Connect with us

HEADLINE

Tradisi “Bagarakan Sahur” di Kampung Alalak, Berlanjut Hingga Generasi Bocah Milenial

Diterbitkan

pada

Tradisi “bagarakan sahur” dengan cara berkeliling kampung memukul bebunyian di Kota Banjarmasin. Foto: tius

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Tradisi “bagarakan sahur” atau membangunkan orang sahur dengan cara keliling kampung memukul beragam alat bebunyian, masih tetap bertahan dan terlihat di beberapa kawasan kota Banjarmasin.

Seperti yang didapati Kanalkalimantan.com, puluhan anak-anak di kawasan Kelurahan Alalak Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, yang sedang berkeliling kampung dengan membunyikan beberapa alat instrumen musik, sambil menyuarakan sahur.

Bocah-bocah tersebut, sangat bersemangat dalam melakukan aksi “bagarakan sahur” itu. Dari teriakan sahur yang begitu nyaring dan juga suara alat musik pukul membangunkan warga kampung.

Anwar, salah satu anggota “bagarakan sahur”, kepada kanalkalimantan.com mengatakan, “bagarakan sahur” ini selalu mereka lakukan setiap bulan Ramadhan.

“Ya biasanya kita mulai jam dua (Pukul 02.00, red) sampai jam setengah empat (Pukul 03.30 Wita, red), dengan berjalan kaki dari ujung kampung ke ujung kampung,” ujar Anwar, dijumpai di tengah aktifitas “bagarakan sahur” itu.

Bocah itu juga mengungkapkan, dulunya setiap bulan Ramadhan juga melakukan kegiatan dini hari ini, hanya saja dengan alat-alat yang sederhana, seperti ember, botol, kaleng dan lain-lain.

“Baru tahun ini saja menggunakan alat-alat drum band seperti ini,” ungkap anak laki-laki yang masih duduk di bangku SD ini.

Demi menambah semangat dalam melakukan kegiatan “bagarakan sahur”, anak-anak ini rela merogoh uang saku mereka dan mengumpulkannya agar bisa membeli alat-alat tersebut.

 

Harun Alrasyid, salah satu warga Alalak Utara mengatakan, sangat terbantu dengan adanya kegiatan anak-anak yang “bagarakan sahur” ini.

“Adanya kegiatan anak-anak ini, kita bisa bangun dan tidak terlambat untuk sahur,” ucap Harun.

Harun menyebut, kalau kegiatan begarakan sahur ini, sudah menjadi tradisi turun temurun sejak dulu di kampungnya.

“Dulu saya juga sering ikut begarakan sahur seperti ini,” tambah Harun.

Baca juga : Pemko Banjarbaru Terima 5.000 Rapid Test Antigen dari Pemprov Kalsel

Wabah Covid-19 ternyata membuat banyak orang enggan untuk keluar rumah melakukan kegiatan “bagarakan sahur” ini.

“Kalau tahun-tahun dulu ramai orangnya, dari anak-anak sampai dewasa ikut “bagarakan sahur”. Sekarang lebih banyak anak-anak saja yang turun ke jalan,” tutur Harun.

“Bagarakan sahur” menjadi nuansa sendiri setiap bulan Ramadhan.

Baca juga : Selewengkan Dana Desa Ratusan Juta, Aparatur Desa di HSU Ditangkap

“Karena selama musim corona ini, nuansa puasa terasa kurang, karena pergerakan kita jadi terbatas,” pungkas Harun. (kanalkalimantan.com/tius)

 

Reporter : Tius
Editor : Bie

 

 


iklan " />

Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->