Connect with us

Kalimantan Selatan

Menuju Global Geopark Meratus, Cara Melindungi Meratus dari Kerusakan

Diterbitkan

pada

Wakil Ketua BPGM Kalsel Nurul Fajar Desira (kiri) dan Ketua Harian BPGM Kalsel Hanifah Dwi Nirwana (kanan) saat sosialisasi Geopark Meratus menuju penilaian UNESCO, Rabu (26/9/2023). Foto: wanda

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) saat ini bersiap mewujudkan Geopark Meratus naik tingkat dengan berstatus Global Geopark.

Geopark Meratus yang saat ini berstatus Geopark Nasional berpeluang menjadi Unesco Global Geopark (UGGp) ke-11 di Indonesia, tentunya dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi.

Syarat itu di antaranya adalah keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat yang ada di suatu wilayah geografis terpadu dengan memiliki warisan geologi, warisan budaya, warisan hayati dan keanekaragamannya.

Baca juga: Merawat Tradisi Baayun Maulid di Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin

“Geopark sendiri sudah memiliki wilayah geografis yang terhampar di dua kota yakni kota Banjarmasin, Banjarbaru dan empat Kabupaten yakni Kabupaten Banjar, Tapin, Barito Kuala, dan Hulu Sungai Selatan,” ujar Wakil Ketua Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM) Kalsel Nurul Fajar Desira di Banjarbaru, Rabu (26/9/2023).

Empat wilayah Geopark Meratus itu terhampar seluas 3.645,01 km², di dalamnya terdapat 54 situs pengembangan pariwisata berbasis geopark, pelestarian taman bumi, serta pemberdayaan dan peningkatan kualitas SDM di wilayah sekitar geosite.

Mengangkat tajuk “Meratus Geopark adalah Jiwanya Borneo”, Meratus Geopark Global akan diwujudkan melalui paket wisata menjelajahi 54 situs dalam 4 rute perjalanan.

“54 situs kita siapkan sejak tahun 2017 untuk bisa dijelajahi dalam kurun waktu lima hari, dengan pembagian rute sebanyak 4 buah yakni rute barat selatan, timur dan utara,” ungkap dia.

Baca juga: Jaga Hak Kekayaan Intelektual, Dekranasda Banjarbaru Raih Sertifikat Penghargaan Kemenkumham RI

Sementara itu, Ketua Harian BPGM Kalsel Hanifah Dwi Nirwana mengatakan, pihaknya menaruh harapan besar atas dukungan dari masyarakat dua suku yakni Suku Dayak dan Suku Banjar yang bersatu di dalam Geopark Meratus ini.

“Niat kita mendorong bagaimana masyarakat memahami, mengetahui dan meningkatkan kemampuannya secara ekonomi melalui program-program Geopark Meratus seperti Geoproduct, Geosouvenir, hingga Geokuliner serta beberapa hal lain di dalam pengelolaan situs situs mereka,” jelas Hanifah.

Dengan terwujudnya Geopark Meratus sebagai UGGp, diharapkan dapat mendorong terciptanya usaha lokal inovatif serta dapat digunakan sebagai sumber pendapatan yang dihasilkan melalui
geowisata dan geoproduk.

Satu yang terpenting juga dengan adanya keberadaan geopark ini diyakini dapat mempertahankan Meratus yang dengan berbagai sumber geologi ini tetap terlindungi dari berbagai ancaman kerusakan.

Baca juga: Kejari Banjar Musnahkan Berbagai Barbuk Tindak Kejahatan

“Yang paling penting itu ialah sebenarnya masyarakat yang bersangkutan yang akan mengelola ini, ketika diakui UNESCO maka otomatis mereka akan menjaganya,” imbuh dia.

Sebuah dokumen dengan tiga bahasa pun saat ini sudah disiapkan pihaknya, menyusul dengan kegiatan penilaian dari UNESCO yang akan dilakukan pada bulan Mei hingga April 2024 mendatang.

“Oktober dokumen itu akan kita kirim ke Komite Nasional Geopark Indonesia untuk dievaluasi dan diteruskan ke UNESCO Geopark dengan dilakukan pembelajaran dokumen itu jika memang layak maka selanjutny di bulang April-Mei 2024 akan datang tim penilai untuk menilai apakah dokumen itu sesuai dengan di lapangan atau tidak,” jelas dia.

Dalam penilaian itu pula, lagi-lagi peran masyarakat menjadi garda terdepan, sebab tim penilaian juga akan mengecek pemahaman masyarakat akan konsep geopark itu sendiri hingga kepada bagaimana cara mereka mengelola setiap situs yang terhampar di Geopark itu. (Kanalkalimantan.com/wanda)

Reporter : wanda
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->