Connect with us

HEADLINE

Cerita Sejarah dari Tugu Nol Kilometer Banjarbaru, Ada Tim Sembilan Penggagas Awal Gunung Apam Menjadi Kota Administratif

Diterbitkan

pada

Wali Kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin bersama tokoh pendiri Banjarbaru Dr Ir HM Yunus Djarmie (87) (Sasirangan Biru) dan H Abdullah, Pambakal Loktabat (87) (Sasirangan Ungu). Foto: wanda

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Momentum peresmian Tugu Nol Kilometer Banjarbaru pada Jumat (29/12/2023) malam, menjadi ajang silaturahmi bagi sejumlah saksi sejarah berdiri awal Banjarbaru.

Ikon baru ini sendiri diresmikan oleh Wali Kota Banjarbaru, Aditya Mufti Ariffin di hadapan tokoh pendiri Kota Banjarbaru.

Termasuk disaksikan langsung oleh satu-satunya tokoh pendiri Banjarbaru yang masih sehat yaitu Dr Ir HM Yunus Djarmie, lelaki yang kini sudah berusia 87 tahun itu. Selain itu dihadirkan pula H Abdullah, Pambakal Loktabat yang dua tahun lagi berumur 90 tahun.

Baca juga: Dua Motor Matic Tabrakan di Kawasan Perkantoran Gubernur Kalsel, Begini Kronologisnya

Lewat ikon baru di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) ini, generasi muda kembali diingatkan akan bagaimana penggagas dan perjuangan Banjarbaru dari yang hanya sebuah kecamatan menjadi kota administratif.

Dalam kesempatan itu, Hudan Nur seorang penulis menceritakan sedikit tentang pertemuannya dengan sejumlah pihak dari Tim sembilan atau tim penggagas Panitia Penuntut Kotamadya.

Ia mengatakan dalam peresmian ikon baru Kota Banjarbaru kemarin turut hadir keluarga dari salah satu Tim Sembilan itu.

Baca juga: Tugu Nol Kilometer Banjarbaru Ikon Baru Ibu Kota Kalsel

Yang mana pada tahun 2022, salah satu tokoh dari Tim Sembilan itu menghubungi dirinya karena mendapatkan sebuah buku berjudul ‘Banjarbaru Menuntut Kotamadya’, yang dicetak pada tahun 1967.

“Di situ lah kami melihat, kenapa saya mengatakan kami, karena ulun dan kawan-kawan terus menggali sejarah Banjarbaru ini yang sepertinya ada benang yang tak teruraikan, ada kekusutan yang berhenti di tahun 1960-an tersebut,” ucap Hudan Nur, dihadapan tamu undangan, Jumat (29/12/2023) malam.

Hudan Nur mengatakan ucap dari tokoh itu bahwa di dalam buku peninggalan almarhum ayahnya itu ternyata termuat 46 orang tim penuntut Banjarbaru sebagai ibu kota atau kotamadya di Kalsel.

“Akhirnya untuk menyerahkan buku itu saya menghubungi seorang tokoh lagi yakni almarhum A Samsuri yang dua hari lagi genap 40 hari kepergiannya di sini juga hadir keluarganya, sebab semasa beliau hidup beliau bergaul dengan orang-orang di Banjarbaru,” ucapnya bercerita.

Dari 46 orang tim penuntut itu pula, ia mendapatkan informasi bahwa 5 orang di antaranya yang masih hidup, dan dari lima itu dua di antaranya bisa dihubungi dan ingatannya masih ada yakni Ir Dr Yunus Djarmie dan Ir Rakhmadi HT (85).

“Dari pertemuan dengan Ir Rakhmadi HT itu kita mendapat informasi ada yang namanya tim prakarsa sebelum adanya tim penuntut yang diisi oleh empat orang, salah satunya A. Fadhillah,” sambung dia.

A Fadhillah ternyata adalah ayah kandung dari almarhumah Hj Hayatun Fardah atau kakek dari Wali Kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin.

A Fadhillah ternyata memiliki peran penting dalam memprakarsai Kota Banjarbaru sebagai Kotamadya.

“Lalu kami menghubungi pak Rahmat Tohir pada malam itu, dan beliau menyuruh ulun menyampaikan informasi ini termasuk kepada bapak Aditya dan pada saat itu kami sampaikan ternyata bapak Wali Kota juga terkejut karena apa yang dilakukan oleh mendiang kakek beliau tidak diketahui oleh keluarga sendiri,” cerita Hudan Nur lagi.

Seiring berjalan waktu, ia bersama sejarawan lainnya mengambil kesimpulan bahwa Tim Sembilan itu namanya belum cukup dieksplor untuk Kota Banjarbaru.

Menurutnya mereka adalah orang yang berlapang dada, yang tidak ingin namanya disebut oleh sejarah, dan tidak ada penelusuran secara intens untuk menggali atas apa yang terjadi di tahun 1960-an itu.

Dari buku itu juga disebutkan kata dia, empat orang yang menginginkan percepatan Banjarbaru dari status kecamatan menjadi kota administratif waktu itu melaksanakan pertemuan dan titik temu itu tidak lain dilaksanakan di belakang titik nol yang telah diresmikan yaitu di kediaman KH Zafri Zamzam.

Dalam pertemuan itu pada bulan September 1964 dicetuskan secara bersama semboyan untuk membuat kota banjarbaru menjadi sebuah kota Wabul Sawi (Wani Beidabul Sanggup Manggawi).

Dalam desain relief dimuat tulisan 5 pilar yang berisi sejarah kota Banjarbaru per periodenya. Mulai dari periode ketika Banjarbaru masih menjadi wilayah perbukitan di pinggiran Kota Martapura yang dikenal dengan Gunung Apam.

Hingga kepada kepada pencantuman nama-nama seorang tanpa pamrih dan tanpa bayaran yang berkiprah menjadikan Banjarbaru menjadi sebuah Kota Idaman.

Menanggapi hal itu, Wali Kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin mengatakan masyarakat tidak hanya tinggal namun sudah harusnya mengetahui jasa-jasa para pendiri Kota Banjarbaru.

“Di sini ada relief yang mengisahkan tentang berdirinya Banjarbaru seperti yang disampaikan sejarawan. Mudah-mudahan menjadi pengingat bagi generasi akan sejarah Kota Banjarbaru,” jelas Wali Kota Aditya.

Seperti halnya bentuk ornamen pohon bangkal yang hanya tumbuh pada kondisi tertentu, juga digambarkan dengan makna merefleksikan Kota Banjarbaru sebagai ibu kota.

“Meski memiliki keterbatasan namun tetap terus tumbuh memberikan manfaat kepada masyarakat, kita dapat bersama membangun Kota Banjarbaru berkelanjutan,” harap dia. (Kanalkalimantan.com/wanda)

Reporter : wanda
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->