Connect with us

Kesehatan

Kasus HIV/AIDS di Banjarbaru Kini Mangancam Anak Usia Sekolah

Diterbitkan

pada

Kasus HIV AIDS di Banjarbaru masih menjadi ancaman serius Foto: Net

BANJARBARU, Kasus HIV/AIDS di Banjarbaru masih cukup menghawatirkan. Hasil pendataan tahun 2017 di puskesmas dan fasilitas kesehatan, rata-rata ada ratusan hingga ribuan pasien terdeteksi mengidap penyakit tersebut.

Dari catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Banjarbaru, jika dihitung dengan rata-rata per satu minggu, Penderita HIV terdeteksi paling tidak satu orang. Dari hasil temuan tersebut hampir keseluruhan pengidap berasal dari kalangan remaja dengan rentan usia 20-29 tahun.

Yang mengejutkan, UTD RSD Idaman Banjarbaru selama 2017 lalu menemukan 3.296 pendonor yang terduga mengidap HIV dan di urutan kedua Lab RSD Idaman mendapati 1.753 pasien terduga HIV karena reaktif terhadap alat tes. (Selengkapnya lihat tabel, red).

KPA Banjarbaru Edi Sampana mengatakan, mereka berkemungkinan terpapar sejak 5-10 tahun ke belakang. Yakni pada usia 15-25 tahun, namun belum terdeteksi.

“Ada kendala tersendiri bagi KPA  saat mendeteksi HIV pada usia anak-anak, selain di lindungi oleh Undang-Undang mereka juga tidak bisa bertanggung jawab atas penandatanaganan surat pernyataan menyetujui saat melakukan tes tersebut,” ujarnya.

Dia mengatakan, jika ancaman HIV/AIDS di Banua dulunya berasal dari orang dewasa yang aktif berhubungan badan, kini pun merambah ke anak-anak dengan rentan usia SMP sampai mahasiswa. Melihat kecenderungan ini, maka diperlukan edukasi lebih mendalam kepada siswa agar lebih peduli tentang HIV/AIDS. Apalagi hasil dari survei tersebut sangat jauh dari batas minimal yang di tentukan oleh dinas kesehatan.

Edi Sampana Foto: Net

“Kami menargetkan minimal 85% untuk pengetahuan komprehensif tentang HIV AIDS. Dan di lihat bagaiman hasilnya yang sangat jauh ini berarti tidak hanya penyuluhan saja yang di galakan, namun edukasi lebih detail bagaimana cara menghindari dan mengobati jika terkena HIV,” ujar Edi.

Dari beberapa kasus yang ditangani KPA, ada beberapa penghambat karena masih banyak yang tidak mau berobat. “Kebanyakan saat tahu mereka tidak percaya, tapi jika terbukti mereka langsung menutup diri bahkan ada yang tidak mau berobat, karena malu untuk mengambil obat di rumah sakit,” tambahnya.

Nama Faskes Pasien Terdeteksi
Puskesmas Banjarbaru Utara 889
Puskesmas Landasan Ulin 996
Puskesmas Lianganggang 674
Puskesmas Cempaka 1.342
Puskesmas Gt. Payung 1.467
Puskesmas sungai besar 676
Puskesmas sungai ulin 717
Puskesmas  Banjarbaru Selatan 906
Puskesmas guntung Manggis 642
Poli Kandungan RSD Idaman 36`
VCT Mobile Dinkes` 1.317
UTD RSD Idaman 3.296
Lab RSD Idaman 1.753

Tantangan lainnya adalah sulitnya bagi KPA untuk masuk melakukan pengecekan di perusahaan swasta yang memiliki ribuan karyawan. Padahal hal ini mampu menekan penyebaran HIV/AIDS yaitu kembali di galakannya penggunaan kondom untuk mencegah penularan kepada orang sehat.

“Hubungan seksual itu alamiah, karena kebutuhan manusia jadi tugas kita bukan untuk menghentikan tapi mencegah penyebaran virus tersebut dengan menggunakan kondom,” jelasnya.

Di sisi lain, Edi mengakui kampanye penggunakan kondom dianggap sebagai hal yang tabu dan tidak dibenarkan untuk dipublikasi. Padahal kondom bukanlah bentuk seks bebas tak beraturan namun sebagai bentuk kepedulian anak kesehatan organ intim manusia. “Kita gak bisa mencegah manusia untuk berhubungan, tapi kita bisa mencegah penularan melalui hubungan seksual. Makanya saya berusaha menggalakan kondom sebagai bentuk kepedulian seseorang untuk kesehatannya,” terangnya. (devi)

Reporter: Devi
Editor: Cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->