Connect with us

HEADLINE

GeNose dan CePAD: Lompatan Besar Indonesia dalam Deteksi Virus Corona

Diterbitkan

pada

CePAD, alat deteksi virus corona dengan sample swab yang lebih cepat. (Foto: Courtesy/Unpad)

KANALKALIMANTAN.COM, JOGJAKARTA – Indonesia melakukan terobosan dalam upaya menemukan kasus positif Covid-19 dengan lebih cepat. Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada mempersembahkan GeNose C19, sedangkan tim Universitas Padjajaran memproduksi alat uji Deteksi CePAD

GeNose C19 yang dikembangkan dalam beberapa bulan terakhir, resmi memperoleh izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020. Ketua Tim Peneliti alat ini, Prof Kuwat Triyono, menyebut izin edar membuka pintu untuk produksi massal. Selama proses penelitian, tim sudah memproduksi 100 unit GeNose C19 batch pertama, yang akan segera diserahkan kepada Badan Intelejen Negara (BIN) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Ketua Tim Peneliti GeNose UGM, Prof Kuwat Triyono. (Foto: Courtesy/Humas UGM)

“Dan mudah-mudahan nanti pada akhir bulan Januari, kita bisa memproduksi ribuan GeNose dan akan kita tingkatkan kapasitasnya menjadi 10 ribu pada bulan April. Dari 10 ribu itu kita berharap Indonesia akan menjadi negara dengan tingkat pengujian Covid tertinggi di dunia, yaitu sekitar 1,2 juta pengujian Covid dalam sehari,” kata Kuwat Triyono dalam keterangannya di Yogyakarta.

GeNose mampu mengidentifikasi virus corona lebih cepat, bukan dengan memeriksa cairan dari dalam tubuh, tetapi mendeteksi nafas seseorang. Alat ini mendeteksi volatile organic compound (VOC) yang terbentuk karena infeksi Covid-19, dan keluar bersama napas. Dengan kecerdasan buatan, komposisi yang terkandung dalam nafas seseorang positif Covid-19 diketahui berbeda dengan mereka yang tidak terinfeksi. Tidak mengherankan, jika GeNose bisa melakukan deteksi dalam waktu dua menit saja. Tingkat sensivitasnya tercatat 89-92 persen.

GeNose mampu mendeteksi keberadaan virus corona dalam tubuh seseorang dalam waktu kurang dari 5 menit. (Foto: Courtesy/UGM)

Tim UGM berharap, deteksi lebih cepat dan mudah akan memaksimalkan upaya pencegahan penularan.

“Sekolah-sekolah, rumah sakit dan tempat niaga, termasuk tempat keramaian seperti bandara, stasiun kereta dan tempat aktivitas ekonomi yang sibuk, mestinya bisa dimulai, kalau kita bisa memastikan bahwa disitu, orang-orang yang ada, adalah orang yang kita deteksi negatif,” ujar Kuwat.

Unpad Produksi CePAD

Dalam paparan kepada media secara online, Senin (23/12) sore, tim dari Universitas Padjajaran Bandung memperkenalkan alat bernama Deteksi CePAD. Koordinator Peneliti Diagnostik Covid-19 Unpad, Muhammad Yusuf, menjelaskan keunggulan CePAD terletak pada cara kerja yang sederhana disertai akurasi yang tinggi.

“Karena virusnya ada di saluran pernafasannya, pengambilan sampel melalui nasofaring, dan sample-nya dicampur cairan ekstraksi yang kita kembangkan. Kemudian diteteskan ke alatnya dan ditunggu selama 15 menit, hasilnya positif atau negatif,” kata Yusuf.

Sampel swab yang diteteskan pada CePAD akan mengalir menuju antibodi Covid-19 yang sudah terikat dengan nanopartikel emas yang tertanam pada perangkat itu. Jika di dalam sample terkandung virus corona, akan terbentuk garis di layar uji.

Yusuf mengklaim tingkat akurasi alat ini mencapai 85 persen, sehingga memenuhi standar organisasi kesehatan dunia, WHO yang menetapkan minimal 80 persen.

GeNose mampu mendeteksi keberadaan virus corona dalam tubuh seseorang dalam waktu kurang dari 5 menit. (Foto: Courtesy/UGM)

Sambutan Positif Pemerintah

Dalam paparan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi Indonesia/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, menyebut Indonesia membutuhkan dua alat ini untuk memperkuat testing, tracing, tracking dan treatment (4T). GeNose dan CePad, lanjut Bambang, dikategorikan sebagai alat untuk melakukan skrining atau deteksi cepat, terhadap keberadaan Covid-19 pada seseorang.

Sebagai menteri riset, Bambang bertekad Indonesia harus memiliki kemandirian dalam melakukan monitoring tersebut, terutama upaya skrining. Kedua alat ini akan sangat membantu, meski, lanjut Bambang untuk pengetesan akhir, jika dinyatakan positif oleh alat ini, seseorang masih harus melakukan tes PCR yang menjadi standar dunia.

“Tetapi untuk skrining, disinilah dituntut kemampuan kita untuk melakukan inovasi, melahirkan alat yang nanti bisa melakukan skrining dengan waktu yang cepat dan relatif nyaman, dan juga mempunyai tingkat akurasi yang tinggi,” kata Bambang.

Menteri Riset dan Teknologi Kepala BRIN Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. (Foto: VOA/Nurhadi Sucahyo)

Alat ini memungkinkan pengetesan dalam waktu singkat, dan biaya lebih murah. Jika skrining bisa dilakukan dalam skala besar, Bambang yakin dampaknya akan sangat positif bagi sektor ekonomi.

“Kita tidak hanya bisa mengatasi masalah kesehatan, tetapi juga ingin awal tahun ini bisa menunjang upaya kita untuk mulai memulihkan kegiatan ekonomi. Kita harus selalu mencari keseimbangan antara menjaga protokol kesehatan dengan pemulihan ekonomi itu sendiri,” lanjutnya.

Kepala Staf Presiden, Moeldoko yang mengikuti paparan ini menyarankan, produksi GeNose dalam skala besar segera.

“Saran saya, testing-nya di pabrik-pabrik, industri, sekolah, airport, perkantoran, itu jadi prioritas. Untuk itu kita perlu mempresentasikan ini kepada Menteri Perindustrian, Menteri Pendidikan, Menteri Pariwisata, MenPAN ARB, dan Menteri Dalam Negeri,” kata Moeldoko.

Langkah itu perlu ditempuh, menurutnya agar produktifitas di pabrik-pabrik tidak turun, sekolah bisa dimulai, pariwisata bergerak, dan perkantoran mengurangi bekerja dari rumah bagi karyawannya.
(ns/ab)

 

Reporter: Nurhadi
Editor: VOA


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->