Connect with us

HEADLINE

Ekspor Daun Gelinggang ke Jepang, Kalsel Pemasok Pertama di Indonesia

Diterbitkan

pada

Daun gelinggang yang diekspor ke Jepang oleh PT Sarikaya Sega Utama. Foto : rico

BANJARBARU, Provinsi Kalimantan Selatan terus mengembangkan potensi ekonomi, salah satunya dengan mengembangkan ekspor daun gelinggang.

Dibuktikan oleh PT Sarikaya Sega Utama Banjarbaru yang mengirim kurang lebih 5 ton daun gelinggang diekspor menuju negara Jepang menggunakan kontainer melalui jalur laut, Sabtu (30/3) pagi.

Ekspor daun gelinggang ke Jepang dilepas Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani Adhani bersama Kadis Hortikultura Pemprov Kalsel Syamsyir Rahman, Ketua DPRD Banjarbaru AR Iwansyah , Kadistanbunak Provinsi Kalsel Suparmi, dan Kadis Perdagangan Kalsel Birhasani dan sejumlah stakeholder terkait.

Tercatat Kalsel menjadi wilayah pertama di Indonesia yang mengekspor daun gelinggang  ke Jepang. Ekspor daun gelinggang ini mulai dilirik untuk dikirimkan ke negara Asia lainnya, semisal Taiwan, China, dan Korea.

Dari data Balai Karantina Pertanian, sejak tahun 2007, Kalimantan Selatan mengekspor daun yang memiliki nama latin Cassia Alata ini ke negeri Sakura.

Triwulan pertama tahun 2019, sudah ada 16 kali permohonan ekspor yang masuk ke Balai Karantina Pertanian Banjarmasin.

Secara frekuensi lebih banyak dibandingkan dengan permohonan triwulan pertama tiga tahun terakhir, masing-masing di tahun 2018 sebanyak 14 kali, tahun 2017 sebanyak 8 kali dan di tahun 2016 hanya sebanyak 4 kali.

Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, Badan Karantina Pertanian (Barantan) Sujarwanto menjelaskan, meningkatnya frekuensi permohonan ekspor dikarenakan prosedur ekspor yang tidak lagi lama dan rumit.

“Sekarang sudah ada layanan online layanan online seperti IQFAST (Indonesian Quarantine Full Automation System), prosedur permohonan ekspor menjadi lebih mudah, cepat, efektif dan efisien bagi pengguna jasa. Otomatis sangat mempermudah, hanya tiga jam sertifikasi sudah bisa dilakukan untuk ekspor,” jelasnya.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, Sujarwanto mengatakan, frekuensi ekspor daun gelinggang ke Jepang mengalami peningkatan, dengan jumlah yang fluktuatif.

Tercatat di tahun 2016 sebanyak 19 kali dengan jumlah 174 ton, tahun 2017 frekuensi meningkat menjadi 34 kali dengan jumlah 123 ton, dan tahun 2018 sebanyak 43 kali dengan jumlah 167 ton.

Sementara di tiga bulan pertama tahun 2019, daun gelinggang yang diekspor sudah 16 kali total 40 ton dengan nilai rupiah mencapo Rp 3 miliar lebih.

Saat ini baru ada satu perusahaan, PT Sarikaya Sega Utama yang mengekspor daun gelinggang di Indonesia.

“Komoditas ini diekspor ke Jepang sebagai bahan baku obat herbal, karena daun gelinggang terkenal memiliki banyak manfaat yaitu untuk menyembuhkan penyakit kudis, malaria, sariawan, dan obat pencahar,” sebut Sujarwanto.

Hal ini juga menjadi tugas Kementerian Pertanian, khususnya Barantan untuk dapat membantu mempromosikan tanaman khas Indonesia ini melalui atase pertanian di luar negeri.

Melalui program Agrogemilang, Balai Karantina Pertanian Banjarmasin siap memberikan pelayanan dan dorongan pada para petani dan pelaku usaha baru untuk menggeluti ekspor daun gelinggang ini.

Layanan karantina yang diberikan berupa sertifikasi jaminan kesehatan produk sesuai persyaratan SPS (sanitary and phytosanitary measures and agreements) negara tujuan.

Ada juga bimbingan teknis kepada eksportir dan calon eksportir agar produknya dapat tembus persyaratan negara tujuan ekspor.

Melalui program Agrogemilang diharapkan dapat memunculkan semangat baru, adanya eksportir baru dan menambah peningkatan baik volume maupun tujuan ekspor.

“Namun usaha kami ini tidak bisa sendiri, tentu kami membutuhkan kerjasama pemerintah provinsi dan kementerian perdagangan untuk mengdongkrak volume ekspor komoditas non migas terutama dari sektor pertanian,” tambahnya.

Sementara itu, Direksi PT Sarikaya Sega Utama, Michael Febrian Soemarko menjelaskan, komoditas ini memiliki peluang yang besar, namun diperlukan bantuan pemerintah. Khususnya Kementerian Pertanian RI untuk membantu mempromosikan serta membuka akses pasar yang lebih luas.

Dia menjelaskan, ekspor daun gelinggang ini diharapkan dapat terus ditingkatkan, karena akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Selatan. Ia menyebut, ekspor daun gelinggang sejatinya sudah ada sejak tahun 2003, namun dalam kapasitas kecil.

“Kali ini sudah sampai 150 ton pertahun. Daun ini disuplai dari Kapuas, Martapura, Jorong, Amuntai, Tanah Laut, sampai Batulicin,” sebutnya.

Dilain pihak, Kepala Produksi di PT Sarikaya Sega Utama, Nugroho Sumarko mengatakan, dari petani, daun Gelinggang tersebut dihargai Rp2.000 per kilogram basah.

“Kalau kering tangkai sudah dibuang itu jatuhnya Rp 22 ribu. Potensi ekspor ini terus meningkat dan kami juga memerlukan banyak dari pertani,” kata Nugroho Sumarko.

Ekspor Kalsel tiap tahun terus meningkat, pada tahun 2018 menurut data BPS Provinsi Kalsel, nilai total ekspor seluruh komoditas mencapai Rp 127,94 triliun.

Sedangkan sumbangan dari komoditas pertanian pada 2018 masih berkisar 15 % dari total nilai ekspor saat itu sebesar Rp 19,20 triliun.

Disisi lain, Kepala Karantina Banjarmasin, Achmad Gozali, menuturkan berdasarkan data yang tercatat di-aplikasi IQFAST Karantina Banjarmasin, terdapat beberapa komoditas unggulan Kalsel yang diekspor ke mancanegara pada tahun 2018.

Diantaranya adalah bahan kemas, daun gelinggang, karet lempengan, palm kernel expeller, palm kernel oil, dan Kayu Lapis dengan nilai total sekitar Rp 6,7 triliun dan negara tujuan ekspor meliputi Amerika Serikat, Canada, Tiongkok, Jepang, Vietnam, Taiwan, Thailand, Filipina, Singapura, Finlandia, Pakistan dan Korea Selatan. (rico)

Reporter:Rico
Editor:Abi Zarrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->