HEADLINE
Dari Langgar Kalimantani Tahun 1943, Masjid Quwwatul Islam Bubuhan Banjar di Yogya
KANALKALIMANTAN.COM, YOGYAKARTA – Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram Nomor 1 Yogyakarta, dikenal sangat dekat dengan masyarakat Banjar dan Kalimantan. Bangunan masjid yang perpaduan corak Kalimantan Selatan (Banjar) dan budaya Yogyakarta.
Corak khas Banjar pada bangunan masjid ini terlihat dari bentuk atapnya. Atap menara seperti Masjid Sultan Suriansyah, juga ada pernak-pernik khas Kalimantan Selatan. Sementara unsur budaya lokal Yogyakarta terletak pada menara golong giling.
Arah timur Malioboro, tepatnya bila berjalan ke Jalan Suryatmajan melewati kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta atau sering disebut Kompleks Kepatihan, akan menemukan sebuah masjid yang megah dengan memiliki atap yang mirip dengan Masjid Sultan Suriansyah di Kampung Kuin, Banjarmasin.
Pada Sabtu (20/5/2023) siang, Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor menyerahkan bantuan hibah Rp 100 juta untuk kelangsungan pembangunan Masjid Quwwatul Islam Kota Yogyakarta.
Baca juga: Asal Timbai, Luberan Sampah TPS Guntung Lua Bikin Masalah
Gubernur Kalsel yang akrab disapa Paman Birin langsung mengunjungi masjid ini sekaligus menghadiri halalbihalal warga Kalsel yang tergabung dalam Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) di Yogyakarta dan Mahasiswa Kalsel, Sabtu (20/5/2023) malam, di The Alana Hotel Jalan Palagan Tentara 7 Sleman, Yogyakarta.
Paman Birin meninjau langsung Masjid Quwwatul Islam yang dibangun Urang Banjar di Yogyakarta itu, sekaligus berdialog dengan pengelola masjid dan Bubuhan Banjar lainnya.
Ya, masjid itu bernama Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta. Masjid ini merupakan tipologi masjid Jami tingkat kelurahan dan masuk kedalam masjid percontohan jenjang kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta. Masjid ini memiliki perpaduan corak budaya Arab, Jawa, dan Banjar. Masjid yang memiliki luas tanah sekitar 958 meter persegi dan luas bangunan sekitar 750 meter persegi.
Masjid ini beralamat di Jalan Mataram No 1, Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.
Mengapa disebut Masjid Banjar? Karena yang membangun masjid ini adalah Bubuhan Banjar yang ada di Yogyakarta, dimana pada waktu itu memohon kepada Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebidang tanah di kawasan Malioboro untuk dibangun sebuah tempat ibadah dan aktivitas lainnya.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyetujui membangun tempat ibadah di daerah Menduran sebesar 958 meter persegi, yaitu di antara jalan Suryatmajan dan jalan Mataram melalui Kekancingan yang diperbaharui tanggal 22 Mei 2006, ditanda tangani oleh KGPH Hadiwinoto selaku Pengageng Kawedanan Punokawan Wahono Sarto Kriyo Karaton Ngayogyakarto.
Baca juga: Bakumpulan Bubuhan Banjar Yogyakarta Bersama Paman Birin
Lalu pada tahun 1943 masehi, dibangunlah Langgar Kalimantani yang dipelopori oleh H Hasan, H Abd Samad dan H Bakri yang kemudian diberi nama Langgar Kalimantani, di Kampung Menduran, Yogyakarta.
Dalam perkembangannya, langgar ini diperluas dan pada Rabu malam tanggal 25 Rajab 1372 hijriyah bertepatan 8 April 1953 masehi, yaitu pada peringatan Isra’ Mi’raj, diresmikan nama Quwwatul Islam seperti saat ini.
Kala itu dipelopori oleh H Hasan, H Bakri, H Muhammad, M Sa’dun, M Zainim serta tokoh masyarakat non Banjar saat itu adalah KH Musaddad dan H Muh Djazim Hamid.
Pada kesempatan berkunjung ke masjid Banjar ini, Paman Birin berpesan agar bubuhan Banjar terus menjaga dam memakmurkan keberadaan masjid berlantai 5 ini, karena Kalsel terkenal dengan masyarakatnya yang agamis.
Sebelum meninggalkan masjid, Paman Birin yang didampingi beberapa pejabat lingkup Pemprov Kalsel menyempatkan diri membeli kupiah dan sarung di toko bawah masjid.
Pembangunan masjid yang berada langsung tiga tahun lebih itu menelan biaya tidak kurang Rp 14 miliar dan lahannya merupakan hibah dari Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta.
Paman Birin mengatakan, terjaganya hubungan baik atau harmonisasi warga Banjar dengan pemerintah daerah setempat.
Baca juga: Ungkap Kasus Pembobolan Toko Emas, Mapolresta Banjarmasin Dikirimi Karangan Bunga
“Ini salah satu simbol hubungan erat antara Yogyakarta dengan bubuhan Banjar di daerah ini,” ujar Paman Birin usai melakukan penyerahan hibab dana secara simbolis di acara halalbihalal.
Salah satu bukti hubungan baik ini ujarnya, terbangunnya Masjid Quwwatul Islam tepat di tengah Kota Yogyakarta. Sinergisitas ini diharapkan Paman Birin terus terjalin erat dan dapat saling memberi manfaat satu sama lainnya.
Paman Birin pun memberikan apresiasi atas dukungan Pemprov DI Yogyakarta yang menghibahkan tanah pemerintah daerah untuk bangunan Masjid Quwwatul Islam ini.
“Atas nama pribadi dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan tentunya saya sangat mengucapkan terima kasih dan merasa bangga terhadap Pemerintah Provinsi Yogyakarta,” ucap Paman Birin di hadapan Bubuhan Banjar.
Sedikit tentang Masjid Banjar ini, ada 4 tiang utama yang disebut dengan sokoguru yang lazim ditemukan di masjid-masjid tradisional di Pulau Jawa. Berbagai ukiran khas Jawa maupun Banjar serta kaligrafi bertuliskan Allah (Jallaa Jalaaluhu) dan Muhammad (Shollallahu ‘Alaihi Wassalam).
Di dalam masjid, ada mimbar berbentuk tangga dan memiliki tongkat, sangat sering dijumpai di masjid-masjid di Kalimantan Selatan, tapi jarang dijumpai di masjid-masjid di Yogyakarta.
Karena di Yogyakarta, mimbar berbentuk tangga hanya dapat ditemukan di masjid-masjid tradisional seperti Masjid Gedhe Kauman, Masjid Besar Kotagedhe, dan lain-lain. Masjid ini memiliki lima lantai, yaitu tiga lantai untuk tempat shalat, satu lantai untuk berbagai kegiatan seperti Taman Pendidikan Al Qur’an, kantor panitia pembangunan, kamar takmir masjid, dan lainnya, serta satu lantai basement untuk tempat parkir kendaraan.
Baca juga: Pertama di Indonesia, Fasilitas Pengelolaan Limbah PCBs Resmi Beroperasi
Meskipun masjid ini dibangun Urang Banjar, masjid ini terbuka bagi berbagai kalangan, suku, dan lain-lain dimana memiliki tujuan yang sama, yaitu memakmurkan masjid.
Masjid ini juga sebagai bukti bahwa urang Banjar dapat berbaur dan bersinergi dengan masyarakat setempat dalam memakmurkan masjid.
Kerap mengadakan kajian tiap bulan yang orang Jawa sering menyebutnya kajian selapenan dimana waktu kajian di masjid ini diadakan setiap malam Rabu Pon. Kegiatan kajian diisi oleh pembacaan maulid habsyi, ceramah agama, dzkir, dan doa. (Kanalkalimantan.com/al)
Reporter : al
Editor : kk
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Sempurnakan Gugatan di MK, Tim Hanyar Menyoal Ketiadaan Kolom Kosong Pilwali Banjarbaru
-
Kota Banjarbaru3 hari yang lalu
50 Kolaborator Seni Berkumpul dalam Banjarbaru Murdjani Festival 2024
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Kalsel Ditinggal Ulama KH Muhammad Saberan Afandi, Wafat di Usia 82 Tahun
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Hasil Pilgub Kalsel: Muhidin-Hasnur 1.629.456 Suara, Acil Odah-Rozanie 348.118 Suara
-
pilkada 20243 hari yang lalu
Polda Kalsel Turunkan 425 Personel Amankan Rapat Pleno Rekapitulasi
-
HEADLINE15 jam yang lalu
Catatan Korupsi 2024 Kalsel: Uang Negara Terselamatkan Rp18 Milliar dari 31 Kasus