Connect with us

HEADLINE

Lengkapi Anak dengan Imunisasi Ganda, Jurus Jitu Melindungi Keluarga

Diterbitkan

pada

Foto dokumentasi Imunisasi pada anak milik Kanal Kalimantan

KANALKALIMANTAN.COM, MARABAHAN Waktu menyingsing fajar, saat butiran embun pagi belum sepenuhnya memuai, satu per satu petugas kesehatan berdatangan, riuh rendah di pelbagai pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Marabahan perlahan ramai diisi masyarakat hingga menjelang siang, tanda dibukanya pelayanan kesehatan di puskesmas itu.

Dina Afridha Hayati, Koordinator Imunisasi di UPT Puskesmas Marabahan tiba sebelum pukul 08.00 pagi. Jarak rumahnya tidak jauh dari Puskesmas yang terletak di Jalan Aes Nasution RT19 Kelurahan Marabahan Kota, Kecamatan Marabahan, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel) itu, tidak lebih dari lima menit perjalanan menggunakan sepeda motor.

Dia bertugas di UPT Puskesmas Marabahan sejak 2019 yang lalu. Tidak terhitung sudah berapa bayi yang diimunisasinya, di suntik ganda dalam satu waktu.

“Dalam satu bulan, biasanya imunisasi ganda ini bisa diterapkan pada 70 hingga 80 orang anak, rata-rata ya segitu,” katanya.

Imunisasi ganda (Multipleks Injection) merupakan pemberian imunisasi lebih dari satu jenis antigen atau vaksin kombinasi dalam satu kali kunjungan. Proses penyuntikan biasanya dilakukan di dua lokasi pada bayi, yakni bisa pada bagian lengan kiri dan kanan hingga otot paha pada anak atau satu bagian saja, namun memiliki jarak suntik minimal 2,5 sentimeter.

Di kabupaten berjuluk Bumi Selidah ini, imunisasi ganda sudah lama dilaksanakan, bahkan sebelum pandemi Covid-19. Jadwalnya pemberian imunisasi di posyandu akan dilaksanakan setiap satu bulan sekali dan di Puskesmas satu minggu sekali.

Di ruang imunisasi itu, tangis Muhammad Syafiq Alfarizqi, pecah pada pertengahan Februari 2023 tadi, suaranya menggema hingga ke pelbagai ruangan di UPT Puskesmas Marabahan. Dina menyuntikkan imunisasi ganda kepada Syafiq. itu adalah jadwal imunisasi yang kedua kalinya, saat Syafiq berumur 3 bulan.

Happy, orangtua Syafiq, memang rutin membawa anaknya untuk diimunisasi, sejak umur anaknya itu berusia dua bulan. Syafiq menghirup udara ke dunia pada 5 Oktober 2022. Jika pergi ke UPT Puskesmas Marabahan, ia selalu pergi lebih awal sekitar pukul 09.00 Wita, alasannya jika pukul 11.00 Wita antrean untuk kartu umum biasa tutup di Puskesmas lebih awal. Tidak pernah lupa dia juga membawa buku berwarna pink, itu adalah Buku Kesehatan Ibu dan Anak.

“Biasanya kalau ke Puskesmas itu selalu pukul 09.00, saat anak saya sudah tidur pagi,” kata warga Kelurahan Ulu Benteng ini.

Happy bersedia jika anaknya diimunisasi ganda, dia tidak pernah ragu jika imunisasi itu suatu saat akan menimbulkan efek samping berlebih. Sebelum membawa buah hatinya untuk diimunisasi, dia cermat membaca dan mengikuti panduan di buku kesehatan ibu dan anak, terlebih Dina, Sub Koordinator Imunisasi itu juga meyakinkan tidak pernah ditemui efek samping yang serius setelah anak diimunisasi.

“Awalnya saya tahu imunisasi ganda dari buku pink itu, petugas imunisasi juga menjelaskan itu aman. Saya ya ikut apa yang dianjurkan pemerintah saja, apa yang dianjurkan itu berarti sebelumnya pasti sudah diuji dan ada manfaatnya,” jelas dia.

Jadwal Imunisasi Rutin Pada Anak, Infografis : Kemenkes RI

Happy jujur, jika setelah dilakukan imunisasi ganda, suhu tubuh anak keduanya itu naik pada malam hari, di bagian yang disuntik juga didapati sedikit bengkak. Namun itu diakuinya tidak berlangsung lama.

“Ya bengkak sedikit habis disuntik, tapi itu mungkin wajar ya. Terus malamnya anak demam, namun setelah diberi obat penurun panas yang sudah dianjurkan oleh pihak Puskesmas biasanya besoknya langsung normal kembali suhu tubuh anak saya,” jelas dia.

Hingga saat ini, dalam perjalanannya imunisasi ganda di Batola memang tidak sepenuhnya berjalan mulus, alasan umumnya adalah meyakinkan para orangtua yang anaknya akan disuntik dua kali memang memiliki tantangan tersendiri bagi para petugas kesehatan.

Orangtua terkadang memiliki kekuatiran berlebih, imunisasi ganda akan menimbulkan efek samping panas yang bertambah, padahal faktanya belum pernah sama sekali ditemui efek samping semacam itu terjadi, terlebih di Kabupaten Barito Kuala.

“Orangtua memang sering khawatir ada efek samping panas yang bertambah pada anaknya jika disuntik dua kali, padahal tidak pernah ada ditemui selama ini. Imunisasi ganda terbukti aman.” ujar Nabiatun Naziran, Sub Koordinator Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Batola meyakinkan.

“Kami selalu memberikan edukasi dan sosialisasi kepada orangtua yang datang ke pelayanan kesehatan, selain di Marabahan, Alhamdulillah sudah imunisasi ganda kita terapkan juga baru-baru ini di kecamatan, lain seperti di Belawang,” akunya, pada Minggu 30 April 2023.

Sebelum diimunisasi ganda petugas kesehatan wajib memberitahukan bahwa mungkin akan sedikit lebih sakit pada imunisasi ganda. Namun petugas juga menjelaskan bahwa sakit atau merasa tidak nyaman hanya itu akan dirasakan sebentar.

“Pihak puskesmas biasanya memberikan obat antinyeri pada anak,” sebutnya.

Dia menjelaskan imunisasi ganda sendiri memiliki sejumlah manfaat, seperti memberikan proteksi lebih dari satu jenis penyakit. Selain pemberian suntikan ganda juga terbukti aman, efektif, efisien dan tidak meningkatkan risiko Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Anak merupakan kelompok rentan menderita PD3I atau penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Melalui imunisasi, anak-anak terlindungi dari penyakit-penyakit berbahaya.

“Imunisasi ganda itu kan ibarat tamengnya anak-anak terhadap penyakit, syukurnya hingga sekarang belum pernah ada ditemui penyakit semacam itu ditemui di Batola, orangtua sudah teredukasi sehingga bersedia anaknya untuk diimunisasi,” ujarnya.

Wanita yang kerap disapa Ipah ini tidak memungkiri, dalam beberapa tahun terakhir situasi pandemi Covid-19 di Barito Kuala, memengaruhi mayoritas pelayanan kesehatan, termasuk diantaranya imunisasi ganda, padahal anak-anak tetap perlu untuk mendapatkan kekebalan melalui imunisasi mengingat manfaatnya.

“Imunisasi ganda di tempat kita juga pernah terlambat waktu Covid-19, padahal imunisasi kepada anak ditekankan tetap penting diberikan meski di tengah pandemi waktu itu, dengan catatan protokol kesehatan tetap diutamakan,” ungkap dia.

***

Sebelumnya, pemberian imunisasi ganda telah dilaksanakan di banyak negara yang sudah memasukkan berbagai jenis antigen dalam program imunisasi nasional, dan semuanya menunjukkan data keamanan yang sangat baik.

Di Indonesia sendiri imunisasi ganda telah diperkenalkan secara nasional sejak 2017, yaitu pada jadwal imunisasi DPT-HB-Hib-3 yang diberikan bersamaan dengan imunisasi IPV pada bayi usia 4 bulan, guna mencegah 6 penyakit Difteri, Pertusis, tetanus, Hepatitis B serta Pneumonia atau radang paru dan meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan infeksi kuman Hib. Ketentuan suntikan ganda merujuk pada petunjuk teknis pelayanan imunisasi rutin.

Keamanan efek imunisasi ganda memang yang sudah dilakukan studi penelitian oleh  Indonesia sebelumnya seperti demonstrasi pemantauan keamanannya untuk vaksin PCV13 di Lombok Barat dan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Memang itu aman, makanya sekarang sudah mulai diterapkan di seluruh wilayah di Indonesia,” ujar Kepala Seksi Surveilans Imunisasi, Abdul Chaliq, Dinas Kesehatan Kalsel pada Selasa 2 Mei 2023.

Terkait realisasi cakupan imunisasi ganda di Kalsel hingga sekarang, dia membenarkan jika sebagian kabupaten dan kota masih harus terus didongkrak. Ada sejumlah kendala yang ditemui di lapangan seperti keterbatasan jumlah petugas kesehatan, juga petugas yang kerap dimutasi atau ditugaskerjakan ke tempat lain.

“Petugas kesehatan yang dapat melakukan imunisasi ganda itu kan bukan sembarangan, harus memiliki sertifikat, namun itu ya masalah kecil, untuk menanggulangi ini kita rutin menggelar pelatihan penunjang,” tegas dia.

Data Capaian Imunisasi di Kabupaten/kota Foto : Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan.

Dia melanjutkan, orangtua yang masih ragu jika anaknya diberikan imunisasi ganda akan lebih mudah berisiko terserang penyakit seperti pertusis dan pneumonia.

Batuk rejan atau pertusis sendiri adalah infeksi bakteri pada saluran pernapasan dan paru-paru. Penyakit ini sangat mudah menular dan bisa mengancam nyawa, terutama bila menyerang bayi dan anak-anak.

Batuk rejan (whooping cough) biasanya ditandai dengan rentetan batuk keras yang terjadi secara terus-menerus. Umumnya, batuk rejan sering diawali dengan bunyi tarikan nafas panjang melengking khas yang terdengar mirip “whoop”. Kondisi ini bisa menyebabkan penderitanya sulit bernapas.

“Betul. Kasus pertusis kita sudah ditemui ada di Kalsel, seperti diantaranya di Banjarmasin, Tapin, Kabupaten Banjar, juga Kota Banjarbaru, itu berbahaya sekali. Semua anak yang terserang penyakit itu setelah kita teliti ternyata memang tidak pernah diimunisasi,” sebut dia.

Dia mengumpamakan, imunisasi itu adalah tameng kekebalan tubuh anak. Sehingga anak yang sudah diimunisasi tentu akan memiliki kekebalan tubuh yang lebih bagus jika dibanding anak yang belum mendapat imunisasi.

Kepala Dinas Kesehatan, Provinsi Kalimantan Selatan, dr Diauddin MKes, membenarkan jika capaian imunisasi di Kalsel masih terus ditingkatkan, untuk itu ada strategi khusus yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Kalsel.

Diantaranya program kejar imunisasi yang merupakan kegiatan memberikan imunisasi kepada bayi dan bawah dua tahun (baduta), yang belum menerima dosis vaksin, sesuai usia yang ditentukan pada jadwal imunisasi nasional.

Imunisasi kejar dapat diberikan pada anak usia 36 bulan. Imunisasi kejar, diperlukan untuk melindungi anak dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

“Jadi sebenarnya rugi jika anak itu tidak diimunisasi, karena itu gratis, kita bersyukur pemerintah memfasilitasi itu. Tadinya imunisasi anak tidak sedikit, bahkan bisa mencapai jutaan rupiah,” jelas dia.

Diauddin menambahkan, imunisasi dapat mencegah penyakit yang sangat berbahaya pada anak, seperti pneumonia yang merupakan penyakit penyebab kematian terbesar di Indonesia. Hasil analisis 2019 lalu menunjukkan bahwa, pneumonia merenggut nyawa lebih dari 800.000 balita di seluruh dunia, atau 39 anak per detik.

Dia menjelaskan, tujuan imunisasi adalah agar mendapatkan imunitas, kekebalan anak secara individu dan eradikasi atau pembasmian suatu penyakit dari penduduk suatu daerah atau negeri. Sedikitnya 70 persen dari penduduk suatu daerah atau negeri harus mendapatkan imunisasi. Tidak kalah pentingnya adalah imunisasi ulang yang perlu dilaksanakan dalam waktu-waktu tertentu, untuk meningkatkan kembali imunitas/kekebalan penduduk.

“Ayo bawa anak untuk diimunisasi ganda, mengingat banyak sekali manfaatnya,” imbau dia. (www.kanalkalimantan.com/Rendy_tisna)

Reporter : Rendy Tisna
Editor : Bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->