warga berbangsa Arab bernama Habib Muhammad bin Ibrahim Al Ahdal pada tahun 1998 silam.

Masjid Bani Al Ahdal yang berada di atas puncak Gunung Ronggeng, Kelurahan Sungai Paring, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel. Foto: Wanda

Habib Muhammad bin Ibrahim Al Ahdal adalah seorang kerabat dekat ulama kharismatik KH Muhammad Zaini bin H Abdul Ghani atau Guru Sekumpul.

Semasa hidupnya, salah satu jurriyah Nabi Muhammad SAW itu sering berkunjung ke Komplek Sekumpul Martapura untuk mengikuti pengajian Guru Sekumpul.

“Bukan keluarga, cuma kenal saja dengan Abah Guru karena sering berkunjung ke pengajian. Pada saat itu beliau berminat untuk membangun masjid di sini, akhirnya mungkin bertanyalah dengan Abah Guru mengenai lokasi yang cocok,” jelas Maulidin.

Baca juga: Liga Inggris Beri Jeda Waktu Pemain Muslim Buka Puasa saat Laga

Rupanya pada masa pembangunan oleh Habib yang kerap disapa Sayyid Ibrahim Al Ahdal itu, masjid tersebut belum sempat dipakai untuk melaksanakan ibadah salat.

Hingga akhirnya beliau wafat sekitar tahun 2003 silam, masjid itu kembali dilanjutkan pembangunannya oleh Guru Sekumpul.

Sepeninggal Guru Sekumpul, pembangunan kembali dilanjutkan KH Muhammad Hatim Salman, Wakil Bupati Banjar periode 2005-2010, hingga saat ini menjadi ketua takmir masjid.

“Sebelum diresmikan tahun 2000-an masjid ini sudah dibangun, namun bisa dibilang belum rampung dan belum dipakai salat, soalnya melihat wilayah Gunung Ronggeng itu sendiri saat itu masih sepi penduduknya,” sambungnya.

Setelah melalui banyak kepengurusan, masjid ini masih mempertahankan luas dan bentuk aslinya bangunan, terutama bentuk kubahnya.

Masjid Bani Al Ahdal yang berada di atas puncak Gunung Ronggeng, Kelurahan Sungai Paring, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel. Foto: Wanda

“Warnanya saja berubah, yang dulu identik hijau kemudian sepeninggal Abah Guru Sekumpul dirubah warnanya, untuk saat ini baru saja direnovasi pintu masjid dan pagar masjid,” sebutnya.

Masjid ini juga menjadi daya tarik tersendiri untuk warga yang ingin mengambil keberkahan, dimana masjid ini kerap dipakai Guru Sekumpul semasa hidup untuk salat Jumat.

Baca juga: Gubernur Paman Birin Sahur Bersama Warga Dalam Pagar

Bahkan saat masih dalam tahap pembangunan, Guru Sekumpul yang sedang memakai masjid itu sempat mengalami insiden yang tak mengenakan.

Tepat di pintu masuk utama masjid tersebut, usai Guru Sekumpul menunaikan ibadah salat Jumat dirinya tak sengaja terpeleset saat melangkah keluar ke teras masjid yang belum berkeramik itu.

“Jadi saat itu terasnya belum berkeramik, tepatnya di arah depan sana yang biasa jadi tempat naik kedua anak beliau jika masuk masjid ini, lalu beliau mau melangka keluar dari pintu dan turun tapi kondisi tongkat beliau itu licin kemungkinan, jadilah terpeleset dan sempat terjatuh tetapi sempat ditolong,” beber Maulidin bercerita.

Hingga saat ini ribuan warga kerap memadati masjid tersebut saat melaksanakan ibadah salat fardu maupun sunnah.

“Di luar Ramadhan biasanya rutin pengajian malam minggu, malam Sabtu acara maulid Nabi rutin. Kalau selama Ramadhan kita melaksanakan terawih dan buka puasa bersama rutin,” jelasnya menutup.

Terlebih masjid itu juga kerap dipakai oleh kedua putera Guru Sekumpul, H Muhammad Amin Badali dan H Ahmad Hafi Badali yang melaksanakan salat Jumat. (Kanalkalimantan.com/wanda)

Reporter: wanda
Editor: bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->