Connect with us

HEADLINE

Jejak Uni Soviet di Mess L Banjarbaru, Bukti Proyek Besi Baja Kalimantan di Era Soekarno

Diterbitkan

pada

Wakil Walikota Banjarbaru Darmawan Jaya Setiawan berlatar Mess L Banjarbaru, tempat yang dulu pernah dihuni ekspatriat Uni Soviet di tahun 1960-an. Foto : bie

BANJARBARU, Kalimantan Selatan memiliki goresan sejarah tersendiri tentang industri strategis besi dan baja di Indonesia. Dimana cikal bakal industri nasional besi baja pernah di setting untuk dibangun di daerah ini atas sokongan dana serta bantuan teknis dari negara Uni Soviet -kini Rusia-.

Memang amat tepat jika industri besi baja kala itu direncanakan akan dibangun di Kalimantan Selatan, mengingat daerah ini memiliki sumber daya mineral berupa bahan baku dan energi yang melimpah untuk mendukung industri tersebut. Meskipun begitu kenyataan sejarah berbicara lain sehingga akhirnya industri raksasa ini tidak terealisasi dibangun di bumi Kalimantan Selatan.

Jejak itu kini masih ada dan membekas sebagai bukti sejarah hubungan harmonis Indonesia-Uni Soviet di era Soekarno, adalah berupa Mess L di kota Banjarbaru -tepatnya di belakang Museum Lambung Mangkurat-.

Wakil Walikota Banjarbaru Darmawan Jaya Setiawan saat menyambut peserta Kejurnas Time Rally Wisata Merah Putih 2019, Sabtu (3/8) di Mess L Banjarbaru sempat memberi satu pertanyaan kepada khalayak, dulunya Mess L digunakan untuk apa?.

Ternyata Mess L dihuni para ekspatriat Uni Soviet di Banjarbaru tinggal di sebuah mess milik TNI AU yang dikenal sebagai Mess L (karena bentuknya seperti huruf L) berlokasi di belakang museum Lambung Mangkurat Banjarbaru yang kini kondisinya sudah selesai direnovasi Pemko Banjarbaru. “Mess L dulunya dihuni ekspatriat Uni Soviet sekitar tahun 1960, ketika itu ada proyek besi baja Kalimantan, lalu tahun 1965 (G30SPKI) Mess L tidak lagi dipergunakan,” ujarnya menjelaskan sejarah singkat Mess L.

Ya, memang hubungan antar negara Indonesia dan Uni Soviet (kini Rusia) memang sering mengalami pasang surut, adalah hal yang biasa dalam hubungan antar negara yang dipengaruhi oleh suhu politik dan keamanan internasional.

Kepercayaan dan simpati Uni Soviet besar setelah kantor kedutaaan besar masing-masing negara dibuka di Moskow dan Jakarta tanggal 13 April 1954, serta Indonesia sukses menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung April 1955. Terlebih lagi partai komunis diikutsertakan dalam Pemilu pertama Indonesia pada akhir tahun 1955. Hubungan mesra ini berlanjut hingga ditanda tangani perjanjian kerjasama pembangunan antara menteri luar negeri Indonesia Roeslan Abdulgani dan menteri luar negeri Uni Soviet Andrey Gromyko tanggal 11 September 1956. Dimana diantaranya adalah proyek pembangunan jalan di Kalimantan Tengah dan industri besi baja di Kalimantan Selatan. Kedua proyek ini dibuat tidak lepas dari rencana besar Presiden Soekarno ketika itu yang akan memindahkan pusat pemerintahan di Kalimantan.

Sebuah tim telah dibentuk oleh pemerintah Indonesia untuk setelah ditanda tanganinya kontrak antara pemerintah Indonesia dan Uni Soviet 11 September 1956, dan yang ditunjuk sebagai kepala tim proyek pembangunan pabrik besi baja ini adalah Drs Soetjipto dengan dibantu oleh Ir A Sayoeti, Ir Tan Boem Liam dan RJK Wiriasoeganda. Pada tahun itu pula dilakukan survey penyelidikan sumber biji besi di beberapa wilayah seperti Jampang Kulon (Jawa Barat), Lampung, Sungai Dua dan Pulau Sebuku (Kalimantan Selatan) serta persediaan batubara di daerah Bayah (Jawa Barat), Bukit Asam (Sumatera Selatan), Pulau Laut (Kalimantan Selatan) dan Gunung Batu Besar (Kalimantan Timur). Survey ini dilakukan oleh Biro Perancang Negara dan Jawatan Geologi yang dibantu oleh konsultan Jerman Barat Wedexro (Westdeutsches Ingenieur Büro) di bawah pimpinan Dr Rohland KG.

Jejak sejarah bukti hubungan Indonesia-Uni Sovyet pernah mesra lainnya di kota Banjarbaru adalah pernah ada dua helikopter Uni Sovyet di wilayah Banjarbaru.

“Dulu ada bangkai heli Rusia di Taman Karang Taruna, sekarang kolam Renang Idaman Banjarbaru dan STM YPK,” kata Darmawan Jaya Setiawan menyebutkan.

Namun, rencana fase kedua pembangunan pabrik besi baja di Kalimantan Selatan pada akhirnya tidak terealisasi dengan adanya peristiwa G30S PKI.

Kala itu di Kalimantan Selatan sehubungan dengan rencana fase kedua proyek pabrik besi baja Kalimantan tersebut ada kegiatan survey sumber-sumber biji besi di Kalimantan Selatan dan sekitarnya oleh para ekspatriat Uni Soviet, dan kota Banjarbaru dipilih sebagai home base mereka untuk tempat tinggal, kantor, dan pergudangan.

Dalam melakukan survey para ekspatriat ini menggunakan 2 pesawat helikopter buatan Uni Soviet untuk menjelajahi wilayah-wilayah yang diduga memiliki potensi sumber biji besi beserta cadangan energi untuk mendukung industrinya.

Diperkirakan helikopter yang mereka pergunakan tersebut adalah jenis Mi 4 versi sipil. Para surveyor ekspatriat Uni Soviet di Banjarbaru tinggal di sebuah mess milik TNI AU yang dikenal sebagai Mess L  berlokasi di belakang museum Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Helikopter Mi 4 yang kemudian sempat menjadi monumen di taman kota yang sekarang menjadi kolam renang Idaman Banjarbaru. Foto : ist

Sedangkan untuk perkantoran dan gudang lokasinya adalah di jalan Rahayu tepatnya adalah di lokasi sekolah teknik menengah swasta -SMK YPK sekarang-. Semua fasilitas yang ada tersebut kemudian ditinggalkan paska pemberontakan PKI tahun 1965, termasuk peninggalan kedua pesawat helikopter Mi 4 yang kemudian sempat menjadi monumen di taman kota yang sekarang menjadi kolam renang Idaman Banjarbaru, dan satu lagi berada di lapangan SMK YPK sekarang. Kedua monumen heli tersebut pada tahun 1988 masih ada, dan di awal-awal tahun 90 an kedua monumen ini sudah tidak berada lagi pada tempatnya.

Sementara itu kompleks perkantoran dan gudang eks proyek besi baja yang terbengkalai dimanfaatkan sebagai sekolah teknik menengah (STM). Ada cerita tersendiri mengenai berubahnya kompleks perkantoran dan gudang eks proyek besi baja tersebut menjadi sekolah teknik menengah. Berawal dari sebuah keprihatinan seorang Indonesianis Belanda bernama Van der Pijl yang sudah menjadi warga Banjarbaru kala itu, dimana beliau sebagai pejabat dinas pekerjaan umum Kalimantan Selatan dimasa pemerintahan Gubernur dr Moerdjani merasa sangat kesulitan untuk mendapatkan tenaga-tenaga berkualifikasi teknik. Hingga pada akhirnya muncullah ide di benak Van der Pijl untuk membuat sekolah teknik menengah dengan memanfaatkan bangunan perkantoran serta gudang eks proyek besi baja tersebut, dan ide tersebut terealisasi pada tahun 1968 dengan berdirinya sebuah sekolah teknik menengah swasta yang diasuh sendiri oleh Van der Pijl dimana hingga sekarang kegiatan belajar mengajar masih berlangsung di sekolah ini.

Mess L Berubah Total, Siap Jadi Pusat Budaya, Seni dan Komunitas

Meski Mess L kini telah digunakan untuk kegiatan seni dan budaya, namun jika dimundur ke tahun 2019 sebelum Mess L itu direnovasi, tentu kesan angker akan sangat terasa di mess yang pada sekitar tahun 1963 itu dihuni para ekspatriat Uni Soviet.

Memang, pada masa itu Mess L yang berada di pertigaan Jalan Garuda dan Jalan Merpati, Kelurahan Komet, Kecamatan Banjarbaru Utara itu, digunakan sebagai wismanya para pekerja industri berkebangsaan Uni Soviet untuk pengerjaan proyek besi baja di Kalimantan, berdasarkan hasil kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Uni Soviet kala itu.

Namun, akibat meletusnya peristiwa Gerakan 30 September pada 1965, hubungan diplomatis antara Indonesia dengan Uni Soviet sirna seketika. Rencana eksplorasi besi baja di Kalimantan pun gagal total.

Konspirasi politik hingga pelarangan Partai Komunis Indonesia (PKI) di seluruh Indonesia menjadi sebab akibat hubungan manis antar dua negara tersebut menjadi pupus, tak terkecuali keberadaan para pekerja industri Uni Soviet yang tinggal di Mess L.

Semenjak peristiwa G30S meletus, tak satupun orang Uni Soviet yang tersisa di Mess L. Mereka pulang ke kampung halamannya masing-masing di Uni Soviet.

Wakil Walikota Banjarbaru Darmawan Jaya  Setiawan menyampaikan bahwa tahun 2019 ini, Mess L Banjarbaru sudah bisa dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan komunitas seniman dan kebudayaan.

“Dimana nantinya (Mess L) juga ada perpustakaan malam, ada galeri untuk para pelukis di kota Banjarbaru dan Kalimantan Selatan. Dan Mess L nantinya ada tempat latihan para sanggar budaya yang ada di Banjarbaru,” bebernya.

Menurut Wakil Walikota, Banjarbaru punya tagline 3F yaitu Food, Fashion dan Fun. “Food Fashion dan Fun itu semuanya ada di Banjarbaru, menjadi modal kota ini maju dan berkembang,” pungkasnya. (bie/bbs)

Reporter : Bie/bbs
Editor : Bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->