Connect with us

HEADLINE

Otak Aksi Teroris Penyerangan Mapolsek Daha Selatan Ditangkap di Banjarbaru!

Diterbitkan

pada

Mabes Polri mengungkap jaringan terorisme Kalsel yang menyerang Mapolsek Daha Selatan di HSS Foto : medcom

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU– Kasus penyerangan Mapolsek Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan (HSS) oleh jaringan terorisme Kalimantan Selatan (Kalsel), terkuak. Pasca tewasnya AR usai melakukan amaliah (penyerangan) yang menyebabkan gugurnya satu anggota polisi atas nama almarhum Brigadir Leonardo Latupapua, Mabes Polri mengungkap otak dibalik penyerangan brutal tersebut.

Terkuaknya dalang di balik aksi terorisme di Kalsel ini, pasca Densus 88 Antiteror menangkap dua orang terduga teroris di Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) dan Kota Banjarbaru, Kalsel, pada Jumat (5/6/2020) lalu. Pada waktu itu, Densus menangkap dua terduga teroris berinisial AS (33) di Tanbu dan TA (24) di Banjarbaru. Mereka disebut sebagai otak penyerangan Polsek Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

“AS dan TA mengetahui dan ikut merencanakan aksi amaliah penyerangan Polsek Daha Selatan,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (8/6/2020) lalu dilansir medcom.id.

Sebelumnya, AS ditangkap di kelurahan Baru Gelang, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalsel pada pukul 01.10 WITA, pada Jumat (5/6/2020). AS merupakan diketahui anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kalsel yang berperan memberikan ide kepada tim amaliah (ekeskutar AR) untuk melaksanakan aksi penyerangan terhadap anggota polisi dan kantor polisi.

Sementara itu, TA pada hari yang sama ditangkap di Loktabat Selatan, Banjarbaru Selatan, Kalsel pada hari yang sama pukul 00.45 Wita. TA beperan membentuk tim kecil JAD atau tim amaliah. “Dia merupakan otak dari pelaku sekaligus yang membait AR,” kata Awi.

Bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, pada Senin (1/6/2020) silam, Mapolsek Daha Selatan, Kalimantan Selatan, diserang orang tak dikenal. Pelaku yang belakangan diketahui berinisial AR (19) tersebut datang dengan membawa pedang katana.

Saat menyambangi Mapolsek, AR sempat membakar sebuah mobil patroli yang terparkir di depan. Mobil tersebut kemudian meledak. Salah satu polisi yang saat itu sedang piket, bernama Leonardo Latupapua, keluar dan berduel dengan pelaku.

Akibat penyerangan tersebut, Leonardo yang kala itu berpangkat brigadir polisi, tewas dengan luka bacok. Ia pun diberi penghargaan oleh Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis berupa kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi. Dengan begitu, pangkatnya menjadi brigadir kepala (bripka). Sementara itu, AR juga tewas ditembak oleh polisi.

Menurut polisi, tindakan itu dilakukan karena AR tak kunjung menyerahkan diri. Dari pelaku, polisi menemukan syal dan kartu tanda ISIS hingga surat wasiat.

Polisi pun melakukan penelusuran atas kejadian tersebut. Disebut Bergerak Sendiri Sehari setelahnya, Mabes Polri memberikan keterangan bahwa AR merupakan lone wolf atau teroris yang bergerak sendirian. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Argo Yuwono, pelaku belajar sendiri dari internet hingga terpapar paham radikal.

“Dia bisa mempelajari suatu pengetahuan, itu mendapatkan dari internet, dia rajin membaca sendiri, membayangkan sendiri, memprediksi sendiri, dan sebagainya,” kata Argo melalui video telekonferensi, Selasa (2/6/2020).(Kanalkalimantan.com/cel/medkom/kompas)


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->