Connect with us

Kota Banjarbaru

Jejak Karhutla 2019, Jebolan Irigasi hingga Rivalitas Gambut yang Harus Disudahi!

Diterbitkan

pada

Karhutla 2019 harus menjadi evalusi penanganan ke depan agar tak terulang Foto: ist

BANJARBARU, Bicara Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang terjadi selama beberapa tahun belakangan, maka sudah jelas jawaranya adalah lahan gambut. Bagaimana tidak, Tim Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Kalsel yang terdiri dari TNI Polri, BNPB, BPBD, Damkar, dan Masyarakat Peduli Api (MPA) dipaksa mengangkat berdera putih saat mencoba memadamkan api di lahan gambut.

Bahkan Kepala BNPB, Letjen (Pur) Doni Monardo, saat memimpin rapat koordinasi di Kalsel pada September lalu, mengakui meski telah dibuatnya hujan buatan, pun tidak memastikan api di lahan gambut akan padam.

Sepanjang musim kemarau pada tahun 2019 ini, lahan gambut di Kalsel yang menjadi paling disoroti berada di kawasan Guntung Damar, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru. Nyaris hampir disetiap harinya, 2 heli water bombing milik BNPB dikerahkan untuk membombardir kawasan Guntung Damar.  Padahal sebenarnya fungsi utama heli water bombing adalah memadamkan titik api yang berada di pegunungan atau lokasi yang sulit dijangkau petugas darat.

“Selama kurang lebih dua bulan titik api di kawasan Guntung Damar tidak bisa dipadamkan.  Upaya kita baik Tim Satgas darat maupun udara yang menggunakan Heli Water Bombing hanya bisa melakukan pembasahan,” kata Kepala BPBD Provinsi Kalsel, Wahyuddin.

Bersamaan dengan upaya pembasahan tersebut, bencana lainnya justru sudah tidak terelakan lagi. Bahwasanya api di lahan gambut Guntung Damar sudah menimbulkan asap yang berpotensi mengepung obyek vital Bandara Syamsudin Noor dan daerah sekitarnya.

Baca Juga : Water Bombing Tak Mempan, BPBD Kalsel Pilih Jebol Irigasi Tenggelamkan Lahan Gambut

Tim Satgas Kalsel yang terus dipacu waktu dan kinerjanya, lantas membuat keputusan untuk  menjebol saluran irigasi Riam Kanan guna membasahi ratusan hektar lahan gambut yang terbakar. Penenggelaman massal ratusan hektar lahan gambut ini dilakukan, pada pertengahan September lalu. Cara ini dinilai lebih praktis dan lebih murah dibandingkan pemadaman melalui udara.

Meski begitu, Kepala BPBD Kalsel, mengakui sampai saat ini api di lahan gambut masih menyala didalam tanah. Maka tidak heran, jika sampai hari ini kabut asap tiba-tiba saja muncul.

“Saat ini kalau kita ke Guntung Damar, kita tidak akan melihat api ataupun asap. Tapi kalau sudah turun hujan, maka besoknya kabut asap akan muncul. Jadi sebenarnya api itu masih menyala di dalam tanah,” kata Ujud -sapaan akrabnya.

Ya, memang begitulah keunikan lahan gambut. Asal muasal gambut sendiri ialah fosil batu bara muda dan habitatnya adalah air. Sehingga menurut sejumlah pakar, sebutan gambut seharusnya diawali dengan kata “Rawa”. Saat memasuki musim kemarau, habitat rawa gambut akan berubah drastis sehingga berpotensi mudah terbakar. Jika sudah terbakar, maka api akan sangat sulit memadamkannya. Pun, meski api dipermukaan lahan gambut telah padam, namum api tetap menyala didalam tanah, meluas dan terus menerus mengeluarkan asap.

Pengetahuan tentang lahan gambut ini lah yang ingin diedukasikan BPBD Kalsel dikedepannya. Menurut Wahyuddin, banyak masyarakat maupun anggota Satgas Karhutla yang menganggap remeh dan kurang mengetahui persoalan Karhutla di lahan gambut.

“Kita akan mengedukasikan tentang lahan gambut ini kepada tim, masyarakat dan bahkan para pelajar. Sehingga di tahun 2020 Karhutla yang terjadi di lahan gambut bisa di minimalisir,” ujarnya.

Selain itu, BPBD Kalsel juga memiliki misi lainnya yakni mengembalikan Gambut ke habitatnya yakni air. Caranya pun tidak berbeda jauh dengan  menjebol saluran irigasi. Hanya saja, dalam hal ini BPBD Kalsel membuat sistem yang bisa berjalan dalam jangka waktu yang lama serta memanfaatkan curah air hujan.

Wahyuddin menyatakan bahwa rencana program ini telah mencapai kesepakatan dengan SKPD terkait baik veritikal maupun Pemda untuk membuat jalur irigasi dan sistem irigasi di gambut.

“Sistem drainase harus mampu menampung curah hujan, sehingga menghemat air irigasi. Distribusi irigasi dengan banyaknya kepetingan tidak boleh terganggu. Tinggal memantapkan bagaimama sistem drainasenya, tentunya berkerja sama Dinas PUPR,” ujarnya.

Tidak hanya pada membasahi lahan gambut, BPBD Kalsel juga menggaet Dinas Lingkungan Hidup untuk mengelola lahan gambut sebagai lahan perkebunan. Yang mana nantinya, usai lahan gambut kembali berair, maka akan ditumbuhi tanaman diatas tanahnya.

Menurut data BNPB pada September lalu, luasan lahan gambut di Provinsi Kalsel mencapai 103.556 hektare. Luasan itu belum terhitung dengan lahan gambut yang terindentifikasi. (Rico)

Reporter : Rico
Editor : Chell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->