Connect with us

Ekonomi

Dongkrak Nilai Tambah Komoditas Lokal, Pengrajin Dilatih Desain Purun Premium

Diterbitkan

pada

Lokalatih pengembangan dan produksi kerajinan purun bagi petani gambut dari beberapa kabupaten di Kalsel, di Dafam Hotel Banjarbaru, 5-8 Agustus 2018. Foto : desy

BANJARBARU, Restorasi sebagai bagian dari pemulihan ekosistem gambut dilaksanakan dengan cara pembasahan gambut, revegetasi dan restorasi sosial. Terdapat 2.945 desa di areal bergambut yang ada di 7 provinsi prioritas.

Salah satu upaya restorasi sosial dilakukan melalui program Desa Peduli Gambut (DPG), melalui nilai tambah dari kerajinan purun demi meningkatkan pendapatan ekonomi petani gambut.

Untuk meningkatkan nilai tambah itu, digelar lokalatih pengembangan dan produksi kerajinan purun bagi petani gambut dari beberapa kabupaten di Kalsel, di Dafam Hotel Banjarbaru, 5-8 Agustus 2018. Menghadirkan dua trainer yaitu Adrianus Kristianto dan Godelifa Tiwi Wulandari.

“Target program DPG adalah penyiapan masyarakat desa, serta partisipasi aktif dalam restorasi dan pengelolaan lahan gambut, termasuk pengembangan komoditas lokal untuk meningkatkan perekonomian setempat,” ujar Muhammad Yusuf.

Komoditas lokal yang patut dikembangkan lebih jauh adalah kerajinan anyaman dari berbagai tanaman, salah satunya tanaman Purun. Produk anyaman dari purun saat ini berkembang pesat khususnya di desa-desa program DPG di Kalimantan Selatan.

“Akan tetapi bentuk anyaman purun ini masih perlu dikembangkan desain dan jenis kerajinannya, agar dapat menjaring pasar yang lebih besar. Oleh karena itu diperlukan suatu workshop pembuatan kerajinan dengan desain menarik dan mengikuti perkembangan pasar,” beber Muhammad Yusuf, Kepala Sub Bagian Kelompok Kerja Peningkatan Partisipasi Desa Gambut, Kedeputian 3 Badan Restorasi Gambut (BRG),  sesaat setelah membuka secara resmi  workshop bagi desa terpilih di Kalimantan Selatan.

Produk yang dihasilkan selama workshop ini nantinya akan turut dipromosikan pada stan BRG di Sumsel Expo yang akan berlangsung pada 16-25 Agustus 2018. Masyarakat yang akan mengikuti lokalatih pengembangan dan produksi kerajinan purun berasal dari 10 desa target DPG di Kalimantan Selatan.




Tujuan lokalatih pengembangan dan produksi kerajinan purun untuk emberikan pengetahuan material baru yang bisa dimanfaatkan oleh pengrajin purun untuk digunakan di produk yang mereka hasilkan. Membuka wawasan kepada pengrajin purun dalam upaya memperbaiki tampilan dan kualitas produk yang mereka hasilkan.

“Sehingga ada nilai tambah pada produk yang mereka hasilkan dengan tujuan agar mendapatkan nilai ekonomi yang lebih baik,” kata Godelifa Tiwi Wulandari.

Peserta lokalatih diberikan materi pembuatan desain dan prototip, konsep pembuatan desain kemasan purun mempunyai 2 acuan dasar.

Peserta workshop pengembangan tas purun adalah para pengrajin yang berasal dari desa DPG di Kalimantan Selatan, dengan detil sbb :

No Kabupaten Desa / Kelurahan Peserta
1. Kabupaten Barito Kuala a. Desa Jarenang
b. Desa Asia Baru
c. Desa Kabuau
d. Desa Jambu
2 orang tiap desa
2. Kabupaten Hulu Sungai Utara a. Desa Tampakang
b. Desa Bararawa
c. Desa Kaludan Kecil
2 orang tiap desa
3. Kabupaten Tapin a. Desa Buas-buas
b. Desa Buas-buas Hilir
2 orang tiap desa
4. Kabupaten Hulu Sungai Selatan a. Desa Paramasan 2 orang tiap desa

“Desain kemasan purun ekonomis, yaitu dengan memanfaatkan produk yang sudah ada atau sudah dibuat oleh pengrajin purun dan hanya memperbaiki tampilan dengan penambahan material lain,” beber Godelifa Tiwi Wulandari.

Kedua, desain kemasan purun premium,yaitu dengan membuat desain-desain baru yang selama ini tidak pernah dilakukan oleh pengrajin purun.

“Desain baru ini dibutuhkan ketrampilan lain yang harus dimiliki oleh pengrajin, seperti ketrampilan membuat desain, membuat pola dasar, ketrampilan menjahit dengan mesin ataupun manual, serta memanfaatkan material lain yang dibutuhkan,” jelas Tiwi.

Salah seorang pengrajin purun Khadijah, dari Kabupaten HSS mengatakan, selama ini ia hanya menganyam purun dan dijual dalam bentuk tas, kemudian dijual dengan harga Rp 25 ribu ke pengrajin di Bandung. “Disana diolah lagi ditambah aksesoris dan lain-lainnya,” kata Khadijah.

Lain lagi, Riyanah, pengrajin purun dari Kabupaten Batola, ia mengaku biasa menganyam tikar dan bakul setiap hari, hasilnya ia bisa mendapatkan 3 tikar dan 2 bakul dalam satu hari. “Dijual seharga 2-3 ribu untuk satu bakul,” sebut Riyanah. (desy)

Reporter : Desy
Editor : Abi Zarrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->