Connect with us

HEADLINE

Banjarmasin Peringkat 77 dari 94 Daftar Kota Toleransi Versi Setara Institue

Diterbitkan

pada

Toleransi menjadi tantangan tersendiri pada tahun politik saat ini. Foto: net

BANJARBARU, Tingginya tensi politik jelang pemilu 2019 berimbas pada peningkatan kasus intoleransi di sejumlah daerah. Meskipun bukan menjadi pemicu satu-satunya, dengan maraknya kasus persekusi, ujaran kebencian, sentimen SARA, dan lainnya, namun tahun politik memicu semakin suburnya gejala intoleransi di sejumlah kabupaten kota.

Terkait hal ini, Setara Institue melakukan perengkingan terhadap 94 kabupaten/kota di Indonesia berkaitan dengan hal tersebut. Hasilnya, Kota Singkawang, Kalimantan Barat (skor: 6,51), menempati posisi pertama sebagai kota paling toleran. Sedangkan yang paling buncit adalah Tanjung Balai, Sumatera Utara (skor: 2,81).

Dari daftar yang dirilis, beberapa kota/kabupaten di Kalsel belum mampu menempati posisi atas dalam hal toleransi. Kota Banjarbaru (skor: 5,35) misalnya, hanya menempati posisi 26 setelah Denpasar (skor: 5,39) dan Ternate (skor: 5,38). Sedangkan kota Banjarmasin, jatuh di urutan nomor 77 dengan skor 4,14.

Sementara itu, Kabupaten Banjar juga tak lebih baik dari posisi Banjarbaru. Kota berjuluk Serambi Mekah ini hanya menempati posisi ke 42 dengan skor 4,88. Tentunya, posisi tersebut mestinya harus menjadi catatan khusus bagi pemerintah setempat untuk meningkatkan iklim toleransi.

Ketua Setara Instute, Hendardi mengatakan dalam konteks ke Bhinnekaan Indonesia, toleransi akan memberikan penguatan keberagaman agama, bahasa, budaya, etnisitas dan sub sosial cultural lainnya merupakan kekayaan bersama bangsa Indonesia. “Dengan toleransi maka dipermudah hidup harmonis di tengah keberagaman dan perbedaan RAS, etnis, agama dan identitas diri serta lainnya,” katanya.  Menurutnya ke Bhinnekaan untuk menyatukan bukan mencerai beraikan. Perbedaan bukanlah dalih berkonflik antar warga negara.

Berdasar penilaian Setara Institute pada Indeks Kota Toleran (IKT) 2018, bahwa 10 kota dengan skor tertinggi adalah Singkawang (skor: 6,513), Salatiga (6,477), Pematang Siantar (6,280), Manado (6,030), Ambon (5,960). Sementara peringkat 6 Kota Bekasi (5,890), Kupang (5,857), Tomohon (5,833), Binjai (5,830) dan Surabaya (5,823).

Sebaliknya sembilan kota lain yang dinilai minim toleransi adalah Banda Aceh, Jakarta, Cilegon, Padang, Depok, Bogor, Makassar, Medan dan Sabang. “Tanjung Balai mendapat skor 2.81, Banda Aceh 2.83, Jakarta 2.88,” kata Hendardi.

KOTA PALING TOLERAN DI INDONESIA
Kota                Skor
1. Singkawang 6.513
2. Kota Salatiga 6.447
3. Pematang Siantar 6.280
4. Kota Manado 6.030
5. Ambon 5.960
6. Kota Bekasi 5.890
7. Kota Kupang 5.857
8. Kota Tomohon 5.833
9. Binjai 5.830
10 Kota Surabaya 5.823
26. Banjarbaru                      5,35
42. Banjar                  4,88
77. Banjarmasin        4,14
94. Tanjung Balai 2.817

Ditambahkannya, penilaian IKT bertujuan mempromosikan kota-kota yang mampu mengedepankan toleransi di Indonesia, sehingga bisa memincu kota lain mengembangkan toleransi. Setara menyusun peringkat kota paling toleran berdasarkan praktik toleransi di kota-kota di Indonesia. Ada 94 kota yang diperiksa tingkat toleransinya.

Beberapa poin yang diamati, yaitu kebebasan beragama/berkeyakinan, kesetaraan gender, dan inklusi sosial dijamin dan dilindungi undang-undang. Selain itu pernyataan dan tindakan aparatur pemerintah kota terkait dengan toleransi juga diperhatikan.

IKT 2018 merupakan kali ketiga yang digelar Setara Institute. Dibanding IKT 2017 terjadi perubahan signifikan pada komposisi kota yang masuk skor tertinggi. Perubahan itu seperti masuknya kota Ambon, Bekasi, Kupang, Tomohon dan Surabaya dalam 10 teratas kota paling toleran.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengapresiasi penilaian ini. “Penghargaan kota toleran ini patut diapresiasi karena dampaknya bagus,” kata Tjahjo. Sebab, masalah toleransi jadi hal yang penting di Indonesia karena tengah menghadapi tantangan berupa radikalisme dan terorisme.

“Sikap toleran ini penting sekali. Tantangan bangsa ini bukan masalah sandang, papan, pangan. Itu sudah selesai.  Masalah radikalisme dan teroris menjadi ancaman bangsa paling berat sekali,” kata Tjahjo sembari menambahkan persoalan radikalisme bukan saja tanggung jawab TNI dan Polri, melainkan seluruh masyarakat Indonesia.(cel/dtc/tmp)

Reporter: Cel/dtc/tmp
Editor; Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->