Connect with us

HEADLINE

Cuma 30 % Terpakai, 50 Sumur Bor Bikinan BRG Kalsel Tak Maksimal


Titik Sumur Bor di Dua Kelurahan di Banjarbaru Banyak yang Hilang


Diterbitkan

pada

Kebakaran hutan dan lahan memerlukan air untuk pemadaman di lapangan. Foto : rico

BANJARBARU, Sumur bor yang dipersiapkan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG)  Kalsel di wilayah Banjarbaru tak berfungsi maksimal. Sedikitnya 50 sumur bor yang tersebar di wilayah Banjarbaru banyak tidak bisa dipergunakan saat kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) yang terjadi saat ini.

Dari 50 titik sumur bor yang dibuat Badan Restorasi Gambut (BRG) Kalsel hanya 30% sumur yang bisa diambil airnya untuk penyiraman. Akibatnya tim penangangan Karhutla di Banjarbaru tidak bisa memanfaatkan penyiraman saat kebakaran.

BRG Kalsel sebelumnya telah membuat sebanyak 50 sumur bor di lokasi yang sering terjadi kebakaran yakni Kelurahan Syamsuddin Noor sebanyak 20 titik dan terbanyak berada di Kelurahan Guntung Payung sebanyak 30 titik.

Plt BPBD Kota Banjarbaru Ahmad Nizami Syarif mengungkapkan, memang ada beberapa titik sumur bor yang dangkal airnya, menyebabkan sumur tempat mengambil air tidak memungkinkan.

“Sumur yang bisa dimanfaatkan oleh mesin penyedot air harusnya punya kedalaman 7 meter, baru bisa disedot,” ungkapnya kepada kanalkalimantan.

Nah, dari 50 titik sumur bor yang dibuat BRG pada tahun 2016 itu melalui kerja sama dengan LPPM Universitas Lambung Mangkurat terungkap banyak fakta menarik. Seperti pada awal pembuatannya yaitu terjadi banyak perubahan dalam soal keberadaan sumur bor. Misalnya, sumur bor dibangun di tanah warga. Sebagian sumur bor malah jadi korban pembangunan jalan dan perluasan Bandara. Ada pula sumur bor yang sekarang letaknya di tengah jalan. Itu terjadi karena pembangunan jalan baru dan perluasan Bandara.

Selain itu pada tahun 2018, kota Banjarbaru belum mendapat penambahan titik sumur. Hal ini dikarenakan Banjarbaru tidak masuk dalam target restorasi, padahal yang menjadi salah satu pemicu lahirnya BRG dan TRGD di tingkat lokal.

Berdasarkan keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Banjarbaru tak termasuk dalam empat Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). Sementara BRG hanya menangani wilayah yang masuk dalam KHG.

Data yang dilansir Badan Restorasi Gambut (BRG) yang menyebutkan, restorasi gambut di Kalsel dilaksanakan pada sebaran lahan gambut rusak seluas 105.023 hektare yang tersebar di KHG Sungai Barito-Sungai Alalak, Sungai Utar-Sungai Serapat, Sungai Balangan-Sungai Batangalai, dan Sungai Barito-Sungai Tapin. Keempat KHG ini berada di delapan kabupaten, Balangan, Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Tabalong, dan Tapin. Padahal tahun 2018 ini gejala akan terjadi kebakaran nampak jelas. Bahkan di beberapa kabupaten di Kalsel, seperti Tanah Laut, Hulu Sungai Selatan, dan Kota Banjarbaru, kebakaran masih terus terjadi.

Nizam -biasa disapa- menjelaskan belum diketahui dimana titik sumur bor yang 70% lagi masih mengalami kendala, namun saat ini pihaknya  telah membuat tim untuk melakukan verifikasi terkait masalah sumur bor buatan BRG Kalsel bersama LPPM ULM.

“Terkait sumur bor yang mengalami kendala itu saat ini datanya lagi kita verifikasi posisinya. Ada tim yang saya minta untuk meng-update data tentang sumur bor ini,” pungkasnya. (rico)

Reporter : Rico
Editor : Abi Zarrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->