Connect with us

Kanal

Melihat Perencanaan Pembangunan Kabupaten Banjar 2016-2021 (2)


Ubah Paradigma, Bukan yang Itu-itu Saja


Diterbitkan

pada

Kepala Bappelitbang Kabupaten Banjar Hary Supriadi (kedua dari kiri) bersama Wakil Bupati Banjar H Saidi Mansyur (tengah) saat pelaksanaan musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) kecamatan. Foto: Rudiyanto

MARTAPURA, Best Quality Planning (BQP) menjadi motto Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Kabupaten Banjar dalam penyusunan perencanaan pembangunan di Bumi Serambi Mekkah.

Membuat perenanaan berkualitas mestinya bukan hal muluk direalisasikan. Kendati menurut Dr Hary Supriadi SH MH, Kepala Bappelitbang Kabupaten Banjar, kondisi keuangan daerah yang saat ini tak dapat dikatakan baik.

Upaya yang bisa dilakukan, ujar Hary, adalah dengan mengubah paradigma berpikir dalam proses penyusunan perencanaan di semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD), tak terkecuali Bappelitbang. Ada beberapa hal menurutnya yang dapat dilakukan dalam upaya mengubah paradigma penyusunan perencanaan tersbut.

Pertama, kata Hary, adalah dengan mengubah pola kebiasaan penyusunan rencana kerja yang itu-itu saja. Karena tak dipungkiri hingga saat ini, masih ada rencana kerja yang disusun OPD sekadar pengulangan kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Money follw the program, bukan lagi money follow the function, begitu Hary menyebutnya.

Untuk dapat menyusun rencana kerja yang tidak itu-itu saja, menurut Hary, tentunya diperlukan pola pikir di luar kebiasaan, atau antiminestream. Dengan pola pikir tak biasa itu, akan muncul inovasi-inovasi perencaan. Dan sebaik-baiknya sebuah perencanaan, adalah yang perencaanyang dibuat berdasarkan hasil analisa dari sebuah masalah.

Dari hasil analisa permasalahan, lanjutnya akan ditemukan pola intervensi yang tepat dan lebih efektif ketimbang sekadar mengulang-ngulang kegiatan yang sama.

“Rencana kerja hendaknya tak sekadar mengejar output semata, outcome dari sebuah perencanaan mestinay menjadi prioritas utama rencana kerja,” kata Hary.

Dicontohkan Hary,  kegiatan pelatihan pelaku usaha kecil menengah (UKM), output kegiatannya memang jelas, yaitu jumlah peserta yang mengikuti pelatihan. Namun pelatihan belum tentu  ada out come. Karena  bisa saja, bukan pelatihan yang diperlukan pelaku usaha kecil. Mungkin saja kendalanya di pemasaran atau permodalan.

“Dan itu dapat diketahui jika permasalahannya terlebih dulu diketahui permasalahan yang memang dihadapi pelaku usaha. Dari permasalahan yangditemukan, baru dianalasisa penyebab permasalahannya,” kata Hary.


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->