Connect with us

Bisnis

Minyak Kelapa Sawit Dianggap Membahayakan Kesehatan, Apa Kata BPOM?

Diterbitkan

pada

Minyak kelapa sawit disebut tidak berbahaya bagi kesehatan. Foto : Shutterstock

Label Palm Oil Free memang tengah menjadi tren dan banyak ditemukan berbagai produk kosmetik hingga makanan olahan. Tren ini semakin populer karena penggunaan minyak kelapa sawit dalam produk makanan hingga kosmetik dinilai bisa membahayakan kesehatan. Benarkah?

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Penny K Lukito, tidak setuju dengan anggapan tersebut. Menurutnya berdasarkan kajian ilmiah, minyak kelapa sawit memiliki beragam manfaat, termasuk kandungan vitamin A yang ampuh mengatasi masalah kekurangan gizi yang ada di Indonesia.

“Bukan berarti minyak sawit tidak sehat, sementara di dalam itu minyak sawit ada bahan fortifikasi, dan mengandung bahan nabati lainnya, sehingga kita harus berikan informasi bahwa palm oil tidak dikaitkan dengan aspek kesehatan,” ujar Kepala Badan POM Penny L Lukito saat konferensi pers di Gedung Aula BPOM, Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, baru-baru ini, seperti diwartakan Suara.com -jejaring Kanalkalimantan.com-.

Bahkan menurut Penny, tren Palm Oil Free dipandang sebagai upaya menurunkan daya saing industri kelapa sawit Indonesia yang saat ini angka ekspornya terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.

“Kami membangun kesepakatan dan komitmen untuk membangun upaya perlindungan terhadap daya saing perdagangan kelapa sawit, dan khususnya menghentikan peggunaan label ‘palm oil free’ yang akan menurunkan daya saing industri kelapa sawit Indonesia,” lanjut Penny.

Penny menyebut berbagai kampanye hitam menerpa Indonesia, salah satunya klaim label ‘Palm Oil Free’ yang dilarang BPOM. Tidak hanya produsen minyak sawit tetapi juga produk minyak kemasan, kosmetik, makanan bayi dan makanan olahan lainnya akan terancam.

“Mencantumkan pernyataan tidak mengandung sesuatu, klaim itu harus dibuktikan dengan data, tapi itu tidak ada data. Apalagi mencantumkan sesuatu yang ada konotasinya adalah mengalahkan berkompetisi dan sebagainya,” tegasnya.

Sekedar informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut total ekspor minyak sawit sejak tahun 2013 hingga 2017 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 total volume ekspor mencapai 22,22 juta ton dengan total nilai sebesar 17,14 miliar dollar dan meningkat di tahun 2017 menjadi 29,07 juta ton dengan total nilai sebesar 20,72 miliar dollar.

Kementerian Perindustrian menyebut naiknya penggunaan minyak sawit karena meningkatnya pemakaian oleochemical yang ada pada minyak sawit untuk industri pangan, farmasi, dan kosmetik. Data oil world juga menyebut penggunaan minyak sawit mengalahkan komoditas vegetable oil, seperti minyak gandum, minyak jagung dan minyak kelapa. (suara.com)

Reporter:KK
Editor:Suara.com


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->