Connect with us

HEADLINE

Kemarau Lebih Panjang di Kalsel, Karhutla Sudah Capai 1.102,17 Hektare

Diterbitkan

pada

Lahan terbakar yang terjadi di Kalsel sudah mencapai ribuan hektare.

BANJARBARU, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan baru akan berlangsung pada Oktober mendatang. Hal ini disebabkan lebih dinginnya suhu muka air di Samudra Hindia wilayah barat Sumatera dan selatan khatulistiwa.

“Suhu muka air laut di wilayah barat Sumatera, Samudra Hindia, dan selatan khatulistiwa saat ini lebih dingin dari suhu normal. Akibatnya, proses penguapan air laut lebih sulit terjadi untuk pembentukan awan-awan hujan. Sehingga implikasinya curah hujan menjadi rendah dan kondisi suhu muka air laut yang dingin ini diperkirakan akan terus berlangsung sampai bulan Oktober,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers di kantor BMKG, Jumat (16/8).

Musim hujan diperkirakan akan terlambat selama 10-30 hari untuk sebagian wilayah Indonesia, yaitu Pulau Sumatera bagian utara, tengah, dan timur, di antaranya sebagian besar Riau, Jambi bagian tengah, sebagian besar Sumatera Selatan, dan sebagian kecil Lampung. Juga di sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian kecil Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara.

Sementara itu, forecaster Stasiun Klimatologi Klas 1 BMKG Banjarbaru Imam menyebutkan, peluang curah hujan di Kalsel untuk saat ini masih sangat kecil. “Peluang turun hujan di Kalsel kecil di bawah 20 milimeter,” ujarnya.

Sekadar diketahui saja, untuk wilayah Kalsel sudah mengalami hari tanpa hujan (HTH) di 13 kabupaten/kota tercatat 21 hingga 60 hari tanpa hujan. “Ada beberapa wilayah di Kalsel yang 2 bulan terakhir mengalami hari tanpa hujan, seperti di Kabupaten HSS, HST dan Balangan,” sebutnya.

Lalu hujan yang terjadi pada Selasa 13 Agustus kemarin, Imam menyebut, hanya sebuah anomali biasa. “Sebelum turunnya hujan pada hari Selasa 13 Agustus di beberapa wilayah di Kalsel, seperti yang terjadi Banjarbaru, Banjarmasin, Kabupaten Banjar, hanya memutus setelah selama 21 hari tanpa hujan,” bebernya.

“Dalam lima hari ke depan, cuaca Kalsel rata-rata cerah, memang ada sebagain yang cerah berawan, namun peluang hujan kecil,” sebutnya.

Terkait kondisi cuaca di wilayah Kalsel yang akan terus kemarau, potensi Karhutla (kebakaran hutan dan lahan) akan semakin tinggi.

BPBD Kalsel saja mencatat, sejak 1 Januari hingga 15 Agustus 2019, kasus kebakaran hutan dan lahan di Kalsel terdapat 459 kasus, dengan luas area terbakar mencapai 1.102,17 hektare.

“Luasan Karhutla di Kalsel sudah mencapai ribuan hektare,” ucap Manager Pusdalops PB BPBD Kalsel Muhriadi SSos kepada Kanalkalimantan.com, Jum’at (16/8) siang.

Namun, kasus kebakaran hutan jauh lebih minim dibandingkan lahan di Kalsel, yakni hanya sekitar 4 kasus dengan luas kawasan 9,25 hektare.

“Terjadi di tiga kabupaten. Di antaranya Kabupaten Banjar, Banjarbaru dan Barito Kuala,” sebutnya.

Sedangkan kebakaran lahan sebanyak 455 kasus, dengan luas kawasan sekitar 1092,92 hektare.

Ribuan hektare itu terbagi di seluruh Kalsel. Paling tinggi kebakaran lahan terjadi di Kabupaten Tanah Laut (Tala) sebanyak 121 kasus atau seluas 196,56 hektare.

Kedua, di Kabupaten Tapin sebanyak 34 kasus atau seluas 172 hektare. Balangan 30 kasus atau seluas 163 hektare.

Disusul, Banjarbaru 88 kasus atau seluas 118, 84 hektare. Keempat, Banjar 39 kasus atau sekitar 95,87 hektare. “Empat daerah itu tertinggi jumlah luas Karhutla di Kalsel,” tandas Muhriadi. (bie)

Reporter : bie
Editor : bie

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->