Connect with us

HEADLINE

Pudarnya Era Kejayaan Kios Buku di Kota Seribu Sungai, Kini Sekadar Bertahan Hidup Diserbu Era Digital (1)

Diterbitkan

pada

Kios penjual buku, majalah dan koran di jalan Hasanuddin HM, Banjarmasin. foto: fikri

BANJARMASIN, Mungkin sebagian besar warga kota Banjarmasin tentu tidak asing dengan keberadaan toko buku -lebih pasnya disebut kios-. Ya, pada masasanya, di sudut kota Banjarmasin tepatnya ruas jalan Hasanuddin HM terdapat puluhan kios buku menjajakan berbagai jenis buku, tabloid, majalah hingga koran.

Kala Kanalkalimantan.com menyambangi lapak penjualan buku di jalan Hasanuddin HM atau tepatnya di belakang kantor BCA Banjarmasin tidak ada perubahan seperti tahun-tahun sebelumnya, terlebih buku maupun majalah yang dijual. Kebanyakan majalah yang dijual merupakan majalah kenamaan. Selain itu, juga ada berbagai koran yang dijual.

Deretan kios-kios penjual buku di Banjarmasin. foto: fikri

Kanalkalimantan.com berhasil menyambangi seorang penjual, namanya Ahmad Surkati. Pria paruh baya ini mengaku berjualan buku, majalah dan koran di pinggir jalan Hasanuddin HM puluhan tahun lamanya. Ketika ditemui, masih banyak buku-buku maupun majalah bahkan koran edisi hari ini yang ia jajakan di lapaknya. Dirinya mengaku, lapak ini merupakan milik anaknya, dirinya hanya menjaga lapak sang anak.

“Dulu (lapak ini) saat belum ada internet, sangat ramai. Semenjak ada saingan (teknologi) jadi berkurang,” kata Surkati mengawali ceritanya.

Kala itu, buku yang terjual di lapaknya bisa mencapai puluhan. “Majalah Tempo bisa dua puluhan (terjual). Sekarang 5 aja tidak sampai terjual,” tambahnya. Menurut Surkati, dulunya, banyak sekali penjual buku yang berjualan di pinggir ruas Jalan Hasanuddin HM ini. “Di sebelah sana sekitaran 20-an toko. Sekarang di sini tiga, di situ satu dan di seberang satu. Sisa lima (penjual),” tambahnya.

Ahmad Surkati, penjula buku, majalah dan koran di jalan Hasanuddin HM Banjarmasin. foto: fikri

Di lapak Surkati, terdapat beberapa buku baik itu buku baru maupun buku bekas. “Yang (buku) baru masih ada. Yang (buku) bekas juga ada. Artinya yang baru itu hanya sekitar 40 persen saja. 60 persen sudah tidak ada lagi,” jelasnya. Untuk mendapatkan buku-buku yang dijual, menurut Surkati terdapat agen penjualan bukunya. “Ada agennya. Di sini ada beberapa orang agen. Tapi kalau koran itu sekarang bisa dikembalikan kalau tidak habis (terjual),” terangnya. Lalu, untuk buku-buku bekas yang ia jual, Surkati mengaku mendapatkannya dari orang-orang yang telah membeli buku di tempat lain, dan dijual ke lapaknya.

Dahulu, masyarakat dari berbagai kalangan baik dari kalangan bawah maupun kalangan atas, sering membeli buku di lapak buku sepanjang jalan Hasanuddin HM ini. “Sekarang kalangan atas saja sudah jarang beli (di sini), apalagi yang kalangan bawah,” katanya. Selain itu, Surkati memutuskan bertahan untuk menjual buku-buku di lapaknya, demi menyambung hidup.

Kanalkalimantan.com kemudian bergeser ke lapak buku milik Muhammad Ihsan, yang tak jauh dari lapak milik Surkati. Ketika ditemui, pria berumur ini tampak antusias menjelaskan buku-buku yang ia jual di lapaknya. Ya, semangatnya untuk tetap berjualan buku tidak terpengaruh oleh usianya yang telah lanjut. Ketika ditanya sejak kapan dirinya merintis penjualan buku, Ihsan menyebut dirinya telah memulainya sejak usia sekolah. Ihsan pun merupakan generasi pertama yang berjualan di lapak buku ini.

Muhammad Ihsan, penjual buku, majalan dan koran di jalan Hasanuddin HM, Banjarmasin. foto: fikri

Setali tiga uang dengan Surkati, Ihsan mengatakan pada masa lalu, banyak masyarakat yang membeli buku dan majalah di lapak buku sekitaran Jalan Hasanuddin HM ini. “Dulu memang ramai, di bawah tahun 70-an,” katanya memulai cerita. Ketika ditanya alasan tetap bertahan berjualan buku, Ihsan mengatakan hanya sekadar sampingan saja.

“Ada buku agama, ada majalah sport,” katanya. Dahulu, kata Ihsan, juga ada agen penjualan buku yang ditaruh di lapaknya. “Sekarang ada saja, tapi (beberapa) penerbit sudah tidak ada lagi. Yang ada sekarang ya, seperti (tabloid) Pulsa, tidak ada lagi ke mari. Entah di Jakarta, kita tidak ada yang tahu,” akunya. “Ini saja masih ada koran Kompas semalam,” katanya. “Kemajuan elektronik sangat menghantui. Banyak (tabloid dan buku) yang runtuh. Tabloid, harian, majalah. Di samping majalah, kalau diterbitkan tidak laku juga,”

Sambil menyusun sejumlah tabloidnya, Ihsan berkata dirinya tetap bertahan berjualan buku, meski kencangnya arus kemajuan teknologi seperti saat ini. “Iya, tetap bertahan,” tutupnya. (fikri)

Reporter : fikri
Editor : bie

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->