Connect with us

Kanal

Melihat Usaha Ronce Bunga di Sentral Penghasil Melati

Diterbitkan

pada


Bahkan di bulan-bulan tertentu yang diyakini baik untuk menggelar walimah pernikahan, semisal Rajab dan Rabiul Awal dalam kalender Islam, Hj Puna rutin kebanjiran pesanan. Untuk memenuhi semua pesanan, ia lazim mempekerjakan warga di sekitar rumahnya, utamanya kaum perempuan.

“Selain dua bulan itu, saban hari memang ada saja pesanan, tapi rata-rata hanya dua pesanan. Apalagi saat ini sudah banyak warga yang bisa merangkai melati seperti ini,” kata Hj Puna.

Untuk satu set rangkaian melati yang dikenakan sepasang pengantin, Hj Puna menyebutnya sepajak, dibandrol sampai dengan Rp 400 ribu. Harga itu tergantung harga beli melati dari para petani melati.

“Harga satu gelas melati saat ini Rp 7.000. Tapi di bulan-bulan tertentu seperti Syakban, Ramadhan hingga lepas Idul Fitri, harga kembang biasanya mahal. Tak terkecuali melati. Karna saat ini banyak warga menggunakan kembang untuk ziarah kubur,” katanya.

Menurutnya, saat stok melati menipis di kalangan petani, harga satu gelas melati yang masih kuncup mencapai Rp 20.000. Sedangkan untuk menyelesaikan sepajak aksesoris pengantin, lengkap dengan selendangnya, diperlukan hingga 20 gelas melati.

Untuk menutupi tingginya harga beli melati yang mahal, Puna tak punya pilihan lain kecuali juga menaikkan ongkos pemesanan hingga dua kali lipat. Kendatai begitu, para pelanggannya tak lantas kehilangan pelanggan. “Idealnya memang memiliki kebun sendiri,” katanya.

Hingga kini, para pesanan rangkaian melati tak hanya datang dari Martapura dan sekitarnya. Tapi juga dari banyak daerah di luar Kabupaten Banjar, seperti banyak daerah di Hulu Sungai, Kotabaru, hingga Tanah Bumbu. Bahkan hingga daerah di perbatasan Kalimantan Timur. ***


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->