Connect with us

HEADLINE

Diskusi dan Nonton Bareng Film Dokumenter ‘A Forest Of Fortune’


Jangan Rampas Alam Kami dari Tangan Serakah


Diterbitkan

pada

Sejumlah elemen pecinta lingkungan nonton film "A Forest of Fortune" Foto: dewi

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU –Setelah menggelar aksi di bundaran Banjarbaru, Walhi Kalsel kembali mengajak masyarakat nonton bareng dan diskusifilm dokumenter “A Forest of Fortune” di Kedai Kopi Borneo, jalan Sidodadi Loktabat Selatan, Sabtu (5/6/2021) malam.

Lewat pemutaran film yang digelar memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia itu, Walhi berharap mampu membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya alam dan penghijauan.

Hadir pada kegiatan tersebut Lembaga Kompas Borneo (LKB), Komunitas Sumpit, Kompas Borneo Unlam, Mapala Graminea Faperta ULM, Mapala Apache STMIK Banjarbaru, anggota Walhi Kalsel, Gema Petani Indonesia Kalsel, Serikat Petani Indonesia Kalsel, masyarakat lainnya.

 

A Forest of Fortune diperankan oleh Damang Ayal Kusal. Ia adalah sesepuh sekaligus yang mengepalai para penghulu (kepala adat) Dayak Meratus se-Kalsel.

Berbicara dengan Damang Ayal Kusal, membuat semakin sadar, akan arti penting hutan bagi masyarakat adat dayak di kawasan Meratus. Bagaimana ia memperjuangkan, dan mempertahankan tanah adat Dayak Meratus akan terus berlanjut.

Film A Forest of Fortune menceritakan, banyak sekali hasil yang dapat diperoleh dari hutan. Seperti hasil kebun karet menurih, hasil kebun kementeng, kebun kopi, dan lainnya.

 

 

“Banyak sekali alam yang diambil dengan cara dirusak, dirampas bahkan disingkirkannya hutan dari keserakahan. Dalam hal ini kita perlu untuk memperjuangkan dan mempertahankan hutan, agar tidak dirusak oleh tangan penguasa keserakahan. Yang merusak alam dan menindas kekayaan alam,” kata Damang Ayal Kusal.

Dunia pasti akan selamat jika alam tak dirusak oleh penguasa keserakahan. Salah satu cara menyelamatkan hutan adalah dengan cara tidak rusak alam, dan mengubah alam.

 

 

“Bercocok tanam, mengambil sayur ataupun keladi itu hanya seperlunya jangan berlebihan! Karena kita bukan mereka yang seperti ekspotasi. Walaupun kita memakai tapi tidak dengan cara membabat hutan, tidak menghilangkan hutan, itupun sudah lebih dari cukup tidak dengan cara merusak hutan,” tutur Ayal Kusal.

Setelah menonton film “A Forest of Fortune”, Walhi Kalsel berharap masyarakat bisa saling menjaga, membantu bahkan melindungi hutan.

Alm Damang Ayal Kusal, tokoh adat Dayak Meratus

Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Sasono menegaskan, “tidak ada kata lain selain kita obati Kalsel, kita pulihkan Kalsel, dan pulihkan Indonesia. Karena kita masih Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan Negara Kesatuan Republik Investor, cabut dan batalkan UU Cilaka Omnibuslaw” pungkasnya.(Kanalkalimantan.com/dewi)

 

Reporter : Dewi
Editor : Cell

 

 

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->