Connect with us

HEADLINE

Pasar Tradisional sebagai ‘Magnet’ Menjual Popularitas Politik Kandidat di Pilgub Kalsel

Diterbitkan

pada

Pedagang di sebuah pasar tradisional. Foto: Brilio

KANALKALIMANTAN.COM – TANJUNG, Setiap momen politik, pasar tradisional menjadi salah satu ‘magnet’ kandidat untuk melakukan sosialisasi maupun meraup populartias. Sudah jamak dilakukan, kandidat calon Gubernur, Bupati atau Walikota melakukannya. Bahkan di era milenial ini, pasar tradisional sempat menjadi medan pertarungan yang panas di masa Pilpres 2019 lalu.

Masih ingat dengan kasus ‘tempe setipis ATM?’ Statemen tersebut sempat disampaikan Cawapres Sandiaga Uno, dalam salah satu kunjungannya ke pasar tradisional. Apa yang disampaikan Sandi, tentu saja sebagai kritik atas kebijakan perekonomian Presiden Jokowi yang gagal menjamin kesejahteraan rakyat kecil.

Tapi tak beberapa lama kemudian, ‘tembakan’ Sandi soal tempe tersebut dibalas kunjungan yang sama oleh Jokowi. Ia menegaskan, bahwa tempe masih tetap sama. “Jika ada yang mengatakan setipis ATM, mungkin jarang ke pasar,” katanya.

Ya, pasar memang menjadi bagian dari citra politik yang diperebutkan oleh kandidat. Termasuk juga pada Pilgub Kalsel kali ini. Maka tidak mengherankan, jika jelang kampanye akan banyak kandidat (baik petahana maupun penantang) merebutkan suara rakyat kecil di pasar tradisional.

Seperti juga dilakukan kandidat calon Gubernur Kalsel, Denny Indrayana. Dalam setiap kunjungannya ke daerah guna melakukan sosialisasi pencalonan, mantan Wamenkumham ini selalu menyempatkan diri berkunjung ke pasar tradisional. Seperti saat berkunjung ke Kabupaten Tabalong, Haji Denny—demikian ia kini disapa, berkunjung ke Pasar Tanjung dan Mambuun untuk sosialisasi. “Itu wajar, karena pasar tradisional menjadi tempat yang relatif banyak dikunjungi orang. Jadi sosialisasi akan lebih mudah dari pada door to door,” katanya.

Selain itu, sebagai tempat berkumpulnya masyarakat, pasar juga ‘merekam’ secara umum kegelisahan arus bawah. Terutama terkait ekonomi, juga sosial! “Di pasar tradisional itulah kita bisa tahu apa yang dikeluhkan masyarakat,” terangnya.

Meski saat ini incumbent Sahbirin Noor belum melakukan hal yang sama, namun bisa dipastikan gerakan politik turun ke pasar akan dilakukan. Hanya menunggu waktu saja.

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan mengatakan, langkah kandidat berkunjung ke pasar merupakan strategi dalam menggaet masyarakat kelas menengah ke bawah. Pasar merupakan lokasi di mana masyarakat segmen tersebut banyak berinteraksi. “Itu strategi yang dipakai untuk memberikan persepsi kepada masyarakat bahwa mereka peduli dengan persoalan-persoalan rakyat kecil,” kata Djayadi seperti dilansir Katadata.co.id.

Menurut dia, suara masyarakat menengah ke bawah menjadi rebutan bagi para kandidat. Sebab, segmen tersebut merupakan pemilih mayoritas.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya lebih mengkhususkan segmen tersebut kepada ibu-ibu rumah tangga. Sebab, mereka paling berdampak terhadap persoalan ekonomi terkait harga kebutuhan pokok. “Pasar ini simbolisasi paling kuat dari segmen emak-emak yang sering disebut belakangan,” katanya.

Kekuatan Pasar Tradisional

Pasar memang memiliki kekuatannya sendiri. Baik sebagai simbol ekonomi masyarakat, maupun simpul dari gerakan arus bawah. Sehingga tak heran, jika setiap momen Pilkada maupun Pemilu, selalu menjadi penanda yang direbutkan.

Pengamat politik Agus Subagyo dalam salah satu tulisan diblog bribadinya mengatakan, pasar telah memiliki posisi sangat strategis, khususnya dalam konstelasi politik. Kekuatan pasar tidak hanya mempengaruhi para pelaku ekonomi, seperti pengusaha, produsen, distributor, dan konsumen. Lebih dari itu, pasar secara mengejutkan telah menjadi kekuatan dahsyat dalam mewarnai kehidupan politik, terutama dalam proses pergantian kepemimpinan nasional dan penempatan posisi jabatan publik.

Di Indonesia, kekuatan pasar telah menjadi pertimbangan utama bagi setiap entitas politik dalam melakukan interaksi baik interaksi dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam proses pencalonan figur-figur kepemimpinan nasional. Berkait dengan sirkulasi kepemimpinan.

Denny Indrayana saat menyapa penjual di pasar tradisional di Mambuun, Kecamatan Murung Pudak, Tabalong. Foto: hms untuk Kanal

Gubernur Sahbirin saat mengecek harga di pasar tradisional Kabupaten Banjar. Foto: Kanal

Jika sosok yang diajukan untuk menjadi pemimpin direspons secara positif oleh pasar, maka kemungkinan besar ia akan berhasil menduduki jabatan utama tersebut. Demikian pula sebaliknya, apabila calon yang dimunculkan ke permukaan direspon secara negatif oleh pasar, maka kemungkinan besar tidak akan terpilih.

“Memang benar bahwa keputusan untuk memilih dan menentukan jabatan-jabatan publik sangat ditentukan oleh proses-proses politik yang ada dalam lembaga politik yang bersangkutan, namun kekuatan pasar cenderung berpengaruh besar dalam mempengaruhi perilaku memilih para pengambil keputusan,” ungkapnya.(kanalkalimantan.com/cel)

Editor : Cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->