Connect with us

KOLOM MAHASISWA

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Potensi Energi yang Layak Dilirik!

Diterbitkan

pada


Reaktor nuklir menurut sebagian masyarakat merupakan alat yang dapat membahayakan lingkungan sekitar, khususnya manusia. Hal ini sering diidentikkan dengan senjata nuklir. Reaksi nuklir mulai dikenal sejak berakhirnya Perang Dunia II, yang saat itu dijadikan sebagai senjata untuk menghancurkan kota Hirosima dan Nagasaki di Jepang. Meskipun demikian, selain sebagai senjata pemusnah, reaksi nuklir dapat digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir.
——————–
Oleh: Nugi Maulana, Nurul Qotimah, Roniyansyah, Azidi Irwan
(mahasiswa dn Dosen Program Studi Kimia FMIPA ULM)
—————-
Menurut Wikipedia, dikenal dua reaksi nuklir. Yaitu reaksi fusi nuklir dan reaksi fisi nuklir. Reaksi fusi nuklir adalah reaksi peleburan dua atau lebih inti atom menjadi atom baru dan menghasilkan energi, juga dikenal sebagai reaksi yang bersih. Reaksi fisi nuklir adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Energi yang diperoleh dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.

Energi yang diperoleh dari reaksi nuklir cukup besar. Pemanfaatan energi nuklir ini dapat memberikan dampak yang luar biasa jika digunakan di Indonesia. Ada beberapa negara yang telah membangun pembangkit listrik ini yaitu Jepang, Prancis, dan Korea.

Umumnya negara yang menggunakan energi ini adalah negara yang ketersediaan bahan bakar fosilnya tipis, sedangkan di Indonesia bahan bakar fosil masih melimpah. Seiring berjalannya waktu energi yang ada di Indonesia akan berkurang dan harus memiliki sumber alternatif agar kebutuhan energi terpenuhi. Meskipun energi nuklir dapat menghasilkan listrik dengan daya yang besar, tetapi dampak negatif yang ditimbulkan juga cukup banyak.

Cara kerja PLTN hampir mirip dengan cara kerja pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar fosil. Jika PLTU menggunakan boiler untuk menghasilkan energi panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan reaktor nuklir. PLTU menggunakan bahan bakar batubara, minyak bumi, gas alam dan sebagainya untuk menghasilkan panas dengan cara dibakar. Kemudian panas yang diperoleh digunakan untuk memanaskan air di dalam boiler sehingga menghasilkan uap air untuk memutar turbin uap.

Generator dapat menghasilkan listrik karena ikut berputar seporos dengan turbin uap. Perbedaannya pada pembangkit listrik konvensional, bahan bakar untuk menghasilkan panas menggunakan bahan bakar fosil seperti ; batubara, minyak dan gas, sementara itu, pada PLTN, panas diperoleh dari reaksi inti atom di dalam reaktor.

Dampak dari pembakaran bahan bakar fosil ini pada pembangkit listrik konvensional, akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (Nox), serta debu yang mengandung logam berat. Sisa pembakaran tersebut akan teremisikan ke udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidu karena menimbulkan hujan asam dan peningkatan suhu global.

Pada PLTN prinsip kerja yang sama juga diterapkan. Reaksi fisi bahan bakar uranium di dalam reaktor akan menghasilkan energi panas, kemudian air di dalam sistem pambangkit listrik mendidih. Uap air yang mendidih direkayasa sehingga energi kinetiknya dapat digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik untuk diteruskan ke jaringan transmisi.

Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit listrik daya utama lainnya adalah tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca selama operasi normal. Gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas. Selain itu, PLTN sedikit menghasilkan limbah padat, biaya bahan baku rendah dan ketersediannya melimpah terutama di wilayah Kalimantan barat.

Sementara itu, beberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN yaitu tingginya resiko kecelakaan dan limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun. Ketidaksetujuan masyarakat akan dampak berbahaya bagi kehidupan mereka khususnya radiasi nuklir tersebut dapat menjadi penyebab teratogenik, karsinogenik, dan mutagenik.

Berdasarkan pemaparan di atas, potensi pembangkit listrik tenaga nuklir cukup menjanjikan. Dalam pengembangannya, perlu di perhatikan berbagai dampak yang dapat ditimbulkan akibat limbah nuklir, seperti mutasi akibat radiasi, dan perubahan ekosistem. Potensi pengelolaan reaksi nuklir kedepannya dapat menunjang berbagai kekurangan pasokan energi sekarang, yang hampir seluruh sektor masih ditopang oleh sumber energi fosil.(*)


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->