Connect with us

Kalimantan Selatan

Dalang Sejumlah Aksi Teror, Anggota JAD Tersebar di Berbagai Lokasi di Indonesia


Mengupas Sepak Terjang JAD, Organisasi di Balik Aksi Teror di Kalsel (1)


Diterbitkan

pada

JAD menjadi pihak yang bertangungjawab dalam serangan teroris di Mapolsek Daha Selatan. Foto: medcom

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Mabes Polri mengungkap otak di balik penyerangan Mapolsek Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan (HSS) oleh jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kalimantan Selatan (Kalsel). Lima terduga teroris sebelumnya diamankan Densus, usai aksi yang dilakukan Abdurrahaman (AR), pelaku yang tewas dalam serangan tersebut. Lalu, seperti apa jaringan JAD itu?

Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan kelompok JAD saat ini tergolong yang paling aktif dari sejumlah organisasi radikal di Indonesia. Ia memperkirakan, anggotanya mencapai ribuan orang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. “Kelompok yang berafiliasi dengan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) itu terus ingin menunjukkan eksistensinya,” ujarnya dalam sebuah wawancara dilansir Tagar, beberapa waktu lalu.

“Jumlah anggota JAD sudah sangat banyak di seluruh provinsi. Maka aksi-aksi teror yang terjadi di daerah-daerah, jangan sampai disepelekan atau dianggap sebagai hal yang remeh,” tegas Al Chaidar.

Secara umum anggota Jamaah Ansharut Daulah tersebut berusia 50 tahun ke bawah atau banyak yang berusia produktif. Sebelumnya malah anggota kelompok itu ada yang berasal dari kalangan mahasiswa. “Ada anggota JAD statusnya sebagai mahasiswa di salah satu universitas di Sumatera namun sudah lulus, maka statusnya sekarang bukan mahasiswa lagi,” tuturnya.

JAD adalah organisasi Islam yang secara de jure telah dibubarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2018. Akan tetapi, berkaca dari aksi teror di Mapolsek Daha Selatan, beberapa waktu lalu, pembubaran JAD serta penahanan sejumlah pemimpinnya terbukti tidak melumpuhkan aktivitas para anggotanya yang tersebar di penjuru negeri.

Sebelumnya, dalam keterangan resminya pada Senin (1/6/2020) siang lalu, Kabid Humas Polda Kalsel Kombes Pol Moch Rifa’i membeberkan kronologi penyerangan yang mengakibatkan satu personel bernama Brigadir Leonardo Latupapua (30) gugur.

Sekitar pukul 02.15 Wita Bripda M Azmi mendengar keributan di ruang SPKT, pada saat itu posisi Bripda M Azmi berada di ruangan unit reskrim. Kemudian mendatangi ke ruangan SPKT dan melihat keadaan Brigadir Leonardo Latupapua sudah mengalami luka bacok, kemudian Bripda M Azmi mendatangi Kanit Intel Brigadir Djoman Sahat Manik Raja untuk meminta pertolongan dan bersama sama mendatangi ruang SPKT.

“Kemudian AR (pelaku) tersebut mengejar kedua anggota yang mendatangi ruang SPKT tersebut dengan sajam jenis samurai yang sudah terhunus,” kata Kombes Rifa’i.

Lebih lanjut ia menjelaskan, anggota yang dikejar tersebut lari ke ruang Intel dan Binmas serta mengunci ruangan dari dalam sambil meminta bantuan menelpon ke Polres Hulu Sungai Selatan.

Selanjutnya, AR bersembunyi di ruangan unit Reskrim, hingga bantuan dari Polres HSS datang, pelaku tidak mau menyerah.
Sehingga aparat kepolisian mau tidak mau mengambil tindakan tegas dan terukur terhadap AR dengan memberikan tembakan, hingga akhirnya dinyatakan tewas saat dirujuk ke RSUD Hasan Basry Kandangan. (Kanalkalimantan.com/tim)

 

Reporter : Tim
Editor : Cell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->