Connect with us

WAJAH KOTA

Pudarnya Era Kejayaan Kios Buku di Kota Seribu Sungai, Ngos-ngosan di Era Internet (2-Habis)

Diterbitkan

pada

Zarkani, penjual buku di jalan Hasanuddin HM, Banjarmasin. Foto : fikri

BANJARMASIN, Di tengah gencarnya arus teknologi informasi, termasuk bidang pendidikan dan agama, bukan menjadi penghalang bagi beberapa kios buku di pinggir jalan Hasanuddin HM Banjarmasin gulung tikar. Meski bernafas ‘Senin-Kamis’, pelaku usaha kios buku ini memilih tetap bertahan demi menyambung hidup.

Seperti H Indra Jaya, pengelola Toko Buku Merdeka, yang ditemui Kanalkalimantan.com, Sabtu (5/10) siang. Pria perantau asli Minangkabau ini telah merintis usaha toko buku sejak menginjakkan kaki di Kota Banjarmasin di tahun 1987. “Sebelumnya saya pernah di Bandung dan Surabaya. Tapi sejak tahun 1987 berdiri sendiri di sini. Di Bandung dan Surabaya ikut kakak,” katanya membuka awal cerita.

Indra memilih bertahan dengan usaha toko bukunya, meski kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat. “Mending kita berusaha saja, kita datangkan buku-bukunya,” katanya. Di toko buku Indra sendiri, terdapat buku pelajaran sekolah, perkuliahan, Al Qur’an dan kamus. “Ya gentar juga. Mau gimana lagi, mau berubah usaha lain susah. Usia sudah mau 60 (tahun), jadi ya memulai usaha (baru) di usia ini susah,” jelasnya.

Indra menceritakan suka-duka dirinya menggeluti usaha ini. “Mulanya kita tidak punya toko dan tidak punya langganan. Dan kita berusaha masuk ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan diri dan buku-buku yang ada,” katanya. “(Ketika) masuk sekolah sulit akhirnya kita menyewa toko di Gang Penatu. Mulai terasa enak dan kemudian tokonya berkembang terus,” tambahnya.

Mulanya, Indra merintis usaha toko buku di Gang Penatu. “Kemudian dapat (mendirikan) toko tak jauh dari sini, di tahun 2000. Kemudian toko yang ada saat ini di tahun 2010,” jelasnya. Indra pun tidak menampik, dirinya lah yang cukup lama menggeluti usaha toko buku di pinggir jalan Hasanuddin HM Banjarmasin ini.

Buku-buku ia peroleh kebanyakan berasal dari Surabaya. Namun tidak sedikit pula yang didapat dari Banjarmasin. Kendati tidak menampik toko bukunya tidak seramai pada masa lalu, namun masih ada yang membeli buku di tokonya. “Masih banyak. Dari SD, SMP, SMA, perguruan tinggi. Jadi (hanya fokus) buku pelajaran sekolah, perguruan tinggi dan Al Qur’an. Kalau kitab-kitab kita tidak menjual,” tutupnya.

Baca Juga: Pudarnya Era Kejayaan Kios Buku di Kota Seribu Sungai, Kini Sekadar Bertahan Hidup Diserbu Era Digital (1)

Kanalkalimantan.com juga sempat menemui Zarkani, pengelola toko buku Fauzan yang letaknya bersebelahan dengan toko buku milik Indra. Setali tiga uang, Zarkani tidak menampik kemajuan teknologi infrmasi berdampak pada usaha toko buku miliknya. Meski dirinya baru-baru ini merintis toko buku. “Omsetnya agak kurang, bahkan anak-anak pelajar pun bisa belajar melalui internet,” kata Zarkani mengawali ceritanya. Meski demikian, Zarkani bersyukur, bahwa masih ada yang mau membeli buku di tokonya.

“Kadang-kadang kalau sudah (memegang) handphone minat bacanya jadi kurang. Kalau buku ini, enaknya (mudah) diingat, terus (bisa) hapal. Nah itu kelebihannya,” sambungnya.

Di toko buku milik Zarkani, selain buku pelajaran juga terdapat buku kitab dan Al Qur’an. Bahkan, toko bukunya kerap kali didatangi santri dari sejumlah pesantren ternama di Kalsel. “Ada dari Pondok Pesantren Darussalam, Pesantren Al Falah. Kalau di Banjarmasin Pesantren Nurul Jannah,” katanya.

Sebelum mendirikan toko buku yang ada saat ini, Zarkani sempat menjalankan usaha toko buku yang tak jauh dari tempatnya saat ini. “Dulu kita di Toko Buku Ilham. Iya, buka cabang di sini,” katanya. Pada masanya, omset penjualan buku di Toko Buku Ilham yang ia miliki cukup tinggi. “Tahun 2011. Nggak seberapa dulu karena pelajaran tidak berubah (kurikulumnya). Kalau sekarang tidak bisa, tiap tahun revisi kurikulum, yang K13 tinggal. Riskan lah,” jelasnya.

Sama dengan Indra, Zarkani pun mendapatkan buku-buku yang ia jual dari Surabaya dan Banjarmasin. “Kita utamakan yang di sini dulu, karena tidak pakai ongkos kirim,” ujarnya.

Meski kemajuan teknologi informasi pesat, Zarkani memutuskan tetap menjalankan usaha toko bukunya. “Tidak (pindah usaha). Alhamdulillah, kita jalani dulu, bertahan dulu,” kata pria yang menggeluti berjualan buku ini sejak 1998 di Gang Penatu. (fikri)

Reporter : Fikri
Editor : Bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->