Connect with us

HEADLINE

Jalan Desa Layap Baru Ambrol, Pergi ke Sekolah Dipaksa Lepas Sepatu

Diterbitkan

pada

Kondisi jalan di RT 5 RW 2 Desa Layap Baru, Kecamatan Tatah Makmur, Kabupaten Banjar yang rusak. Foto : rendy

MARTAPURA, “Mau ke sana, tapi harus rela nyemplung dan basah-basahan dulu,”. Ya, begitulah kata-kata yang dilontarkan oleh warga RT 5 RW 2, Desa Layap Baru, Kecamatan Tatah Makmur, Kabupaten Banjar. Pasalnya akses jalan satu-satunya untuk anak-anak ke sekolah dan beraktiftas sehari-hari di desa tersebut sudah tiga bulan terakhir terputus, menyusul ambruknya jalan dan digenangi air akibat abrasi air sungai.

Pantauan Kanal Kalimantan di titik jalan ambruk, terlihat jelas sejumlah warga jika ingin beraktifitas melintasi jalan Desa Layap Baru dipaksa harus rela basah dan nyemplung di dalam air setinggi lutut orang dewasa tersebut.

Menurut anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Layap Baru Yanto, jalan di RT 5 RW 2 tersebut sudah tiga bulan dalam kondisi ambruk. Padahal setiap hari jalan yang tergenangi air itu dilalui anak-anak pergi ke sekolah dan pesantren, bahkan tidak jarang tidak bisa dilalui sepeda motor karena ketinggian air yang tidak menentu setiap harinya.

“Sudah tiga bulan ini warga desa merasakan kondisi seperti ini, jika ingin beraktifitas keluar rumah, yang lebih kasihan anak-anak pergi ke sekolah setiap hari harus copot pasang sepatu untuk bisa sampai di sekolahnya, tidak jarang tidak bisa dilalui sehingga menunggu air surut dulu,” tuturnya.

Yanto menambahkan, akses jalan di desa tersebut sebenarnya ada saja jalan alternatif, jika ingin pergi ke sekolah atau beraktifitas keluar desa, tapi harus lewat jalan alqah samping kuburan setapak yang licin. Atau harus berputar sangat jauh melewati beberapa desa lainnya.

Masih menurut Yanto, jalan di Desa Layap Baru tersebut sudah pernah diperbaiki bahkan di siring bagian tepiannya pada tahun 2014 dan 2015 lalu menggunakan dana swadaya warga. Setelah beberapa tahun berlalu tanah dan siring di jalan tersebut tiba-tiba ambruk dan kondisi itu sangat merepotkan warga desa .

Sementara itu, Ketua Hamsani RT 5 RW 2 didampingi warga mengatakan, setidaknya ada sebanyak 35 Kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sekitar 154 jiwa yang mayoritas petani sudah selama tiga bulan kesulitan untuk beraktifitas keluar rumah jika melewati jalan ambruk tersebut.

“Semua warga di sini kerepotan untuk beraktifitas dan melewati jalan tersebut, terlebih anak-anak yang ingin pergi ke SDN Tatah Layap Baru dan Pesantren, setiap hari mereka harus menggulung celana dan melepas sepatunya untuk bisa melewati jalan tersebut,” keluhnya kepada Kanal Kalimantan.

Di sisi lain Hamsani juga menerangkan, sebenarnya sudah diwacanakan ada dana desa yang dianggarkan pada tahun 2018 ini sesuai rapat warga desa pada 13 September 2017 lalu untuk perbaikan jalan penghubung tersebut, namun menurutnya secara sepihak dipakai Pembakal Desa Layap Baru dialihkan untuk perbaikan jembatan. Padahal menurut warga, jembatan masih layak untuk dilalui masyarakat. Akhirnya jalan tersebut rencananya akan diperbaiki pada tahun 2019 menunggu dana desa.

Hamsani mengharapkan secepatnya ada tanggapan dan perbaikan dari Pemerintah Kabupaten Banjar, mengingat jika menunggu anggaran dana desa tahun depan tentunya dikhawatirkan akan membuat warga desa semakin kerepotan dengan kondisi seperti itu.

“Kondisi ini mestinya segera direspon oleh Pemkab Banjar,” harapnya.

Sayangnya saat berkunjung desa tersebut Pembakal alias Kepala Desa yang bersangkutan sedang berada di Pelaihari dan tidak bisa ditemui kanalkalimantan untuk dimintai konfirmasi terkait hal tersebut. “Tadi kami telpon Pembakal katanya sedang ada di Pelaihari dan tidak bisa datang ke sini untuk dikonfirmasi,” ujar salah seorang warga. (rendy/rico)

Reporter: Rendy/rico
Editor: Abi Zarrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->