Connect with us

HEADLINE

Anak-anak Telagabauntung Tiap Hari Panjat Pohon Demi Sekolah Online

Diterbitkan

pada

Anak-anak Kecamatan Telagabauntung memanjat pohon demi sekolah online. Foto/video: Camat Telagabauntung for kanalkalimantan.com

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA – Pola pembelajaran di masa pendemi Covid-19 yang menggunakan daring atau online dirasa sangat memberatkan peserta didik di kawasab pelosok. Ini karena sulitnya signal agar mereka bisa mengikuti sekolah online.

Ya, mengingat penyebaran Virus Covid-19 saat ini masih belum selesai, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Banjar masih menetapkan tiap sekolah agar proses pembelajaran kepada para muridnya, secara daring (online).

Lalu bagaimana anak-anak atau pelajar yang berlokasi di daerah pelosok dan susah signal?

Salah satu daerah di Kabupaten Banjar yang mengalami ke dalam hal signal hp adalah Kecamatan Telagabauntung.

Di ketahui kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Simpangempat itu memiliki empat desa, yaitu Desa Rantau Bujur, Rampah, Loktanah, Telagabaru.

Semangat para pelajar di kampung Mahiyut, Desa Loktanah dalam mengikuti pendidikan di mada pandemi ini harus diacungi jempol.

Bagaimana tidak. Mereka harus memanjat dan mengikuti pelajaran di atas sebuah pohon demi mendapatkan signal. Ketinggiannya 15 meter lebih!

Sementara anak-anak di Desa Rampah, masih untung. Mereka masih bisa mendapatkan signal di tengah kebun karet. Sementara anak-anak di Desa Loktanah para siswa belajar di sebuah daerah dataran tinggi yang disebut Bukit Durian.

Masalahnya, titik tertentu yang ada signal, kalau warga setempat hapal saja tempatnya, ada yang bisa telepon dan sms dan ada yang internet, semua desa ada.

“Perjuangan anak-anak belajar itu ya mencari titik-titik yang ada signalnya. Alhamdulillah sebagian ada di pasang penguat signal tapi perlu modal dan harga mahal,” ujar Yuana Karta Abidin, Camat Telagabauntung, kepada kanalkalimantan.com Selasa, ( 1/9/2020) melalui via WhatsApp.

Menurut dia, kalau siswa yang naik pohon cari signal itu diketahui ketika ada rapat di desa ada aparat yang menyampaikan kepadanga bahwa anak-anak harus naik pohon untuk mendapatkan signal.

“Saya kira kemarin itu rendah atau di cabang aja, ternyata sampai ke pucuk pohon,” papar dia.

Dia mengatakan, signal yang paling kuat itu berada di paling atas, kalau di bawah pohon tidak terlalu bagus.

“Jadi para anak-anak sampai harus naik sampai dekat pucuk pohon demi mendapatkan signal yang lebih kuat, di banding di bawahl pohon nya,” katanya.



Berdasar pengamatan camat, Selasa (1/9/2020) siang ada banyak orang yang menaiki pohon untuk mendapatkan signal hp.

“Bukan hanya pelajar SMP atau SMA, dulu waktu ditetapkan kuliah secara daring para mahasiswa juga naik pohon untuk dapat signal hp. Dulu pernah di bikinkan tangga, tapi karena banyak yang makai, jadi tangga tersebut runtuh,” ujar dia.

Guru di sekolah, beber dia, sudah melarang para siswa naik pohon, dan bisa langsung datang ke sekolah. Namun para siswa tidak mau di karenakan jalan menuju ke sekolah itu di tempuh lebih dari 10 kilometer.

Biasanya para siswa ini mencari signal hp di mulai Pukul 10:00 pagi. Para siswa naik ke atas pohon itu untuk di dampingi orangtuanya. Setelah daftar hadir, mereka mendonwload tugas yang di berikan guru. Setelah itu murid pulang untuk mengerjakannya,” ujar dia.

Setelah selesai mengerjakan tugas, sore hari para siswa kembali naik ke pohon untuk mengupload tugas yang sudah di selesai di kerjakan. Itu berlangsung setiap hari.

“Anak-anak tentu saja ingin sekolah kembali normal lagi, sekokah secara tatap muka lagi. Dan kami berharap signal internet bisa terpenuhi dan dapat terwujud,” harap dia.

Ketika ditanya bagaimana peran pemerintah dalam menyediakan signal, camaf mengatakan, usul BTS sudah dimasukkan dalam musrenbang, dan sudah ditanggapi Diskominfo dan persandian. “Menunggu hasil untuk 2021 nanti,” ungkap dia. (kanalkalimantan.com/wahyu)

Reporter : Wahyu
Editor : Dhani



iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->