Connect with us

Lifestyle

Merayakan Karya Sineas Lokal di Layar Film Banjar

Diterbitkan

pada

Forum Sineas Banua menggelar malam puncak pemutaran 20 film karya sineas lokal Kalsel. Foto : mario

BANJARMASIN, Muda-mudi Banjarmasin rayakan karya film sineas Banua dengan lakukan screening di tujuh lokasi di Kalimantan Selatan (Kalsel). Selama lima hari (29 April-3 Mei) berturut-turut 20 film lokal ditayangkan setiap harinya di Banjarmasin di Borneo Digital, UNISKA, Poliban, Universitas Muhammadiyah, dan Capung Café, serta di Banjarbaru dan Balangan.

Di bawah tajuk Layar Film Banjar yang diinisiasi Forum Sineas Banua, tempat ini menjadi wadah apresiasi agar para pembuat film lokal untuk menampilkan karyanya. Pemutaran film ini dibuka untuk umum dan malam puncak diadakan di Capung Café, Jum’at (3/5) malam.

Setiap penonton yang berhadir bisa memberi dana apresiasi per orang sebesar 15 ribu rupiah. Nantinya donasi itu akan diberikan oleh FSB kepada komunitas pembuat film agar bisa mereka gunakan untuk terus berkarya.

Pada malam puncak FSB memutar dua buah film dari 20 film yang ada. Dua film tersebut berjudul Cerita Hantu dan Pengantin Bini. Sebab, usai pemutaran, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi ihwal ‘Kolaborasi Film Karya Bersama Filmmaker Banua’ dan ‘Menuju Aruh Film Kalimantan 2019’.

Dijelaskan Ketua Pelaksana Layar Film Banjar, Syahrani Muhammad, ada sekitar 18 komunitas film dibalik 20 film lokal yang ditayangkan.

“Dari uang donasi ini kami juga akan membuka kolaborasi karya bersama dari 20 film. Nah 20 film ini terdiri dari beberapa komunitas. Dari komunitas itu ada yang dua film masuk di Layar Film Banjar,” jelas Syahrani.

Malam puncak ini juga dihadiri oleh Walikota Banjarmasin Ibnu Sina. Ibnu Sina mengapresiasi film Cerita Hantu dan Pengantin Bini yang ikut ia saksikan. Film-film lokal karya anak Banua, menurutnya, tidak kalah kreatif dengan industri kreatif di pulau Jawa.

Ibnu Sina juga menambahkan bahwa banyak ide-ide dari cerita lokal yang sebetulnya menarik dan bisa diangkat menjadi sebuah film. Seperti sungai-sungai di Banjarmasin dan juga tradisi adat istiadatnya. Besar harapannya agar kota Banjarmasin kelak bisa dipromosikan dengan cara diangkat ke layar lebar, apalagi melihat potensi sineas Banua yang ada sekarang.

Hingga saat ini FSB yang menjadi wadah apresiasi bagi film dan filmmaker masih terus berkembang. Selain itu FSB juga mempunyai tujuan untuk mengarsipkan film-film lokal serta menjadi wadah edukasi.

“Ya bisa disebut FSB saat ini masih menabas (memotong) rumput dulu lah,” jelas Ade Hidayat, pembina FSB ketika menganalogikan bagaimana FSB saat ini masih berupa forum yang ingin membuat sebuah wadah sebelum kelak bertumbuh dan menghasilkan jagoan-jagoan perfilman di Kalsel.

Dalam upaya mendukung FSB, Ibnu Sina bercita-cita ingin membuat semacam co-working space dan galeri di Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

“Mudah-mudahan layar lebar bisa kita pasang terus menerus (di Bekraf), sehingga panggung permanen di sana bisa dimanfaatkan kapan saja. Misal di akhir pekan, bisa dipakai untuk mengangkat tentang produksi film, seni budaya, madihin, apa saja termasuk stand up comedy. Bisa dipakai,” tutur Walikota.

Sejauh ini FSB masih mandiri perihal pendanaan. Oleh sebab itu Walikota ingin agar pihak pemerintah kota bisa berkolaborasi dengan FSB dan memanfaatkan pendanaan dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) disamping yang sudah dialokasikan untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).(mario)

Reporter:Mario
Editor:Bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->