Connect with us

VOA Indonesia

Tidak Ada Varian Baru yang Muncul Sejak China Akhiri Kebijakan Nol-COVID

Diterbitkan

pada

Sejumlah penumpang tampak memadati stasiun kereta api di Shenzen, China, pada 7 Januari 2023. (Foto: Xinhua via AP/Liang Xu)

KANALKALIMANTAN.COM – Tidak ada varian baru COVID-19 yang muncul di Beijing dalam beberapa minggu setelah China mengakhiri kebijakan nol-COVID akhir tahun lalu, ungkap sebuah studi baru pada Rabu (8/2).

China mencatat kenaikan jumlah kasus COVID-19 setelah mulai mencabut aturan pembatasan pandeminya yang ketat pada awal Desember lalu. Hal tersebut sempat memicu kecemasan bahwa negara terpadat di dunia itu dapat menjadi tempat berkembangnya varian baru yang lebih menular dan berbahaya.

Lebih dari 12 negara segera memberlakukan pembatasan baru bagi para pelancong dari China akibat situasi tersebut, dan juga kurangnya transparansi tentang skala wabah yang terjadi di negeri tirai bambu itu. Hal tersebut lalu memicu kemarahan Beijing.

Namun studi baru yang dilakukan oleh para peneliti China, yang menganalisis rangkaian 413 sampel dari Beijing yang didapat antara 14 November sampai 20 Desember mencatat, “tidak ada bukti bahwa varian baru muncul” selama kurun waktu itu.

 

Baca juga: Tambahan Jumlah Dapil di Banjarbaru Belum Ada Putusan KPU RI

Sebaliknya, lebih dari 90 persen kasus yang terdeteksi berasal dari varian BF.7 dan BA5.2, subvarian omicron yang sudah ada di China dan kini diambil alih oleh subvarian yang lebih mudah menular di negara-negara Barat.

Varian BF.7 merupakan tiga perempat dari sampel, sementara lebih dari 15 persen adalah BA5.2, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet. (Kanalkalimantan.com/VOA/ps/rs)

Reporter: ps/rs
Editor: kk


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->